wartawan singgalang

Senin, 28 April 2014

Pak Infai Guru yang Senang Dianggap Teman

Pak Infai
Guru yang Senang Dianggap Teman

    Pertama kali saya dikenal oleh Fadril Aziz Isnaini Infai, yang selanjutnya saya sebut Pak Infai sekitar tahun 2000. Saat itu SKM Padang Pos mengadakan rapat kerja sekalian kemah di Pantai Arta, Sungai Limau, Kabupaten Padang Pariaman. Saya belum tercatat jadi wartawan di Padang Pos. Ketika itu saya berstatus loper, membantu mengantarkan koran langganan Amiruddin, yang merupakan Kepala Perwakilan Padang Pos untuk wilayah Pariaman.
    Namun, saya telah memulai menulis artikel di koran mingguang yang Pimpinan Perusahannya, Pak Infai. Mungkin Pak Infai tahu dengan saya, setelah sekian banyak tulisan saya dimuat Padang Pos demikian. Saat kemah di Sungai Limau, Pak Infai menyuruh saya untuk belajar menulis berita. "Damanhuri, coba berita tulis lagi. Jangan yang berat-berat. Cukup berita yang ringan-ringan saja. Contoh, ada sebuah taman di Pariaman ini kelihatannya kurang terawat. Coba wawancarai pengelolanya, dan lanjutkan ke dinas terkait," kata Pak Infai mengajari saya agar mau menulis berita.
    Memang pasca dia menyuruh tersebut, saya beranikan diri untuk menulis berita. Akhirnya, saya ketagihan membuat berita. Dan lagi, keinginan untuk jadi wartawan atau pandai menulis di media massa, telah lama menjadi keinginan saya. Sebetulnya, selama di Padang Pos, tak begitu banyak kesan saya bersama Pak Infai. Tetapi, ketika dia bersama krunya membuat Harian Semangat Demokrasi, saya juga sempat bekerja disana pada saat Semangat Demokrasi terbit tiga kali dalam seminggu. Akhirnya, Semangat Demokrasi meninggal, berdiri Mingguan Media Nusantara, yang juga dibawah pimpinan Pak Infai. Pada mingguan inilah saya berproses dari penerbitan perdana, bersama Netty Herawati untuk perwakilan Pariaman.
    Media Nusantara berganti nama menjadi Media Sumbar. Untuk Pariaman saya langsung menjadi Kepala Perwakilan, setelah Netty Herawati keluar dari media tersebut. Bagi saya bekerja pada koran yang dipimpin Pak Infai demikian, menjadi sebuah kesenangan tersendiri. Saya tiap minggu ke redaksi. Sambil mengantar berita, juga menyetor tagihan koran yang saya pasarkan di Pariaman, sekalian juga belajar banyak tentang dunia jurnalistik dari Pak Infai itu sendiri. Boleh saya katakan, Pak Infai adalah guru pertama saya yang mengajarkan dunia tulis menulis. Bagaimana membuat laporan yang bagus, menyajikan berita yang mudah dipahami oleh pembaca. Nyaris tiap minggu saya berkumpul di redaksi bersama teman-teman lainnya, saat itu pula mengalir ilmu pengetahuan dari sang pimpinan, yang lebih senang berkawan dengan banyak wartawan dari pada dianggap dirinya sebagai atasan kita. Itulah sosok seorang Pak Infai yang saya ketahui.
    Jujur, saya memang banyak belajar dari Pak Infai. Dia juga yang mengajarkan saya tentang pentingnya etika dan kode etik jurnalistik yang dikeluarkan oleh PWI itu sendiri. Untuk masuk organisasi PWI, yang tak mungkin tercapai oleh saya, juga atas dorongan Pak Infai. Pada 2004 silam, Pak Infai lah yang menguatkan saya, agar bisa ikut latihan sekaligus ujian kenaikan status keanggotan PWI. Alhamdulillah, pada ujian yang diadakan di Diklat Depag Padang itu, saya lulus ujian, dan berstatus sebagai Calon Anggota, yang kartunya ditandatangani oleh HM. Muftie Syarfie, Ketua PWI Cabang Sumatra Barat. Kemudian pada ujian berikutnya tahun 2005, saya dinyatakan tak lulus. Lalu kartu saya diperpanjang. barulah pada saat ujian tahun 2006, yang pada kesempatan itu sekalian Karya Latihan Wartawan (KLW), saya lulus, dan menjadi anggota biasa yang kartu pers-nya dikeluarkan oleh PWI Pusat.
    Satu hal yang tak pernah saya lupakan selama bekerja dengan Pak Infai, adalah kejujuran dan kesungguhannya untuk mendidik kadernya jadi wartawan terbaik. Memang bekerja di mingguang, tak banyak uang yang bisa diharapkan. Karena tak bisa menggantungkan hidup. Namun, tak pula wartawan itu mati kelaparan. Dengan seringnya saya ke redaksi di Padang, sesekali saya juga membawa buah tangan, telor itiak. Karena disamping jadi wartawan, saya juga punya ternak itiak sewaktu tinggal di Ulakan. Hampir tiap pagi memungut telor itiak dikandang. Saat datang waktunya ngantar berita, saya sempatkan membawa telor, sehingga dengan enaknya membuat teh telor di kantor sambil begadang. "Jan lupo talue itiak tuanku," begitu kata Pak Infai, mengingatkan saya menjelang berangkat ke Padang.
    Yang saya rasakan, Pak Infai cukup berhasil memberikan pondasi dasar buat karir saya di dunia wartawan. Buktinya, pada saat saya diminta menjadi perwakilan Tabloid Publik untuk wilayah Pariaman, AA. Datuak Rajo Djohan, sebagai pemimpin redaksinya, tak lagi meneka-nekokan saya. Dia langsung terima saya, karena dia tahu saya bekas asuhan Pak Infai. Selama dua tahun (2005-2007) saya di Publik tak banyak perubahan yang saya terima. Soal tulisan dan berita yang saya kirim langsung masuk lay out. Namun, rasa kebersamaan dan kekeluargaan tak pernah saya dapatkan, selain di Media Sumbar bersama Pak Infai. Padahal, setelah tidak lagi di Publik, saya sempat juga bekerja pada Harian Bersama, terbitan Medan. Selama di Media Sumbar dan Media Nusantara, karena dua media yang berubah nama demikian, saya terlibat dari terbit perdananya, saya sangat merasakan rasa kebersamaan. Ditengah keterbatasan anggaran redaksi, tetap saja acara buka puasa bersama dilakukan
setiap kali bulan Ramadhan, dimana hal itu belum saya temui ketika beralih induk semang.
    Ketika saya masuk Harian Singgalang akhir 2008 silam, tengah malam dua hari sebelum lamaran diantarkan ke koran harian tertua di Sumatra Barat itu, saya telp Pak Infai, dan minta petunjuk sekaligus doa restu dari dia. Lama juga saya ngomong lewat telp, dan ternyata dia sangat senang, dan ikut mendukung untuk kelanjutan karir saya di jurnalistik tersebut. Bagi saya, disamping seorang guru yang penuh dengan pertemanan, Pak Infai juga sumber inspirasi tersendiri dalam diri saya. Itu saya rasakan. Jujur. Pada saat PWI Perwakilan Padang Pariaman terkendala untuk melakukan Konferensi tahun 2006, Pak Infai jugalah yang ikut 'memprovokatori' agar saya mau menerima mandat dari PWI Cabang Sumbar. Saat itu, seluruh anggota PWI Pariaman dipanggil ke PWI Cabang, karena panitia Konferensi belum juga terbentuk. Padahal, masa kepengurusan sudah lama habisnya.
    Saat itu dari Pariaman hanya bertiga yang datang. Disamping saya, datang juga memenuhi undangan itu, Amiruddin dan Nasrun Jon. Dalam pertemuan tersebut, saya langsung ditetapkan sebagai pemegang mandat atau Plt Ketua PWI. Setelah SK saya diterbitkan, saya punya tanggungjawab untuk membentuk panitia. Disamping pemegang mandat saya juga sekalian Ketua Konferensi. Kesalutan saya pada Pak Infai, saat Konferensi saya lakukan bersama teman-teman di Pariaman, Pak Infai menyenangkan hati saya. Dia dan rombongan PWI Cabang lainnya membawa Ketua Umum PWI Pusat, Tarman Azzam singgah, dan ikut memberikan masukan saat Konferensi berlangsung di Pariaman. Kata Pak Infai kepada saya, ini satu-satunya Konferensi PWI Perwakilan yang dihadiri Ketua Umum Pusat. Senanglah saya. Padahal saat itu saya masih bersatus anggota muda. Terakhir, pada penyusunan kepengurusan, karena Pak Infai Wakil Ketua Bidang Organisasi, beliau pula yang mendorong dan menguatkan agar saya
menjadi Sekretaris PWI Perwakilan hasil Konferensi, yang Ketua-nya Dedi Salim, wartawan Harian Haluan. (Pariaman, 26 Maret 2012)
----------------------------------------------------------
AHMAD DAMANHURI, dikenal sebagai santri yang jadi wartawan. Mulai menggeluti dunia penuh tantangan ini dari bawah, dan banyak belajar secara otodidak. Pria kelahiran Ambung Kapur, Kabupaten Padang Pariaman pada 13 Mei 1975 ini juga dikenal sebagai seorang penulis produktif. Tak heran, berbagai buku yang ikut ditulisnya telah beredar. Diantaranya, Perjuangan Rakyat Padang Pariaman Dalam Perang Kemerdekaan 1945-1950 (2006), 30 Tahun PT BPR LPN Koto Dalam Membangun Perekonomian Nagari (2006), Gempa Dahsyat Sumatra Barat (2010), Suka Duka Wartawan Singgalang (2011), PKB Sumbar Harus Ikut Bagian Sejarah Senayan 2014 (2011).
    Sebagai seorang wartawan, dia sering mengikuti pendidikan wartawan, seperti Diklat Jurnalistik Media Sumbar 2003 di Padang, Karya Latihan Wartawan (KLW) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Sumbar 2004 di Padang, Diklat Jurnalistik Pemuda Panca Marga (PPM) se-Indonesia 2005 di Padang, Diklat PWI se-Sumbar 2006 di Padang, Quality Reporting Training In Supporting Good Governance, LGSP-USAID 2006 di Padang, Diklat Kehumasan dan Jurnalistik Partai Kebangkitan Bangsa, se-Indonesia 2007 di Bogor Jawa Barat.
    Ayah dari Wardatul Fauziyah dan Fatimah Khaira Nisa' ini mulai jadi wartawan sejak era reformasi, ketika media massa tumbuh bagaikan jamur dimusim hujan, yang diawali pada wartawan dan loper SKM Padang Pos (1999-2001), Wartawan Semangat Demokrasi (2002), Wartawan SKM Media Nusantara (2002-2003), Wartawan SKM Media Sumbar (2003-2005), Wartawan Tabloid Publik (2005-2007). Koresponden Harian Bersama terbitan Medan (2007), sejak Desember 2008 hingga kini, bergabung dengan Harian Singgalang. Bagiya, profesi wartawan adalah mulya, sekaligus pilihan hidup. Karena menjadi seorang wartawan itu pulalah suami Mahbubatus Salmi ini pernah berkunjung ke negara tetangga, Malaysia dan Singapura pada 2004 silam.
    Disamping itu, pria yang mudah bergaul dengan banyak orang ini juga gemar beroragnisasi. Diantara organisasi yang digelutinya; Sekretaris PC. Gerakan Pemuda Ansor Padang Pariaman 2003-2007, Wakil Sekretaris DPD KNPI Padang Pariaman 2005-2008, Wakil Sekretaris Ikatan Guru Mengaji (IGM) Padang Pariaman 2002-2005, Humas dan Litbang Ponpes Madrasatul ‘Ulum Lubuak Pua, Padang Pariaman 2006-2009. Sekretaris PWI Perwakilan Padang Pariaman (2006-2009), Pemegang mandat PWI Perwakilan Padang Pariaman dari April-September 2006, Wakil Bendahara PC Nahdlatul Ulama Padang Pariaman (2005-2010), Departemen Agama dan Ideologi PW GP Ansor Sumatra Barat (2005-2009), Ketua PC GP Ansor Padang Pariaman 2009-2013, Koordinator Sarjana dan Pemuda Penggerak Wajib Belajar (SP2WB) Padang Pariaman 2008. Humas KONI Padang Pariaman 2010, Wakil Ketua DPD KNPI Padang Pariaman 2008-2013, Wakil Sekretaris Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Padang Pariaman (2010-2013, Wakil
Ketua Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) Padang Pariaman (2011-2016). Organisasi demikian pula membuat dia melang-lang buana kerberbagai daerah di nusantara ini, mengikuti berbagai iven yang diadakan oleh organisasi yang digelutinya. Sebut saja Muktamar, Kongres, Rakernas dan lain sebagainya.
    Kini, bersama keluarga tinggal di Tembok Palembayan, Kecamatan Sintuak Toboh Gadang. Dan saat ini tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa, Padang. Dia dapat dihubungi lewat email : damahuri_0009@yahoo.com / man_00979@yahoo.co.id / dmnhuri20@gmail.com. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar