wartawan singgalang

Rabu, 24 Desember 2014

Ali Mukhni di Tengah Kehebatan Anas Malik dan Muhammad Nur

Ali Mukhni Ditengah Kehebatan dan Nyentriknya Bupati Anas Malik dan Muhammad Nur

Padang Pariaman---Pujian dari banyak orang tak membuat dia tersanjung. Sementara, cacian dan cemoohan orang lain tidak pula membuat dia marah dan sakit hati. Barangkali ini yang tergambar dari seorang Bupati Ali Mukhni dalam menjalankan roda pemerintahan di Padang Pariaman. Sebagai orang nomor satu yang dipilih rakyat pada 2010 lalu, tentu dia tidak akan terlepas dari dua hal tersebut. Cacian dan pujian dari masyarakatnya sendiri.
    Dari sekian banyak bupati yang telah memerintah dan bertugas di daerah ini, Ali Mukhni termasuk bupati yang pantas dicatat sejarah, setelah Bupati Muhammad Nur dan Anas Malik. Dua nama tersebut, jauh menjabat sebelum Ali Mukhni; Anas Malik dan Muhammad Nur terkenal sangat nyentrik, dan dekat dengan masyarakat. Bupati Ali Mukhni yang akan menyelesaikan tugasnya pada periode pertama ini juga terkesan begitu.
    Bupati Ali Mukhni tampak sangat tidak berjarak dengan masyarakatnya. Bahkan, anggota DPR RI dari Partai Demokrat Mulyadi menilai Bupati Ali Mukhni lebih hebat dari Presiden Joko Widodo. Apa yang disebut Mulyadi, memang itu adanya. Ali Mukhni mampu bertugas dari pagi hingga larut malam. "Sejak pagi tagi, sudah 13 kali melakukan pertemuan dengan masyarakat. Membahas berbagai persoalan yang kita hadapi saat ini," kata dia suatu ketika.
    Bayangkanlah itu. Padang Pariaman hanya punya 17 kecamatan. Sementara, dalam hari yang sama Bupati Ali Mukhni bersua dengan masyarakat sebanyak 13 kali pertemuan. Artinya, nyaris semua kecamatan yang ada telah dikunjunginya dalam waktu sehari. Baginya, kepentingan masyarakat dan banyak orang sangat utama bila dibandingkan dengan kepentingan pribadi dan keluarganya.
    Tahun ini dan tahun depan merupakan tahun politik. Tak heran, dari berbagai tokoh adat, agama dan tokoh masyarakat Padang Pariaman mulai mengalir suara dukungan untuk Ali Mukhni agar bisa kembali maju menjadi orang nomor satu. Tetapi, bagi Ali Mukhni sendiri, dukungan itu dianggap sebagai apresiasi masyarakat kepada dirinya. Dia tak begitu terlonjak mendengarkan keinginan yang entah serius atau hanya sekedar basa-basi, karena memang momennya politik saat ini.
    Anas Malik terkenal sebagai bupati yang berhasil memberatas kebersihan, dengan menertibkan wc terpanjang di dunia. Biasa orang buang air besar di tepi pantai, sekarang sudah ada wc. Dia tak segan-segan menegur masyarakat yang berbuat semau gue, membuang sampah sembarangan. Sedangkan Bupati Muhammad Nur dinilai berhasil membuka jalan utama menembus Gunung Tigo yang tidak terbayangkan oleh banyak orang dulunya akan ada jalan di gunung itu. Bahkan, sebagian orang ada yang akan bersunat kembali, kalau jalan Gunung Tigo itu tembus. Bupati Muhammad Nur yang orang Padang Sago tak mempedulikan itu.
    Kesungguhannya membuahkan hasil. Jalan dari Padang Sago menuju Gunuang Padang Alai, dan bisa juga ke Malalak tembus sudah. Artinya, kebangkitan ekonomi masyarakat Nagari Gunuang Padang Alai, Tandikek dan Padang Sago terbuka lebar. Masyarakat Nagari Padang Alai tak perlu lagi ke Pariaman untuk menuju Tandikek dan Padang Sago. Begitu juga sebaliknya. Jalan lancar, ekonomi menggeliat, hasil pertanian dengan mudahnya diangkut ke pasar nagari masing-masing.
    Sedangkan Bupati Ali Mukhni yang sebelumnya menjabat Wakil Bupati Padang Pariaman mendampingi Muslim Kasim, tidak ingin yang muluk-muluk. Dia langsung membuktikan apa yang sudah direncanakan ditengah masyarakatnya sendiri. Apa yang menjadi wacana jauh sebelum dia jadi bupati, saat ini terwujud sudah. Sebut saja keberadaan jalan lingkar Duku-Sicincin, yang tahun depan mulai diaspal hotmix. Empat jembatan yang dibangun dengan anggaran pusat di sepanjang jalan lingkar itu telah hampir selesai dikerjakan.
    Sebagai pemimpin, Ali Mukhni tidak ingin pula hanya menerima laporan asal bapak senang dari banyak anak buahnya. Dia langsung terjun, berbaur dengan masyarakat setempat, saat meninjau pengerjaan yang sedang berjalan. Bahkan, hampir tiap sebentar dia memonitor para pekerja. Dia tanyakan, apa yang jadi kendala, kenapa kok masih begini atau begitu. Sedangkan terhadap proyek yang hampir gagal dilakukan, berkat kesungguhan dan kegigihan Ali Mukhni, akhirnya jebol. Seperti yang terjadi saat akan memulai pengerjaan MAN Insan Cendikia di Sintuak, Kecamatan Sintuak Toboh Gadang.
    Filosofi, dima langit dijujung, disitu bumi dipijak, disana pula aia disauak, agaknya menjadi senjata oleh Bupati Ali Mukhni dalam menghadapi masyarakat yang terdiri dari 60 nagari dan 17 kecamatan itu. "Kalau dengan kebersamaan, tidak ada yang tidak bisa dilakukan. Semuanya bisa, dan harus bisa. Semua pejabat pada saat menjelang lebaran tidak lagi berani ke kantor, lantaran tak sanggup berhadapan dengan banyak wartawan, saya satu-satunya yang berani. Mobil saya tetap parkir di depan lobi saat menjelang lebaran," kata Bupati Ali Mukhni.
    Diakhir masa jabatannya, Bupati Ali Mukhni telah memperlihatkan banyak pretasi yang diraihnya. Tentunya prestasi demikian adalah buah manis dari kesungguhannya dalam memberikan pengabdian di tengah masyarakat. Dan hampir pula semua proyek besar selesai menjelang akhir tugasnya tahun depan tersebut. Banyak yang memujinya sebagai langkah bagus dan hebat. Tentu tak sedikit pula yang memberikan cibiran sekaligus cemoohan. Dasar orang Piaman, tentu tidak asing dengan persoalan cemooh itu. Tetapi Bupati Ali Mukhni tetap terus melangkah maju kedepan. Baginya, cemooh merupakan pelecut, sekaligus penyemangat dalam bertugas. (damanhuri)

Senin, 15 Desember 2014

Dalam Porprov XIII Menanti Emas Kembali Untuk Sepakbola Padang Pariaman

Dalam Porprov XIII
Menanti Emas Kembali Untuk Sepakbola Padang Pariaman

Parit Malintang, Singgalang
    Genderang Porprov XIII Sumbar di Kabupaten Dharmasraya berbunyi keras. 19 kabupaten/kota berlaga adu kepandaian, membawa nama baik daerah masing-masing. Porprov XII di Kabupaten Limapuluh Kota, atlet Padang Pariaman tampil cukup memuaskan, dan berhasil menempati urutan ke empat.
    Bahkan, untuk sepakbola, cabang olahraga yang paling bergengsi, Padang Pariaman bintangnya dua tahun lalu itu. Daerah ini juara satu, karena menang dalam final. Sabtu lalu, Bupati Ali Mukhni bersama Wakilnya Damsuar Datuak Bandaro Putiah melepas secara resmi keberangkatan kontingen dibawah pimpinan Kapolres AKBP Roedi Yoeliato itu.
    Saat Porprov Sumbar XII, Ketua KONI Padang Pariaman Faisal Arifin Rangkayo Majo Basa. Nama Ketua DPD Partai Golkar daerah itu jadi berkibar, karena mampu mengangkat nama Padang Pariaman dikancah Sumatera Barat yang cukup tinggi. Kini, KONI dipimpin Aprinaldi. Anak muda yang cukup agresif ditunggu kiprahnya dalam membangkitkan atlet daerah ini nantinya.
    Apakah Padang Pariaman mampu meraih yang terbaik? Mempertahankan empat besar, seperti saat Porprov XII, atau naik tiga besar seperti yang ditargetkan? "Kita tunggu saja apa yang akan dibawa atlet daerah ini nantinya pulang dari kabupaten yang berbatasan dengan Provinsi Jambi tersebut," kata masyarakat Padang Pariaman.
    Bupati Ali Mukhni yang juga dikenal sebagai olahragawan sangat tidak ingin anak-anak yang mewakili daerah itu tampil tidak memuaskan. Sebagai kepala daerah, dia tidak menjanjikan yang muluk-muluk dalam soal pemberian bonus untuk para atlet yang mampu meraih prestasi.
    "Saya tidak menjanjikan. Yang penting, atas kesepakan bersama, bonus atlet kita naikan jumlahnya dari tahun lalu. Ini penting, mengingat para atlet telah bekerja keras, mengeluarkan keringat demi Padang Pariaman," kata dia.
    Ali Mukhni minta semua pihak, pimpinan kontingen, para pengurus Pengcab, KONI, pimpinan SKPD, dan masyarakat Padang Pariaman memberikan dukungan moril dan materil, agar anak-anak daerah ini mampu meraih yang terbaik. "Lepaskan semua kepentingan. Saat ini adalah kepentingan Padang Pariaman yang paling utama. Kita akan pantau setiap momen dalam ajang Porprov demikian," ujar Ali Mukhni.
    Meskipun sedikit terjadi gesekan di cabang sepakbola Padang Pariaman saat ini, masyarakat sangat berharap cabang yang paling bergengsi ini mampu kembali meraih prestasi yang teratas, dan mampu pula mendapatkan emas. "Kalau di Padang Pariaman ndak ada karuah nan indak ka janiah, kusuik nan indak kasalasai. Semua pihak yang bertikai, harus menghilangkan ego masing-masing. Hanya satu kepentingan, bagaimana sepakbola dan cabang lainnya mampu meraih yang terbaik," ujar masyarakat. (damanhuri)

Sabtu, 06 Desember 2014

Ekspedisi Lubuak Nyarai 4 Walinagari Siap Mempromosikan Batu Permata Lubuk Alung

Ekspedisi Lubuak Nyarai 4
Walinagari Siap Mempromosikan Batu Permata Lubuk Alung

Lubuk Alung--Pengelola Lubuak Nyarai berusaha menjaga keaslian alam. Semua benda ciptaan Tuhan dilarang keras mengubahnya. Hal itu tampak di berbagai sudut ditulis dengan jelas, dan dipajang dengan pamplet ukuran kecil. Demikian itu dimaksudkan, agar Lubuak Nyarai yang ditemukan pertama kali, hingga akhir zaman nantinya tetap utuh, dan tidak berubah oleh tangan manusia.
    Nilai asli itu pula barangkali terletak daya tariknya Lubuak Nyarai, sebuah wisata alam yang diletakkan Tuhan di bumi Nagari Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman. Ekspedisi yang dilakukan Komunitas Pencinta Batu Akiak Piaman dan Forum Walinagari Padang Pariaman, Sabtu lalu menyimpulkan, bahwa masyarakat Gamaran, Salibutan, tempat wisata itu adanya harus siap dengan segala perubahan.
    "Yang namanya tempat wisata, tentu banyak dikunjungi oleh muda-mudi. Nah, paradigma sedikit nakal, tentu menjadi pemandangan menarik dikalangan wisatawan, selain indahnya alam Lubuk Nyarai itu sendiri. Namun, tentu sebatas kewajaran," kata Ketua Komunitas Pecinta Batu Akiak Piaman, Vifner.
    Asal jangan maksiat saja yang dilakukan oleh pengunjung di alam ini. Perbuatan maksiat pun diingatkan untuk tidak boleh dilakukan di sepanjang kawasan wisata demikian. Sebab, perbuatan maksiat termasuk bagian dari merusak tatanan alam nan indah ciptaan Tuhan itu sendiri.
    Disamping Lubuak Nyarai yang telah menerima banyak orang dari berbagai kalangan, di kawasan itu dulunya juga menjadi pusat pertahanan urang awak tatkala peristiwa pemberotakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Ada sejumlah kuburan pejuang yang ditemukan di hutan Gamaran tersebut.
    Tentu sejarah panjang itu harus dibangkitkan kembali, agar Lubuak Nyarai semakin menjadi wisata alam yang asri, dan semakin mengundang banyak wisatawan asing. Hingga saat ini, wisata Lubuak Nyarai masih dikelola oleh kelompok sadar wisata anak Nagari Lubuk Alung yang tergabung kedalam LA Adventure. Komunitas ini telah berhasil meraih prestasi nasional, akibat mengelola keaslian Lubuak Nyarai demikian.
    Walinagari Lubuk Alung, Harry Subrata merasa dapat kehormatan akibat adanya ekspedisi yang dilakukan Komunitas Batu Akiak Piaman dan Forum Walinagari Padang Pariaman. Dia ingin mengenalkan batu akiak asli Lubuak Nyarai ke kalangan rekannya para walinagari.
    "Kita ingin, semua walinagari di Padang Pariaman ini ikut meramaikan dan mengharumkan nama batu permata asli Lubuk Alung. Jenis batunya banyak, dan harus dipromosikan secara bersama, agar keberadaannya semakin dilirik," ujar dia.
    Hadirnya sejumlah batu permata di Lubuk Alung, agaknya tidak terlepas dari keberadaan Bukik Parmato, sebuah bukik yang selalu mematulkan cahaya di malam hari. Bukik Parmato, sebuah nama yang diberikan oleh leluhur rang Lubuk Alung, mungkin akibat pantulan cahaya yang selalu memacar diatas bukik demikian.
    Asril, Kapalo Mudo Salibutan melihat, Bukik Parmato memang sebuah bukik yang menyimpan banyak batu permata. Dan itu telah diakui oleh pihak yang ahli dibidang itu. Bukik Parmato terletak bersebelahan dengan hutan Gamaran, masih dalam kawasan Salibutan. Malah, orang pintar melihat adanya sumber potensi batu bara dalam kandungan bukik tersebut.
    "Banyaknya batu permata yang ditemukan akhir-akhir ini di kawasan Lubuak Nyarai, besar kemungkinan sebaran atau pecahan dari batu permata yang disimpan oleh Bukik Parmato itu," ujar Kapalo Mudo Gadang Salibutan itu.
    Senada dengan itu, Ketua KAN Lubuk Alung, Suharman Datuak Pado Basa melihat, Bukik Parmato adalah kekayaan alam Lubuk Alung. "Sejak kami ada, bukik itu sudah Bukik Parmato saja namanya. Artinya, nenek moyang kita tidak salah memberikan nama itu, tatkala pertama kali melihat pantulan cahaya yang timbul dari bukik demikian. Dan cahaya tersebut hingga sekarang masih ada," ujarnya. (damanhuri)

Kamis, 04 Desember 2014

Ekspedisi Lubuak Nyarai 3 Penebang Hutan Hilang, Pencari Rotan Bertambah

Ekspedisi Lubuak Nyarai 3
Penebang Hutan Hilang, Pencari Rotan Bertambah

Lubuk Alung--Sejak pariwisata Lubuak Nyarai terbuka, tidak ada lagi aktivitas penebangan hutan. Meskipun para penebang kayu di hutan Gamaran, Salibutan berhasil membuka jalan ke lokasi tersebut. Hanya tinggal bekasnya, lewat jejak di sepanjang jalan menuju Nyarai, berupa kayu balok yang sudah lapuk, dan jalan itu sendiri.
    Kini, masyarakat Gamaran yang menggantungkan hidupnya di hutan itu membudidayakan tanaman rotan. Sewaktu Komunitas Pencinta Batu Akiak Piaman dan Forum Walinagari Padang Pariaman melakukan ekspedisi Lubuak Nyarai, Sabtu lalu tampak banyak petani yang mengangkut rotan dari hasil pencariannya dalam hutan demikian.
    Memang, sepanjang jalan ke Lubuak Nyarai kami banyak menemukan jenis tanaman rotan. Menurut cerita Ajo Amin, salah seorang petani yang mencari kehidupannya dalam hutan itu, penebang kayu sudah lama tidak ada dalam hutan ini. "Memang jalan ini, adalah jejak untuk mengangkut kayu dulunya," kata dia.
    Disamping orang mencari rotan yang banyak bersua dalam hutan itu, para pecandu burung juga menjadikan hutan Gamaran sebagai tempat kesenangan. "Di bukik ini banyak burung hijau daun, dan burung lainnya. Biasanya, pencari burung banyak di lokasi ini. Bahkan, mencari burung di malam hari, juga menjadi kesenangan komunitas itu di hutan ini," ujarnya.
    Secara pastinya, Ajo Amin tak tahu banyak berapa jumlah rotan yang keluar tiap harinya dalam hutan Gamaran. "Yang jelas tiap senja, itu para pencari rotan bagaikan berbaris-baris sepanjang jalan Lubuak Nyarai menuju Gamaran, saking banyaknya pencari rotan itu," sebutnya.
    Di sisi lain, terbukanya Lubuak Nyarai menjadi berkah tersendiri oleh sebagian kaum perempuan Gamaran, Salibutan. Sirup (46) tahun misalnya, tiap hari berjualan minuman dan makan di komplek Nyarai tersebut. Ibu dari tiga orang anak itu mengaku, hanya sedikit dimahalkan harga jual, bila dibandingkan dengan di luar.
    "Misalnya segelas kopi di luar Rp3 ribu, awak menjual Rp4 ribu segelasnya. Kalau Sabtu dan Minggu, Alhamdulillah mencapai jual beli Rp1 juta. Kadang lebih. Tetapi, diluar hari itu, paling jual beli Rp500 ribu," kata Sirup menceritakan.           
    Bagi Sirup, berjualan di komplek Nyarai agaknya telah menjadi kesenangan. Apalagi, suaminya tak bisa pula berbuat banyak untuk menghidupi keluarganya. Untuk itu, tiap pagi dia berjalan dari Gamaran ke Lubuak Nyarai. Dia bawa berbagai minuman dan makanan untuk disajikan kepada pembeli yang kebanyakan anak muda-mudi.
    Walinagari Kudu Gantiang, Syafnil Oyon bersama rombongan ekspedisi mengingat Sirup untuk tidak menaikkan harga jual yang terlalu tinggi. "Kami bersama rombongan melakukan survei, melihat Lubuak Nyarai dengan segala kelebihan dan kekuarangannya. Termasuk memantau harga jual bahan kebutuhan sepanjang Nyarai ini," ujarnya.
    "Kelemahan selama ini di kampung kita, ketika sudah berubah keadaan. Orang luar mulai banyak masuk, itu harga barang kebutuhan melonjak naiknya. Paradigma dan perangai demikian jangan sampai tertular di kalangan pedagang di sepanjang Lubuak Nyarai," tambah Nusirwan Nazar, Ketua Forum Walinagari Padang Pariaman. (damanhuri)

Senin, 01 Desember 2014

Ekspedisi Lubuak Nyarai 2 Pemandangan Menarik yang Harus Dilestarikan Keberadaannya

Ekspedisi Lubuak Nyarai 2
Pemandangan Menarik yang Harus Dilestarikan Keberadaannya

Lubuk Alung--Jarak tempuh mulai dari posko hingga ke tempat wisata Lubuak Nyarai sebenarnya tidak jauh amat. Ada sekitar empat kilometer. Tapi, medan tempuh lumayan berat. Komunitas Pecinta Batu Akiak Piaman, dan Forum Walinagari saat ekspedisi, Sabtu lalu merasakan bengkak betis, dan litaknya badan akibat perjalanan demikian.
Sepanjang jalan, ada banyak titik perhentian yang ditandai dengan kedai sederhana. Penjual menyediakan semua kebutuhan penjelajah. Mulai dari sandal jepit, berbagai minuman, makanan sampai kalau dipesan terlebih dulu, ada nasi yang disediakan. Pedagang itu semuanya berdomisili di perkampungan Gamaran. Tiap hari dia berdagang, sejak Lubuak Nyarai mulai ramai dikunjungi wisatawan lokal dan manca negara.
Ada banyak lubuak menjelang sampai di Lubuak Nyarai yang bisa ditemui. Mulai dari Lubuak Ngungun, Batu Tuduang, Lubuak Kasai, Sakayan Jambak, Lubuak Lalang. Desauan dan gemuruh air yang dialirkan di sepanjang lubuak itu, menjadi irama tersendiri dalam perjalan panjang.
Enam mahasiswa UNP yang tengah ber-KKN di Nagari Lubuk Alung, sengaja diangkut untuk meramaikan suasana. Mereka; Yusnia Warman, Anila Putri Yose, Erika Susanti, Jasmanina, Sakinah Hasti, dan Resven Peres. Becetnya jalan, sulitnya medan tempuh terasa berkurang oleh kehadiran calon intelektual bangsa itu.
Semua lubuak yang bersua sepanjang jalan itu, tampak sangat indah dan masih perawan. Dihiasi batu sebesar rumah, menjadi pemandangan menarik yang perlu dilestarikan terus keberadaannya. Air sungainya jernih, sama dengan hulunya di Lubuak Nyarai itu sendiri. Tetapi, manakala hujan lebat turun, seketika air yang jernih berubah jadi keruh.
Bagi Ketua Forum Walinagari Padang Pariaman, Nusirwan Nazar, Walinagari Kudu Gantiang, Syafnil Oyon, Walinagari Limau Puruik Arifnal, Ketua Komunitas Pecinta Batu Akiak Piaman yang sekaligus Ketua KPU daerah itu, Vifner merancahi Lubuak Nyarai itulah pertama kali dilakukannya. "Memang, kalau sesekali ditempuh, perjalan akan terasa sangat lama dan jauh sekali," katanya.
Sayfnil Oyon terkesima melihat keaslian Lubuak Nyarai. Walinagari Limau Puruik, Arifnal tak sanggup mandi, lantaran panasnya kondisi badan akibat berjalan kaki. Hanya Walinagari Lubuk Alung, Harry Subrata yang menceburkan badannya ke Lubuak Nyarai. Dia sudah terbiasa, dan sering pula kesana. "Meskipun lelah yang teramat sangat menjangkiti badan, saat tiba di lokasi yang sebenarnya, datang sendiri obat lelah demikian. Suhanallah. Inilah kekuasaan Tuhan menciptakan alam," kata dia.
Sepanjang Sabtu itu, banyak rombongan lainnya yang sengaja berlibur ke Lubuak Nyarai. Ada SMK Kesehatan Lubuk Alung, mahasiswa Unand, UNP, dan sejumlah remaja dari Lubuk Basung dan Padang Panjang yang kami jumpai di lokasi tersebut.
Dari sekian banyak tempat berhenti untuk istirahat, rombongan memilih Lubuak Lalang sebagai tempat istirahat agak lama. Di lokasi ini, pedagang menyediakan nasi, karena sudah dipesan dari awal oleh Walinagari Harry Subrata. Sambil menunggu nasi matang, walinagari itu mencari yang namanya batu akiak yang saat ini lagi trend-trendnya dipakai banyak orang. (damanhuri)

Ekspedisi Lubuak Nyarai 1 Desauan Air Sungai Batang Salibutan Ikut Memberi Semangat Perjalanan

Ekspedisi Lubuak Nyarai 1
Desauan Air Sungai Batang Salibutan Ikut Memberi Semangat Perjalanan

Lubuk Alung--Pagi Sabtu (29/11) matahari menampakkan sinarnya. Komunitas Pecinta Batuak Akiak Piaman bersama Forum Walinagari Padang Pariaman yang sudah lama berkeinginan melakukan ekspedisi Lubuak Nyarai, pagi itu mewujudkan niatnya bersama Singgalang.
Sambil menunggu Ketua Forum Walinagari, Nusirwan Nazar, Ketua Komunitas Pecinta Batu Akiak Piaman, Vifner, Walinagari Lubuk Alung Harry Subrata bersama sejumlah penunggu telah menyiapkan segala sesuatunya di Asam Jawa, Lubuk Alung. Maklum, perjalanan kesana memakan waktu seharian untuk pulang perginya.
Walinagari Lubuk Alung termasuk walinagari agresif. Dia mengakomodir semua keinginan peserta ekspedisi, yang memang bertujuan untuk mengangkat nama pariwisata Lubuak Nyarai, yang sudah sering dapat kunjungan oleh banyak kalangan. Enam orang mahasiswa UNP yang tengah ber-KKN di Lubuk Alung diangkutnya kesana.
Lubuak Nyarai yang terletak di hutan rimba Gamaran, Korong Salibutan, Nagari Lubuk Alung agaknya sebuah rekreasi sejarah panjang yang ada dalam nagari itu. Jangan coba-coba bawa anak-anak dibawah umur, karena perjalannya sangat menantang sekali.
Bagi pengunjung, mulai dari posko Nyarai untuk sampai lokasi terasa sekali sangat jauhnya perjalan tersebut. Bahkan, telah diingatkan akan memakan waktu 2,5 sampai tiga jam perjalanan. Tetapi, bagi pedagang musiman yang berkedai di setiap titik perhentian dan di Nyarai itu sendiri yang tiap hari menempuh semak belukar itu, hanya sejam, dan malah ada yang setengah jam menempuhnya.
Ketua Forum Walinagari, Nusirwan Nazar, Walinagari Kudu Gantiang, Syafnil Oyon, Walinagari Limau Puruik, Arifnal merasa sekali beratnya medan tempuh. Sepanjang perjalanan, hanya desauan air Sungai Batang Salibutan yang menjadi irama hiburan. Desauan itu tak pernah berhenti dan menghilang, meskipun kami berada di ketinggian bukik. Sesekali tingkah burung bernyanyi pun ikut menguatkan lutut untuk terus melangkah.
Yang lebih istimewa, tentu garah-bagarah dalam perjalanan bersama mahasiswa UNP. Mereka; Yusnia Warman, Anila Putri Yose, Erika Susanti, Jasmanina, Sakinah Hasti, dan Resven Peres sangat terasa sekali semangat pejuangnya. Anila Putri yang anak Mudiak, Limapuluh Kota itu tak henti-hentinya mengabadikan para komunitas Pecinta Batua Akiak Piaman dan Forum Walinagari, sepanjang momen rancak dalam perjalanan itu.
"Saya sangat penasaran. Sejak beberapa bulan belakangan, Lubuak Nyarai selalu jadi postingan rancak dalam dunia maya. Begitu juga oleh media massa daerah dan nasional. Terakhir, Lubuak Nyarai punya banyak batu akiak yang belum banyak terjangkau," kata Vifner yang juga Ketua KPU Padang Pariaman itu.
Menurut masyarakat Gamaran yang menjadikan rimba itu sebagai urat nadi kehidupannya, yang kami temui dalam perjalanan pulang, jalan setapak menuju Nyarai merupakan rintisan orang pengambil kayu hutan. "Kayu diaritnya dihutan, lalu diirik dengan tenaga kerbau untuk sampai ke bawah. Di bagian atas Lubuak Nyarai itu, Bukik Sambuang namanya. Di bukik itulah Gamawan Fauzi, Bupati Kabupaten Solok yang lima tahun jadi Mendagri ditemui oleh Ucok, warga Gamaran yang sedang mencari burung," katanya.
Bukik Sambuang masih hutan lindung, berada dalam kawasan Salibutan. Di Bukik itulah sumber air Lubuak Nyarai, yang selanjutnya dialiri oleh Sungai Batang Salibutan. (damanhuri)

Senin, 17 November 2014

Nagari Lubuk Alung Menghasilkan Banyak Jenis Batu Permata

Nagari Lubuk Alung Menghasilkan Banyak Jenis Batu Permata

Lubuk Alung--Terbukanya kawasan wisata alam Lubuak Nyarai di Nagari Lubuk Alung, membuat nagari itu semakin terkenal. Lubuak Nyarai atau juga lazim disebut Air Terjun Nyarai terletak di hutan Gamaran, Korong Salibutan. Semakin banyak saja orang berkunjung, menikmati jernihnya air, dan indahnya alam itu saat musim libur. Setelah lokasi itu go nasional, ternyata banyak pula benda lain yang sangat berharga ditemukan di lokasi itu, selain indahnya alam ciptaan Tuhan tersebut.
    Ada banyak jenis batu permata yang ditemukan di Lubuak Nyarai demikian. Selama ini, baju akiak banyak ditemukan di daerah luar. Seperti Lumuik Sungai Dareh yang terdapat di Dharmasraya, Lumuik Suliki yang ada di Kabupaten Limapuluh Kota, dan sejumlah batu lainnya yang ada di Solok Selatan dan Pesisir Selatan. Padang Pariaman rasanya belum punya jenis batu, yang kini sedang trend-trend sebagai perhiasan tangan oleh banyak orang, laki-laki dan perempuan.
    "Alhamdulillah, satu lagi kekayaan alam bersua di nagari ini. Ada batu jenis Lumuik, Limau Manih, Kecubung, Panca, Merah Dagiang, Virus. Semua itu ditemukan di hutan Nyarai, yang legalitasnya akan di-paten-kan. Menurut penemunya, sumber batu-batu itu sangat banyak, dan besar sekali potensinya. Tinggal lagi pengembangannya," kata Walinagari Lubuk Alung, Harry Subrata.
    Sekarang, hampir semua pecinta batu telah memakai hasil yang dikeluarkan Lubuak Nyarai itu. Dan popularitasnya mulai dikembangkan lewat dunia maya. Seiring dengan itu, para tukang asah batu pun mulai bermunculan di sekitar kawasan Lubuk Alung. Batu yang banyak itu ditemukan secara alamiah, dan telah diakui keabsahan oleh para ahli batu.
    Walinagari Lubuk Alung Harry Subrata termasuk anak muda yang sudah lama gemar dan hobi memakai cincin batu. Dia memang paling senang pakai cincin batu. "Kalau dilihat batu Lubuk Alung ini, tidak kalah oleh batu dari daerah lainnya. Cuman, populernya batu Lubuk Alung agak sedikit terlambat, bila dibandingkan dengan Lumuik Suliki, kampungnya Tan Malaka, dan Lumuiknya Sungai Dareh yang ikut dipopulerkan Presiden SBY," ujarnya.
    Hasil pengamatan, hampir semua bukik-bukik yang ada di Lubuk Alung punya potensi batu rancak. Begitu juga di Koto Buruak, tepatnya di bawah jembatan yang baru di bangun, dan di Bukik Lubuk Alung juga tidak kalah hebat dan rancaknya batu permata yang dihasilkan. Ternyata, secara umum perekonomian pengrajin batu lebih top pula saat ini, bila dibandingkan dengan perajin emas.
    "Banyak orang Lubuk Alung yang selama ini perajin emas di kampung orang, mulai beralih ke perajin batu. Dan itu ternyata menambah kemasukan bagi kehidupannya, dibanding sebelumnya saat mengembangkan usaha emas. Tentu hal itu akibat semakin tinggi dan banyaknya peminat batu tersebut," ungkapnya.
    Hadirnya beragam jenis batu permata di Lubuk Alung, agaknya mulai menghilangkan popularitas nagari itu yang selama ini terkenal sebagai penghasil galian C terbesar. Prosfek nagari itu untuk berkembang dan maju pesat, semakin terlihat. Termasuk kehadiran batu permata, yang mulai dilirik oleh orang luar.
    Walinagari Harry Subrata bersama masyarakatnya, ingin mengembangkan batu itu kearah yang lebih baik. Punya legalitas resmi, dan sah sebagai milik kekayaan alam nagarinya. "Sekarang, Padang Pariaman sudah punya produk tambahan; batu permata yang dihasilkan oleh bumi Lubuk Alung," sebutnya. (damanhuri)

Jumat, 17 Oktober 2014

Masjid Pakai Tabuah Terpanjang Itu Semakin Tacelak

Masjid Pakai Tabuah Terpanjang Itu Semakin Tacelak

VII Koto--Kehadirannya sangat dinanti jamaah shalat yang telah menunggu di rumah Allah yang sedang dalam tahap pembangunan itu. Dengan langkah ringan dan bersahaja, ia menyalami satu persatu jamaah saat menuju saf pertama sebelum menunaikan ibadah Shalat Jumat, di Masjid Raya VII Koto, Ampalu, Jumat (10/10). Ia lah Bupati Padang Pariaman Ali Mukhni yang datang bersama jajarannya.
    Sebelum menyampaikan sambutanya, terlebih dahulu pengurus masjid setempat, Ali Basar Tuanku Sutan Sinaro mengekspos perkembangan pembangunan masjid tersebut. Ia mengatakan bahwa Masjid Raya VII Koto yang telah berumur tiga abad itu merupakan cagar budaya di Sumatera Barat. Ia berterima kasih atas bantuan pemerintah lewat dukungan rekonstruksi masjid pascagempa 2009 yang lalu.
    "Masjid Raya VII Koto merupakan cagar budaya di Sumbar. Mesjid ini sudah berumur tiga abad, dan ada peninggalan sejarah yaitu "tabuah" terpanjang di Ranah Minang. Tabuah digunakan untuk menandakan masuknya waktu sholat," kata Ali Basar.
    Selanjutnya, Ali Basar juga mengapresiasi Pemprov Sumbar dan Kabupaten Padang Pariaman atas selesainya pembanguan jembatan dan jalan selebar 15 meter yang menjadikan Ampalu semakin tacelak. Bahkan saking bangganya, Ali Basar mengatakan bahwa jalan di depan masjid selayaknya jalan yang ada di Jakarta.
    "Megahnya jembatan dan mulusnya jalan membuat kami serasa berada di Jakarta. Terima kasih kami kepada Bapak Gubernur Irwan Prayitno dan Bupati Ali Mukhni. Semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak," kata Ali Basar yang didampingi tokoh masyarakat VII Koto, Rajo Sailan.
    Secara khusus, ia mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diserahkan Bupati Ali Mukhni berupa satu unit mimbar khatib yang telah digunakan untuk kegiatan shalat Jumat. "Atas nama jamaah, kami ucapkan terima kasih atas keikhlasan Bapak Ali Mukhni dari dana pribadinya memberikan bantuan satu unit mimbar khatib yang kita lihat bersama hari ini. Semoga amal ibadah terus mengalir bagi beliau beserta keluarga," katanya mendoakan.
    Anggota DPRD Padang Pariaman asal Ampalu, Ramli yang juga tokoh masyarakat setempat menyampaikan aspirasi masyarakat untuk peningkatan jalan menuju masjid sepanjang 400 meter. Karena saat ini jalan yang ada belum memadai, dan sempit hanya selebar 1,5 meter untuk satu jalur kendaraan roda empat saja.
    "Tadi saya sudah sampaikan kepada Pak Bupati mengenai pelebaran dan peningkatan jalan menuju Rumah Allah ini. Alhamdulillah beliau sudah setuju. Melalui Dinas PU, akan kita anggarkan pada tahun 2015," kata Politikus Partai Gerindra ini.
    Bupati Ali Mukhni mengajak masyarakat untuk meningkatkan
ukhuwah Islamiyah, sehingga melahirkan generasi yang religius dan takut
berbuat dosa. Peranan niniak mamak, alim ulama beserta pemerintah sangat penting untuk mewujudkan Padang Pariaman yang religius.
    "Tadi saya juga mampir di jembatan Ampalu bersama Kadis PU, pemandangannya sungguh indah. Masih asri dan alami. Mari bersama kita jaga infrastruktur itu, biar bermanfaat bagi masyarakat," kata Bupati Ali Mukhni yang didampingi Kabag Humas Hendra Aswara. (damanhuri)

Kamis, 09 Oktober 2014

Potret Kehidupan Arman Dengan Jualan Koran dan Gorengan Anak Bisa Kuliah

Sei. Geringging--Potret kehidupan Arman sepertinya jadi inspirasi tersendiri bagi banyak orang. Tak banyak neka-neko, Arman hanya menjalani hidup bagaikan air mengalir saja. Tak terasa sudah tujuh tahun lamanya bapak berusia 49 tahun ini melakono profesi pengantar koran. Subuh-subuh, dia racak motornya dari Batu Mengaum, Sungai Geringging ke Sungai Limau. Nah, di Sungai Limau dia tunggu mobil pengangkut koran dari Padang, untuk selanjutnya diantar ke pelanggan yang ada di Sungai Limau hingga Kecamatan IV Koto Aua Malintang, yang berbatasan dengan Kabupaten Agam.
    "Dulu awalnya hanya koran Singgalang saja. Belakangan, semua koran harian. Ya Padang Ekpress, Posmetro, dan Haluan. Lumayan juga banyaknya langganan sampai ke Aua Malintang. Tapi tidak ada honor dari kantor. Yang ada hanya persentase dari langganan tersebut," cerita Arman, saat bersua Bupati Padang Pariaman Ali Mukhni di salah satu rumah makan di Pasar Sungai Geringging, Senin lalu.
    Siang itu Arman baru saja selesai ngantar koran langganannya. Saat makan siang, diapun tak menyangka kalau ada Bupati Ali Mukhni dan sejumlah pejabat yang sedang makan siang pula di Sungai Geringging. Mantan Camat Sungai Geringgi Bustanil Arifin yang saat ini menjadi Camat di Kecamatan Anai mengubik dia, untuk duduk makan bersama. Dengan basa-basi, Arman pun duduk di depan orang nomor satu di Padang Pariaman itu dengan saling berhadapan.
    Sehabis makan, Bupati Ali Mukhni menanya Arman. "Lah bara anak," tanya dia. Empat baru Pak," kata dia pula. Alahtu. Jangan ditambah lagi, seloroh Bupati Ali Mukhni. Arman pun menceritakan, empat orang putra-putrinya sedang dalam bangku pendidikan. dua orang sedang kuliah. Satu di Unand Padang, dan satu lagi di STIKIP YDB Lubuk Alung. Yang terakhir ini sedang dalam PKL saat ini.
    Bupati Ali Mukhni terus mengorek sumber kehidupan seorang Arman. Karena dua anaknya lagi sedang di bangku SMA dan SMP. Tentu hal demikian butuh biaya yang tidak sedikit. Sedangkan kemasukan uang dari penjualan korannya tiap pagi, sama sekali tak akan mampu untuk itu. "Sorenya saya membantu urang rumah jualan gorengan depan rumah, Pak. Lalu, jelang Magrib masuk, saya ke masjid mengimami shalat, dan ngajar anak mengaji bagai," kata dia.
    Bupati Ali Mukhni terharu mendengar cerita Arman. Apalagi, di wajahnya ada bekas atau tanda-tanda orang yang sangat rajin beribadah. Bupati Ali Mukhni tambah senang. Seketika itu, sebelum meninggalkan kedai nasi, Ali Mukhni memberikan seikhlasnya sejumlah uang. Senanglah hati Arman. Bupati berpesan, jangan sampai semua anaknya itu terhenti pendidikannya. Kelanjutan pendidikan anak sangat berarti sekali dalam membina rumah tangga.
    Bagi Arman, tampak menjalani kehidupan harus ada keseimbangan antara dunia dan akhirat. Dengan itu pulallah, semangatnya untuk menghidupkan masjid dengan shalat berjamaah tiap waktu menjadi kesenangannya. Dia mengaku, itulah pertama kalinya sentuhan kepala daerah yang dia rasakan. Dan sama sekali Arman tidak pernah membayangkan, kalau suatu ketika dia bisa berdialog dan bincang-bincang dengan seorang bupati.
    Pasca itu, cerita kehidupan Arman dikembangkan oleh Bupati Ali Mukhni dalam pertemuannya dengan ratusan guru honor yang menerima insentif. Ali Mukhni mengajak para guru honor yang insentifnya hanya Rp300 ribu sebulan itu menjadikan Arman sebagai sumber inspirasi. "Arman dan istrinya tidak PNS dan tidak pula seorang guru honor. Hanya penjual koran dan gorengan. Tapi dua anaknya sedang kuliah, dan dua lagi sedang SMA dan SMP. Memang rahasia Tuhan tidak banyak manusia yang mengetahui. Itulah kekayaan Yang Maha Kuasa dalam menghidupkan hamba-Nya," kata Ali Mukhni. (damanhuri)

Selasa, 07 Oktober 2014

Bupati Ali Mukhni Terenyuh di Aua Malintang


Aua Malintang---Malang benar nasib Rudi Hartono. Sebelah kakinya bagian lutut membengkak, akibat tersentuh knalpot motor yang lumayan hangatnya beberapa bulan yang silam. Sekarang, kalau berjalan pria berusia 17 tahun itu harus pakai tongkat. Anak nomor tiga dari lima bersaudara itu hanya bisa duduk di rumah. Sebagai anak laki-laki, Rudi Hartono merupakan tulang punggung dari keluarganya. Apalagi, ayahnya Kandunia telah lama meninggal dunia.
    Senin kemarin, Desmawati, ibu kandung Rudi Hartono merasa terkejut. Rumahnya yang sederhana di Korong Padang Beringin, Nagari III Koto Aua Malintang didatangi Bupati Padang Pariaman Ali Mukhni, bersama sejumlah pejabat di lingkungan Pemkab. Bupati Ali Mukhni sehabis kegiatan di Sungai Geringging, dikasih tahu oleh tokoh muda Aua Malintang, H. Azwar Mardin tentang parasaian anak muda malang tersebut.
    Desmawati yang sehari-hari hanya petani kampung itu menceritakan, kalau anaknya Rudi terjatuh dari motor habis menolong orang. Dari itu, knalpot menyentuh lututnya, dan sampai membengak. Desmawati pun telah membawa anaknya berobat ke Puskesmas Aua Malintang. Dokter bilang, Rudi sakit kanker, dan harus diobati di rumah sakit. Bagi Desmawati, ingin sekali anak bujangnya itu cepat sembut. Tapi apa hendak dikata, duit yang banyak itu benar yang tidak ada untuk mengobatinya.
    "Sejak awal kejadian, bengkak kaki Rudi terus membesar. Sampai dia harus pakai tongkat lantaran tak lagi bisa diangkat kakinya kalau mau berjalan. Sering berobat kampung, tapi mungkin karena belum bersua jodohnya dengan penyakit, sehingga belum juga sembuh," ujarnya sedih.
    Bupati Ali Mukhni merasa terenyuh melihat nasih yang menimpa keluarga Desmawati. Seketika itu, Ali Mukhni mengontak anak buahnya Aspinuddin, Kepala Dinas Kesehatan Padang Pariaman. Bupati Ali Mukhni menceritakan kisahnya dalam melihat keluarga miskin yang sakit, dan butuh pengobatan. Ali Mukhni menyarankan, kalau butuh rujukan, tolong berikan, dan fasilitasi supaya bisa dirawat.
    Kedatangan Ali Mukhni ke rumah Desmawati terasa menjadi obat bagi keluarga itu sendiri. Ali Mukhni tidak sendirian. Dua anggota dewan asal Dapil itu; Dwi Warman Chaniago dari PPP dan Kamarsam dari Partai Demokrat juga ikut. Camat IV Koto Aua Malintang, Kepala Dinas Pendidikan Mulyadi, serta sejumlah pejabat lainnya. Dwi Waraman langsung mengaruk sakunya, dan memberikan seikhlaskan untuk biaya berobat Rudi kepada ibunya.
    Hadrochepalus
    Masih di Korong Padang Beringin, Nagari III Koto Aua Malintang, dan tak jauh dari rumah orangtua Rudi Hartono, Bupati Ali Mukhni pun diajak melihat anak malang, berusia lima tahun, tapi tak padai bicara. Kepalanya membesar. Tiap hari anak itu hanya dalam gendongan ibu dan neneknya. Anak nomor dua dari pasangan Sita dan Bukik itu mengalami penyakit hadrachepalus sejak lahir. Anak itu diberi nama Nabil oleh kedua orangtuanya.
    Sita dan Bukik hanya orang kampung biasa. Tinggal di pondok kecil menyewa pula, lantaran mereka tak lagi punya rumah sampai sekarang akibat runtuh oleh gempa 2009 silam. Tiap hari Sita bekerja di huller depan rumahnya menjemur padi, untuk menyambung hidupnya dari upah jemuran padi. Sementara, suaminya Bukik bekerja di sawah dan ladang milik orang lain. Cerita tokoh masyarakat setempat, Edi Yasmahadi, Nabil pernah dilihat oleh Dinas Sosial Padang Pariaman, tetapi tidak ada tindak-lanjutnya sampai sekarang.
    Bupati Ali Mukhni memberikan uang sakunya. Dan pejabat lainnya, Mulyadi, Yuniswan pun ikut berdoncek. Tak kurang dari sejuta uang diberikan kepada keluarga itu, tanda buah tangan. Keluarga ini merasa tersanjung. Tak pernah terbayangkan olehnya, kalau pondok buruknya itu dikunjungi orang nomor satu di Padang Pariaman. Dia pun menyampaikan terima kasih atas kepedulian Bupati Ali Mukhni dan rombongan. (damanhuri)

Senin, 22 September 2014

Dinda Dwiputri Hilman Melanjutkan Studinya Tanpa Kepastian

Dinda Dwiputri Hilman Melanjutkan Studinya Tanpa Kepastian

Lubuk Alung---Dinda Dwiputri Hilman melanjutkan studinya tampa kepastian. Anak yang baru tamat SD itu atas prakarsa Karang Taruna Nagari Lubuk Alung, kini melanjutkan pendidikannya di Pesantren Nurul Yaqin, Ringan-Ringan, Kecamatan Enam Lingkung. Dia hampir saja putus sekolah, lantaran tak ada keluarganya yang mau melanjutkan masa depan anak malang demikian.
    Selama sekolah di SD dekat rumah orangtuanya di Sungai Abang, Lubuk Alung, Dinda cukup punya prestasi yang lumayan meyakinkan. Namun, tak punya uang dan orangtua yang mampu untuk menyekolahkannya. Bahkan, untuk tamat SD saja Dinda berjibaku bekerja menjualkan makanan milik orang lain.
    Kedua orangtua jauh tinggal di rantau orang, untuk mengadu nasib. Dinda disuruhnya pulang dan selanjutnya tinggal di kampung, lantaran untuk menemani ibu dari ibunya yang sakit parah. Pengabdian anak sekecil Dinda lumayan berat kepada neneknya yang bernama Marnis, yang baru saja meninggal akibat penyakit komplikasi.
    Dengan berjualan sambil sekolah itulah Dinda mampu menyelesaikan pendidikan SD-nya. Dia ingin melanjutkan sekolah, tapi tak ada jalan. Bahkan untuk uang masuk saja kedua orangtua tak punya, aku Dinda saat ditanya. Akhirnya, Ketua Karang Taruna Lubuk Alung; Jasman Jay menyerahkannya ke Pesantren Nurul Yaqin.
    "Berkat bantuan dari hamba Allah, uang masuk, beli kelengkapan telah selesai. Untungnya uang masuk tak pula mahal di pesantren yang dimiliki Syekh Ali Imran Hasan demikian, sehingga Dinda bisa masuk. Bahkan, lantaran anak ini punya nilai lumayan semasa SD, di pesantren dia dapat lokal unggul pula. Alhamdulillah," kata Jasman Jay.
    Jasman Jay bersama pengurus Karang Taruna lainnya telah mengadukan hal itu ke BAZ Padang Pariaman untuk bisa dicarikan solusi jangka panjang. Sebab, untuk biaya hariannya saat ini belum ada kepastian dari mana akan dicarikan. Seperti beras, biaya beli sambal dan lainnya.
    "Kita berharap banyak, BAZ Padang Pariaman dan pihak lainnya bisa ikut memberikan kemudahan terhadap masa depan anak cerdas, tapi miskin itu. Kita ingin, ditengah keterbatasan itu pendidikan agama dan umumnya bisa selesai dengan baik dan benar di pesantren tersebut, sehingga berguna ditengah masyarakatnya di kemudian hari," harap Jasman Jay. (damanhuri)

Sabtu, 30 Agustus 2014

Koto Buruak Lubuk Alung Kembali Bergaya

Koto Buruak Lubuk Alung Kembali Bergaya

Lubuk Alung---Semasa era Orde Baru dulu, Koto Buruak dikenal dengan 'Desa Bergaya'. Dan itu dibunyikan dan ditulis gadang-gadang di gerbang masuk Koto Buruak dari arah Singguliang. Desa dihapuskan, dan berganti dengan pemeritahan nagari. Koto Buruak tentu kembali menjadi korong dalam Nagari Lubuk Alung. Tulisan Koto Buruak Desa Bergaya pun hilang, dan mungkin punah oleh zaman yang semakin kencang berjalannya.
    Koto Buruak sejarah Lubuk Alung, itu tak bisa pula ditanggalkan. Karena di Koto Buruak itulah terletak yang namanya lubuk dan bukik yang bernama Lubuk Alung. Lubuk dalam sungai Batang Anai itu merupakan tempat pemandian dan permainan anak nagari zaman saisuak. Nah, diatas Lubuk Alung itu saat ini sedang dibangun sebuah jembatan rancak. Satu dari empat jembatan yang nantinya menjadi lintasan jalan lingkar Duku-Sicincin.
    Khusus jembatan yang menghubungkan Gantiang dengan induknya, Koto Buruak tersebut terkesan paling fenomenal. Tak heran, Bupati Padang Pariaman Ali Mukhni acap melihat dan memantau perusahaan yang tengah mengerjakannya. Dan dipangkal jembatan di seberang, tepatnya di Bukik Lubuk Alung juga tengah di bangun Kantor Walinagari Lubuk Alung yang representatif.
    Melihat kondisi yang ada saat ini, tahun depan jembatan demikian sudah bisa dilalui. Bahkan, lebaran nanti Pasar Lubuk Alung yang dikenal paling macet di Padang Pariaman, tidak akan lagi macet akibat berpindahnya jalan itu, sebagai alternatif dari kemacetan. Boleh dilihat, keberadaan jembatan Bukik Lubuk Alung menjadi pesona wisata baru di nagari yang terkenal dengan panasnya itu.
    Sepertinya, kehadiran jembatan yang dibangun dengan anggaran dari pusat itu mampu mengembalikan Koto Buruak untuk kembali bergaya, yang pernah dibuat semasa hidup berdesa dulunya. Kini saja belum sudah jembatan itu, hampir tiap sore anak-anak kampung dan masyarakat Lubuk Alung pergi bermain-main di lokasi itu. Bila kondisi di Pasar Lubuk Alung terasa angek disiang hari, pergilah ke Bukik Lubuk Alung, maka angek atau panasnya udara akan hilang oleh hembusan angin dari arah Salibutan. Jangan lupa, bawa sebungkus nasi, biar lengkap isi perut.
    Apalagi, warung kopi untuk nongkrong di malam hari sudah pula ada. Lekaplah suasanya untuk mengembalikan Koto Buruak untuk kembali bergaya, meninggalkan wilayah lainnya. Dan Koto Buruak memang korong yang paling besar pula dalam Nagari Lubuk Alung. Kampung ini punya tujuh jorong; Koto Buruak Mudiak, Gantiang, Padang Baru, Koto Buruak Hilia, Kayu Gadang, Surantiah, dan Kapalo Koto.
    Saking besarnya korong itu, Sikabu Lubuk Alung yang merupakan nagari pecahan dari Lubuk Alung berada di tengah Koto Buruak. Artinya, Nagari Sikabu semacam titik yang terletak dalam Korong Koto Buruak. Di Surantiah Koto Buruak saja banyak pusat-pusat wisata yang belum tergarap saat ini.
    Sebut saja Babang Indah, sebuah air terjun yang berdekatan dengan Air Terjun Nyarai di Salibutan. Alam Surantiah nan asri berada dibawah Bukik Barisan. Melahirkan sumber air bersih, lahan pertanian yang luas. Bisa dibilang, Surantiah Koto Buruak serpihan Surga yang belum banyak diketahui orang luar. (damanhuri-wartawan muda)

Minggu, 17 Agustus 2014

Pilkada Padang Pariaman 2015 Tokoh Dapil III dan IV Paling Banyak Bermunculan


Pilkada Padang Pariaman 2015
Tokoh Dapil III dan IV Paling Banyak Bermunculan

Padang Pariaman--Sepertinya Pilkada Padang Pariaman 2015 bakal seru. Hajatan yang akan memilih bupati dan wakil bupati itu akan diikuti banyak calon karen sudah mulai bermunculan para kandidat itu dari sekarang.
    Dikabarkan pula, kalau Ali Mukhni dan Damsuar yang saat ini masih satu paket, besar kemungkinan akan berpisah. Banyak orang menilai, Damsuar akan maju menjadi calon bupati, dan Bupati Ali Mukhni pun demikian. Bahkan, kedua orang ini paling tersebut sebagai kandidat paling kuat, lantaran faktor incumbent barangkali.
    Dari wacana yang berkembang saat ini, Dapil III dikabarkan banyak tokoh yang akan maju. Dapil yang meliputi Kecamatan Ulakan Tapakis, Nan Sabaris, Enam Lingkung, 2x11 Enam Lingkung, dan 2x11 Kayutanam itu memang terkenal banyak tokoh hebat. Nama yang disebut-sebut akan maju di Dapil ini; Indra Khaidir. Anak muda Ulakan yang dosen UBH Padang ini juga pernah menjuluki dirinya sebagai politisi muda. Dia enerjik, punya pengalaman mengorganisir mahasiswa dan kader muda. Indra pernah maju jadi Caleg DPR RI lewat PKB, tapi tak terpilih saat itu. Di Ulakan Tapakis dan Padang Pariaman namanya sudah tak asing lagi. Suka berpenampilan rapi dan necis, sehingga mengundang banyak simpatik.
    Disamping itu, tersebut pula nama Suhatri Bur. Mantan Ketua KPU ini sekarang dipercaya memimpin BAZ Padang Pariaman. Putra Enam Lingkung ini punya keberhasilan yang lumayan diperhitungkan. Sejak BAZ dia pimpin, banyak sudah gagasannya yang dikembangkan. Bupati Ali Mukhni dapat penghargaan Zakat Award adalah semasa lembaga itu dipimpinnya. Suhatri Bur punya jaringan yang kuat lantaran lama di KPU. Dia juga bergelut di Asosiasi LPM Padang Pariaman.
    Kemudian muncul pula nama Dedy Edwar. Anggota DPRD Sumbar dari Hanura ini adalah ujung tombak grup Mato Aia di parlemen. Anak muda gagah yang pernah jadi anggota DPRD Padang Pariaman dari Golkar ini dinilai punya kekuatan yang tak bisa dianggap enteng. Meskipun dia seorang anggota dewan yang sudah hampir habis masa baktinya, dia salah seorang pejabat teras di jajaran DPD Hanura Sumbar.
    Masih di Dapil III. Nama Syofrion Mansur dan Usman Labai juga jadi 'gunjingan' banyak orang. Syofrion yang putra Kapalo Hilalang ini sedang jadi salah seorang pejabat di lingkungan Inspektorat Padang Pariaman. Dia aktivis muda yang kini memipin AMPI Sumbar. Organisasi sayap Partai Glkar itu membuat Syofrion berkelana kian kemarin. Pernah jadi Ketua DPD KNPI Padang Pariaman, serta punya banyak jaringan di level nasonal.
    Sedangkan Usman Labai yang Kepala DKP Padang Pariaman termasuk pejabat yang disenangi Muslim Kasim. Spanduk ucapan Idul Fitri kemarin yang dia sebar di seluruh nagari di daerah ini membuat gaungnya dia akan maju jadi buah ota lapau bagi kalangan politisi Padang Pariaman. Kemudian nama Masrizal yang tak terpilih jadi anggota dewan Sumbar pada Pileg lalu sepertinya juga tak bisa dianggap angin lalu. Kini dia berjuang untuk mempim PPP Padang Pariaman sebagai partai yang pernah ditumpanginya saat terpilih pada Pileg 2009 silam. Masrizal terbilang anak muda yang punya banyak jaringan, lantaran bergelud di dunia advokasi. Dia pun telah menyatakan ingin maju dalam suksesi Pilkada 2015 yang sudah didepan mata.     Belakangan muncul pula nama Zulhelmi Tuanku Sidi. Ketua DPC PKB Padang Pariaman ini dikabarkan ikut meramaikan Pilkada. Dan itu wajar, lantaran PKB dapat angin segar, punya empat kursi di DPRD daerah itu saat Pileg April lalu.
    Dari Dapil III kita beranjak ke Dapil IV. Wilayah yang meliputi Kecamatan Lubuk Alung, Batang Anai dan Sintuak Toboh Gadang ini terkenal dengan banyak tokoh hebat. Tak heran, pada Pilkada 2010 lalu, dari lima pasang kandidat, empat orang calon cawabup-nya berasal dari Dapil ini, tapi semua keok pula disapu bersih oleh kekuatan pasangan Ali Mukhni-Damsuar kala itu.
    Siapa di Dapil IV? Tersebutlah nama Jaya Isman Datuak Gadang. Salah seorang niniak mamak ini sedang bertugas di Kota Padang. Namanya sudah lama bergaung ingin dijadikan kepala daerah oleh masyarakat Lubuk Alung. Selanjutnya muncul nama Yulizar Yakub. Kepala BPN Padang Pariaman ini sedang harum dikalangan tokoh Lubuk Alung. Dia dinilai orang punya takah dan tokoh untuk jadi seorang bupati. Soal nama, tak diragukan lagi. Yulizar Yakub banyak memberikan kemudahan pada masyarakat. Setiap tahun Padang Pariaman selalu dapat Prona.         Selanjutnya, nama Boestavidia yang kini salah seorang pejabat di Dinas Pendidikan Sumbar juga disebut-sebuat akan maju untuk menjadi bupati. Putra Lubuk Alung ini punya trah yang cukup kuat di kampung yang terkenal dengan panasnya itu. STIKIP YDB yang satu-satunya tempat kuliah favorit di Lubuk Alung adalah milik keluarganya. Yang tak kalah santer dari itu, nama Happy Neldi, tokoh Lubuk Alung yang Ketua DPC Partai Gerindra Padang
Pariaman ini tak bisa didiamkan. Sebagai orang politik, jelas Happy Neldy punya peluang besar untuk maju lewat partai yang dia pimpin.
    Begitu juga Jalius Budhi, anggota dewan terpilih kembali ini juga ketua DPC Hanura Padang Pariaman yang punya peluang yang cukup rancak. Namun, nama Azminur Kamal yang kini Camat Lubuk Alung dan Januar Bakri, putra Buayan Lubuk Alung yang sempat jadi Ketua DPRD Padang Pariaman juga punya peluang yang boleh dibilang sama dengan H. Darmon, tokoh Lubuk Alung yang berhasil jadi anggota DPRD Sumbar dari PAN. Begitu juga dengan Joni Amir Datuak Malano. Meskipun gagal terpilih jadi anggota dewan Sumbar, Datuak Malano hampir saja sempat jadi Wabup pada Pilkada 2010 lalu.
    Sementara, di Dapil I dan II Padang Pariaman, selain nama Ali Mukhni dan Damsuar yang masih menjabat saat ini, muncul pula nama HM. Yusuf. Ketua PKDP Kota Pekanbaru ini masih punya kekuatan untuk diandalkan maju jadi jadi calon bupati. Apalagi, Yusuf yang pernah jadi wartawan ini sedang jadi anggota DPRD Provinsi Riau dari PKB. Begitu juga dengan Yobana Samial, yang saat ini telah mengembangkan sayapnya dikalangan politisi dan masyarakat Padang Pariaman. (damanhuri)
   

   

 
   

Kamis, 14 Agustus 2014

SMP N 5 Lubuk Alung Masih Bergejolak

Hingga saat ini, SMP Negeri 5 Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman belum bisa melakukan proses belajar mengajar. Persoalannya masih soal yang lama, yakni problematika dengan pemilik tanah tempat sekolah itu beroperasi yang tak kunjung ketemu penyesuaiannya.
    Kepala SMP yang terletak di Nagari Aie Tajun Lubuk Alung itu, Abdul Hadi kepada Singgalang mengaku tidak terlaksananya proses belajar mengajar pascalebaran ini, lantaran pihak pemilik kembali memagari sekolah demikian dengan plang, sehingga pelajar dan guru tak bisa masuk sekolah.
    "Masalah ini tidak lagi kita sampaikan ke Dinas Pendidikan Padang Pariaman. Tetapi langsung ke orang nomor satu; Bupati Ali Mukhni. Sebab, dulu sudah ada kejelasan antara sekolah dengan pemilik tanah yang disponsori oleh Dinas Pendidikan, dimana dua orang pemilik tanah yang masing-masingnya diberikan honor Rp1,5 juta setiap bulannya," kata Abdul Hadi.
    Menurut Abdul Hadi, persetujuan untuk membayar honor itu juga disaksikan pihak kepolisian Padang Pariaman. "Saat kita bayarkan uang demikian, malah sebaliknya sang pemiliknya kembali membalikan uang tersebut ke sekolah. Mereka maunya tidak dibayar honor, tetapi menuntut ganti rugi tanah mereka yang terpakai untuk bangunan sekolah itu," ujarnya.
    Walinagari Aie Tajun Lubuk Alung Syamsurizal menyebutkan, bahwa kasus SMP N 5 Lubuk Alung ini telah cukup lama. "Atas nama pemerintahan nagari, saya telah datangi yang punya tanah. Ada semacam bolak-balik pikiran orang itu. Awalnya mereka menerima apa yang menjadi tawaran pemerintah, dimana mereka dikasih honor tiap bulan," katanya.
    "Malah diawal-awal honor mereka berdua itu hanya Rp800 ribu seorang. Sekarang dinaikan jadi Rp1,5 juta masing-masingnya. Tapi, mereka inginkan ganti rugi tanah yang mencapai miliaran rupiah. Tentu persoalannya tambah berat, yang tak lagi sanggup diselesaikan oleh sekolah dan Dinas Pendidikan Padang Pariaman itu sendiri," ungkapnya.
    SMP N 5 Kecamatan Lubuk Alung dalam sejarahnya pernah meraih prestasi ditengah problema yang cukup pelik tersebut. Nur Hendri dan Siyus yang mengelola tanah demikian, awalnya menuntut jatah PNS dari pemerintah yang tak kunjung tercapai. Apalagi, sekarang untuk jadi PNS tidak seperti pejaga sekolah zaman saisuak yang sangat mudah. Sekarang harus ikut tes, seperti yang dilakukan CPNS lainnya.

 Bagaikan ayam kehilangan induk saja para pelajar SMP Negeri 5 Kecamatan Lubuk Alung. Mereka datang tiap pagi ke sekolah. Dilihatnya tak ada guru dan kepala sekolah, lalu mereka kembali balik kanan, dan memilih keluyuran di sepanjang jalan, atau duduk di kedai pinggir jalan tak jauh dari sekolah demikian.
    Apa pasal? Sekolah yang terletak di Nagari Aie Tajun Lubuk Alung ini kabarnya sejak bulan puasa tak lagi menggelar proses belajar mengajar. Rabu kemarin, Singgalang sengaja bertandang ke sekolah tersebut. Tampak sekolah tempat mencetak kader bangsa itu sepi dan merimpa. Gerbangnya dikasih betung bersilang, mungkin tanda dilarang masuk.
    Disana Singgalang bersua dengan Sardiman, Wakil Ketua Komite sekolah, Irwan, seorang pemilik tanah bangunan sekolah, dan Erman, seorang tokoh masyarakat. Tak berselang lama, mencogok seorang ibuk guru kelas, mengaku tinggal di Padang. Dia naik ojek dari Simpang Jambak Lubuk Alung untuk sampai ke Aie Tajun.
    Sardiman yang juga salah seorang orangtua pelajar mengaku sedih melihat sekolah yang dibangun semasa Bupati Muslim Kasim itu. "Otomatis anak-anak jadi korban. Kalau guru PNS iyalah. Mereka tetap menerima gaji dari negara, meskipun tak mengajar," kata dia.
    SMP Negeri 5 Lubuk Alung tak sekarang saja bermasalah. Boleh dibilang punya masalah sepajang sekolah itu beraktivitas. Namun, setiap kali ada pertemuan dengan pihak terkait; Dinas Pendidikan Padang Pariaman, bahkan sampai ke Polres bagai, tak ada titik temu antara pemilik tanah dengan pemerintah selaku penyelenggara pendidikan itu sendiri di kampung itu.
    "Ini akibat dari ketidak-jelasan dari tokoh masyarakat yang bertindak selaku Komite Pembangunan sekolah ini awalnya. Si pemilik seolah-olah dibungkus saja, asal rencana ini mulus. Tentu susah dicarikan penyelesaianya saat ini. Masak pemilik tanah tak tahu sama sekali, kalau tanahnya sudah punya sertifikat," ungkapnyanya.
    Irwan yang adik oleh Nur Hendri, sang pemilik tanah sebenarnya tidak ingin ada masalah di sekolah itu. "Sekarang berikan saja ganti rugi tanah ini. Kalau tak mampu pemerintah menggantinya, ya serahkan saja kembali baik-baik. Kami tak ingin bertele-tele," tegas Irwan.
    Sebenarnya, kata Irwan lagi, perjanjian tertulis dulu tak begitu sulit. Yakni, seorang pemilik dijadikan PNS, dan dibuatkan sebuah kantin dalam sekolah. Tapi, janji itu hanya tinggal janji. Tak satupun yang dipenuhi, termasuk membuatkan kantin. Kalau tidak, janganlah menjanjikan yang seperti itu.
    Anehnya, H. Azwar dan sejumlah tokoh masyarakat Aie Tajun dulunya selaku Komite Sekolah menjanjikan itu, sekarang tidak tahu-menahu lagi. "Tentu ketika muncul masalah, dikadukan ke Pemkab, DPRD dan pihak terkait di kecamatan dan nagari, sangat tidak bersua titik temunya," sambung Sardiman.
    Hingga kini, sudah sekian lama anak-anak tak bersekolah, belum ada upaya lain, bagaimana anak-anak itu terus belajar. Kepala sekolah Abdul Hadi, pengakuan masyarakat di sana agak merasa takut datang ke sekolah. "Kami selaku pemilik tanah tak ingin disalahkan dalam hal ini. Sebab, atas kejadian ini, hampir semua pihak menghadap ke kami. Seolah kami yang salah. Tolong lihat secara jernih. Termasuk oleh walinagari, selalu pemimpin di nagari ini," kata Irwan.
    Sebelumnya, Kepala sekolah Abdul Hadi mengaku telah menyerahkan sepenuhnya hal demikian ke Bupati Padang Pariaman Ali Mukhni. Kata dia, lebih dari 100 pelajar SMP yang dia pimpin sejak beberapa tahun belakangan itu. Walinagari Aie Tajun Lubuk Alung Syamsurizal juga ikut bersama mencari titik persamaannya. Namun, belum berhasil juga. Lagi-lagi, anak dibiarkan keluyuran.

Rabu, 06 Agustus 2014

Tradisi Mambantai Adat Kala Lebaran

Di Ulakan
Tradisi Mambantai Adat Warnai Lebaran

Ulakan--Satu persatu kerbau sampai di Kampuang Galapuang. Binatang yang akan disembelih itu diangkut dari seluruh surau yang ada di Nagari Ulakan. Kelaziman menyembelih kerbau sehabis shalat Ied, merupakan warisan dari Rajo Nan Barambek. Disebut dengan 'mambantai adat'.
    Selasa itu masyarakat Ulakan secara umum baru melakukan Shalat Ied. Usai shalat secara bersama, kerbaupun diirik ke tanah pembantaian yang terletak di Kampuang Galapuang. Kerbau demikian merupakan pembelian masyarakat korong secara bersama.
    Menjelang lebaran, dibuat kesepakan untuk membeli seekor atau dua ekor kerbau. Hal itu disepakati, setelah didata masyarakat dalam kampung itu. Kerbau sampai di Kampuang Galapuang, uang bewehpun dibayar. Untuk seekor kebar dikenakan Rp250 ribu. Setelah disembelih, daging kerbau itu dibagi-bagi secara merata.
    Di Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman disebut dengan 'bantai baoonggok'. Seenggoknya dihargai dengan Rp100 ribu. Satu ekor kerbau rata-rata dapat 200 onggok. Seonggok itu barangkali sama dengan sekilo daging. Paling kurang masyarakat membayar untuk seonggok. Itu karena tak banyak isi rumah tangganya.
    Ali Nurdin M. Nur, salah seorang tokoh masyarakat Ulakan menceritkan bahwa mambantai adat merupakan simbol dari kekuatan kaum adat masyarakat Ulakan itu sendiri. Inilah warisan dari Rajo Nan Barambek; Rangkayo Rajo Sulaiman, Rangkayo Rajo Dihulu, Rangkayo Rajo Bandaro.
    "Tradisi ini juga disebut sebagai kebersamaan antara kaum adat dengan kaum syarak. Sebab, penyembelihan oleh niniak mamak demikian atas restu dari kaum ulama itu sendiri. Dan ulama pula yang melakukan penyembelihan setiap kerbau tersebut," ujar Ali Nurdin.
    Menurutnya, karena ini merupakan tradisi, adat lamo pusako usang yang berlaku sejak zaman saisuak, hingga sekarang, rasa dagingnya setelah dimasak pun berbeda dengan daging kebanyakan yang dijual di dalam pasar. "Enak rasanya. Dan mungkin ini pulalah yang membuat tradisi ini mampu bertahan sampai saat sekarang," ungkapnya.
    Di Padang Pariaman mungkin hampir merata masyarakat menggelar bantai adat setiap kali lebaran Idul Fitri. Namun, setiap nagari atau kampung berlain pula caranya yang dilakukan. Dari penelusuran yang dilakukan, di Ulakan inilah yang paling tampak semaraknya.
    19 korong yang ada di Ulakan, semua masyarakatnya melakukan penyembelihan ditempat yang sama, pada hari yang sama pula. Selalu disembelih setiap usai shalat Ied. Kerbau dibeli secara berangsur kepada panitia yang sudah ditanam secara bersama oleh setiap surau. Saat shalat Ied semua beli daging harus lunas oleh masyarakat, karena kerbau akan di sembelih dan selanjutnya dibagi rata.

Kamis, 31 Juli 2014

Jadikan Budaya Maanta Untuk Memperkuat Silaturrahim

Jadikan Budaya Maanta Untuk Memperkuat Silaturrahim

Pariaman---Tradisi maanta atau manjalang rumah mertua bagi perempuan di Piaman, tak dapat tidak sudah berlangsung sejak lama. Boleh dibilang sejak dunia terkembang. Hampir setiap bulan ada saja momennya untuk maanta. Namun, yang paling tinggi intensitasnya; bulan Maulid, lebaran, puasa, dan bulan Rajab atau istilah Piaman-nya bulan Sambareh. Tradisi demikian berlaku di seantero Piaman.
    Yulisni menilai, budaya maanta adalah bagian dari upaya untuk mempererat tali silaturrahim antara menantu dan mertua, atau keluarga suami. "Bajalan babuah batih, malenggang babuah tangan. Sesuai bulannya, kalau puasa kita ngantarin pabukoan, sesuai kesanggupan kita. Kalau bulan Rajab, ya sambareh alias serabi," ujar Yulisni yang selalu maanta ke rumah mertuanya di Ketaping, Kecamatan Batang Anai.
    Yulisni yang asli Kapuang Tangah, Nagari Padang Bintungan, Kecamatan Nan Sabaris itu agak prihatin juga melihat orang maanta yang terlalu berlebihan. Sampai menggadai ini dan itu, akibat datang masanya maanta. Tentu kurang elok pula hal yang semacam itu dipelihara. Maanta sangat penting, dan budaya ini harus dikembangkan terus. "Itukan wajar. Anaknya yang kita pakai, yang membiayai hidup kita, ya pantaslah kita jalang atau kunjungi ibunya suami atau dunsanaknya. Tanda kita datang, tentu ada buah tangan," sebutnya.
    Hal ini juga berlaku bagi perempuan Piaman, yang suaminya orang luar Piaman. Tradisi maanta dimulai sejak perempuan itu mulai bertunangan dengan calon suaminya. Bahkan, saat maanta kampie siriah, di sebagian kampung sudah harus membawa kue, singgang ayam, nasi kuning, lapek dan makanan lainnya ke rumah calon yang akan jadi ayah dari anak-anaknya kelak.    
    Meskipun sebuah beban yang sangat berat bagi keluarga yang anaknya perempuan, namun budaya dan tradisi demikian susah untuk dihilangkan. Boleh dikatakan, inilah kekuatan budaya Piaman antara ipar-besan, andan-pasumandan. Bagi pengantin baru, maanta ke rumah mertua itu agak berlbihan, karena rumah mertua yang dikunjungi tak sebuah seperti orang yang sudah lama kawinnya. Ada banyak rumah dunsanak abang-nya yang akan disinggahi.        
    Sementara, mertuanya tidak serta merta menerima semua pembawaan menantunya itu. Ada balasannya pula. Paling tidak, rantang yang tadinya berisi nasi dan sambal, pulangnya diganti dengan beras atau uang oleh mertuanya. Kadang-kadang dibelikan bagai emas oleh mertuanya. Tentunya tergantung besaran barang yang diantarkan menantu ke rumah mertuanya.        
    Jadi, setiap laki-laki yang dijemput, pasti dianta oleh istrinya setiap kali momen tersebut. Dibilang berat beban perempuan, lebih berat lagi beban laki-laki atau suami. Sudahlah dia menyediakan uang untuk pembeli semua yang akan diantarkan itu, orangtua kandungnya pun harus dikasih uang untuk membalasi pemberian istrinya tadi. Kalau dihitung secara ekonomi, sangat tidak bersua rumusannya. Namun, jalannya untuk itu selalu ada-ada saja. Mungkin karena dijadikan sebagai tradisi, Tuhan pun memberikan jalan keluar dari hal demikian.
    Disamping maanta ke rumah mertua, tradisi maanta juga ada dilakukan ke rumah guru ngaji. Upamanya seorang suami berasal dari surau dulunya, sementara gurunya masih ada. Itu suami mengalokasikan untuk maanta ke rumah keluarga guru demikian. Tapi yang satu ini tak berlaku seperti bulan-bulan yang disebutkan tadi. Hanya sesekali, seperti saat ada Maulid di suaru kampung istrinya, atau saat lebaran. Jadi, di setiap rumah di Piaman itu, ada makanan yang datang dan ada pula yang pergi.    
    Sebab, dalam rumah itu ada anak laki-laki dan ada pula anak perempuan. Bagi yang perempuan, ya maanta. Dan yang laki-laki tentu menerima. Maanta itu berlaku sepanjang masa, sampai tak sanggup lagi karena sudah tua. Itupun dilanjutkan oleh anaknya yang disebut maanta ke rumah anduang, yakni ke rumah orangtua dari ayahnya. (damanhuri)

Selasa, 22 Juli 2014

Sempurnakan Ramadhan Dengan Budaya I'tiqaf

Masjid Mujahidin Lubuk Alung
Sempurnakan Ramadhan Dengan Budaya I'tiqaf

Lubuk Alung---Hingga saat ini, jamaah Masjid Mujahidin Lubuk Alung terus ramai tiap malamnya. Mungkin ini hikmahnya, kalau masjid berada di tengah komplek orang ramai, seperti Pasar Lubuk Alung tempat masjid itu beraktivitas. Kemudian yang menariknya jamaah masjid itu terus bertahan, tampilnya penceramah hebat tiap malamnya. Ada profesor, doktor dan orang hebat lainnya, sehingga jamaah senang mendengarnya.
    Menurut Azminur Kamal, Ketua Umum Masjid Mujahidin, rata-rata tiap malam terkumpul infaq, sedekah dan wakaf sekitar Rp800 ribu sampai Rp1 juta. Bahkan, untuk bantuan kemanusiaan Palestina hanya dua malam menacrinya, terkumpul Rp5 juta. "Dana itu Senin kemarin kita kirim ke lembaga kemanusiaan yang langsung membawanya ke Gaza Palestina," kata Azminur yang juga Camat Lubuk Alung ini.
    Kata dia, aktivitas Masjid Mujahidin selalu padat tiap malam selama Ramadhan ini. Remedla, wadah berkumpul para remaja masjid ini baru saja habis menggelar MTQ tingkat remaja se Padang Pariaman, peringatan Nuzul Quran. Ini tiap bulan puasa selalu dilakukan. Sejak 10 hari terakhir hingga habis bulan ini, sehabis Tarawih dilakukan I'tiqaf dalam masjid.
    Tentunya hal itu bagian dari upaya umat Islam untuk mendapatkan malam qadar, dimana semalamnya itu lebih baik dari seribu bulan. Azminur merasa senang, karena semenjak dia diamanahi menjadi pengurus masjid itu, banyak sudah perubahan yang dibuatnya. Baik perubahan pembangunan fisik masjid, maupun pembangunan mental anak-anak.
    Tentunya, ini terwujud dari kebersamaan semua pengurus, dan Remedla yang selalu jadi garda terdepan dalam setiap kali Acara. Boleh dibilang, Masjid Mujahidin adalah masjid yang paling ramai diantara sekian banyak masjid di nagari dan kecamatan Lubuk Alung.     "Bayangkan saja, kotak amal yang diedarkan tiap malam bulan puasa dan tiap kali waktu sembahyang, itu beragam pula, ada kotak untuk anak yatim, panti asuhan, MDA, dan tentunya untuk kelanjutan pembangunan masjid itu sendiri," ujar Azminur.
    Sejak dulu, masjid ini selalu mendatangkan penceramah hebat. Mereka ada dari IAIN Imam Bonjol, Padang, Bukittinggi, Payakumbuh, Padang Panjang dan dari daerah lainnya. "Kita ingin, lewat buya dan dai yang hebat itu bisa menjadi penyejuk bagi jamaah, membangkitkan gairah masyarakat dalam beragama dan beramal sesuai ilmunya masing-masing," ujarnya.
    "Begitu juga untuk shalat Idul Fitri, sejak jauh hari telah kita undang penceramah kenamaan untuk memberikan khotbahnya. Masjid Mujahidin boleh dibilang sebagai simbol Islam yang terus memperkuat ekonomi umatnya. Lihatlah, sekeliling masjid ini merupakan sentra ekonomi. Ada swalayan, Bank Mandiri, dialer, toko makanan dan lainnya. Semua itu lambang ekonomi yang harus kuat agama pelakunya lewat terpaan Masjid Mujahidin yang jadi kebanggaan rang Lubuk Alung," sebutnya.
    Masjid yang berkapasitas dua lantai demikian terus bergema, lantaran Remedla, kumpulan anak muda progresif yang tak ingin ada kekosongan masjid itu dari rangkaian acara. Dikala kendaraan sibuk hilir mudik melintasi jalur Padang-Bukittinggi yang terbentang didepan masjid itu, sama sekali tidak mempengaruhi orang yang tengah beribadah di dalamnya.
    Dengan tradisi I'tiqaf yang dilakukan oleh siapapun yang ingin melakukannya dalam masjid itu, setidaknya mampu menularkan nuasa relegius ditengah panasnya Lubuk Alung itu sendiri oleh sebutan banyak orang dalam kampung itu. Apalagi, anak-anak muda yang tergabung dalam organisasi Remedla ikut-serta dan memperlihatkan contoh yang baik dalam I'tiqaf, dimana banyak orang mengiinginkan bisa bersua dengan malam yang namanya 'Lailatul Qadar'. Lewat I'tiqaf inilah, malam yang nilainya lebih bagus dari seribu bulan. (damanhuri)

Sabtu, 19 Juli 2014

Masjid Berkah Toboh Gadang Kesejukan dan Kenyamanan Beribadah

Masjid Berkah Toboh Gadang
Kesejukan dan Kenyamanan Beribadah Menjadi Faktor Utama

Toboh Gadang---Sore nan cerah, Kamis lalu mambuat banyak orang sibuk menuju pasar pabukoan di Pauh Kamba dan Lubuk Alung. Bagi masyarakat Sintuak dan Toboh Gadang, pasar yang dua itu tempat aternatif untuk mencari pabukoan nan enak.
Singgalang bersama Yardi, Sekretaris Nagari Lubuk Alung sengaja pergi ke Lubuak Pandan, Kecamatan 2x11 Enam Lingkung sore itu untuk buka puasa. Sebelumnya, Shalat Asar di Masjid Berkah di Toboh Gadang. Pas sampai di masjid yang didirikan H. Jamaris Palapa itu, muazin tengah melakukan azan.
Motor langsung masuk halaman masjid, kami langsung pula ke tempat wuduk. Sore itu lumayan. Lebih satu saf laki-laki yang ikut melakukan kewajiban lima waktu sehari semalam demikian. Melihat masjidnya dari luar, terlihat nuasa perkotaan. Tapi, kalau kita masuk dan ikut shalat berjamaah, maka kebalikannya yang terasa. Nuansanya kampung sekali.
Tidak hanya shalatnya saja yang berjamaah, tetapi zikir, tasbih, takbir dan doa usai shalatpun juga dilakukan secara bersama, dimana tradisi itu hanya bersua dikalangan surau dan masjid kampung.
Memang, H. Jamaris mendirikan masjid itu tidak untuk tujuan menandingi tradisi beragama di kampungnya, Toboh Gadang yang sangat kental dengan tradisi orang tua-tua dulu, yang juga disebut sebagai kaum kuno. Kalau shalat Jumat, di Masjid Berkah azannya juga dua kali. Sebelum khatib naik mimbar baca khutbah, ada siraman rohani dari seorang ustadz. Sebab, khutbahnya dibaca sang khatib dengan bahasa Arab. Pakai tongkat membacanya. Di kampung itu lazim disebut dengan khutban ayam. Tarwihnya di malam hari bulan puasa dilakukan 23 rakaat dengan Witir. Selama bulan puasa, tampak keluarga H. Jamaris menyediakan menu buka puasa bagi musyafir yang berhenti dan Magrib disitu. Masjid yang didirikan sejak setahun yang lalu itu tak pernah sepi dari pengunjung.
Masjidnya selalu terbuka untuk siapa saja. Ingin tadarus usai sembahyang, ada banyak Quran di kiri kanan masjid untuk dibaca. Petugas kebersihan, imam, garin dan guru ngaji dalam masjid itu semuanya dalam tangguangan Jamaris, yang pengusaha kaya tersebut. Anda yang punya kendaraan roda empat pun tak dipungut parkirnya. Bahkan tukang parkir selalu mengawasi arus lalu lintas pada jalur Padang-Pariaman itu, manakala ada mobil yang akan masuk atau keluar dari masjid demkian.
Tentu sebuah pahala yang besar didapatkan Jamaris, karena keikhlasannya mendirikan masjid, sekalian menyediakan menu buka puasa selama Ramadhan. Sebagai masjid yang baru berdiri yang langsung diresmikan pemakaiannya oleh Bupati Padang Pariaman Ali Mukhni, hingga kini selalu ramai tiap hari. Kalau shalat Jumat selalu penuh dengan jamaah. Mungkin keberkahan dari suasan baru itu barangkali.
Jamaris yang mempelopopri berdirinya masjid itu, mungkin terbilang atau termasuk ke dalam orang kaya yang pemurah. Masjidnya tak terlalu besar dan tak pula terlalu kecil. Sedang elok, sehingga mampu mengundang banyak orang yang sibuk di jalanan untuk berhenti manakala waktu shalat telah masuk. Kubah masjid yang diberi cat kuning, agak sedikit mirip dengan masjid kubah emas di Depok, Jawa Barat sana. (damanhuri)

Jumat, 18 Juli 2014

Di Masjid Raya Guguak Shalat Tarwih Hingga Tengah Malam

Di Masjid Raya Guguak
Mempertahankan TRadisi Shalat Tarwih Tengah Malam

VII Koto---Orang dulu melakukan sembahyang Tarwih tengah malam barangkali sudah kebiasaan tersendiri. Artinya, selesai Tarwih mereka istirahat sebentar, lalu makan sahur. Sekarang tak berapa surau atau masjid yang membuat seperti demikian. Kalau pun ada, hanya sedikit persentasenya.
Nah, tradisi Tarwih tengah malam itu masih berlaku sampai sekarang di Masjid Raya Guguak, Nagari Lurah Ampalu, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, Padang Pariaman. Nazaruddin yang mengimami shalat sunnah bulan puasa itu mengaku, bahwa Tarwih tengah malam memang tak seberapa penggemarnya. Hanya bisa dihitung dengan jari saja, yakni mereka yang tua-tua.
"Di masjid ini belum pernah waktu shalat Tarwih dipercepat. Sejak dulu selalu tengah malam. Pukul 23.00 Wib baru mulai azan. Kadang lewat pukul 00.00 baru azan. Ya, pengikutnya paling 17 orang yang memang dari yang tua-tua. Mereka sekalian nginap di surau ketek di sebelah masjid," kata dia.
Sesuai tradisi ulama di sini, shalat Tarwihnya 23 rakaat sama Witir. Alhamdulillah, tradisi sembahyang 40 hari juga selalu dilakukan di masjid ini. Sejak beberapa tahun belakangan, Nazaruddin selalu dipercaya masyarakat Guguak untuk jadi imam, baik imam shalat 40 hari, maupun shalat Tarwih di bulan pauasa.
Bagi Nazaruddin, tentu sebuah amal ibadah yang tinggi nilainya disisi Allah SWT. Sebab, Ramadhan menganjurkan untuk banyak-banyak beribadah. Baik ibadah sunah apalagi yang wajib. Masjid Raya Guguak merupakan masjid tertua di kampung itu. Nazaruddin tak tahu persisnya kapan dibuat masjid itu. "Sejak Saya kecil masjid itu sudah ada juga. Sebelum Tarwih, para jamaah menggelar tadarus Quran, yang dibaca secara bergiliran dengan sambung menyambung," kata dia.
Dulu, sampai tiga atau empat kali khatam Quran selama puasa. Tetapi, sekarang hanya sekali khatam karena jamaah semakin sedikit, sehingga kekuatan baca kitab suci tak begitu panjang mampunya. Lazimnya komplek masjid ini bisa disebut dengan panti jompo. Sebab, jamaah pada umumnya para orang tua jompo yang tak lagi punya suami kalau perempuan, dan tak pula punya istri kalau laki-laki.
Namun, sisa usianya dihabiskan dengan shalat berjamaah yang disebut dengan sembahyang 40 hari. Tak sekali waktupun dia ketinggalan dalam shalat bejamaah selama 40 hari demikian. Kalau saja putus satu waktu, maka batalah sembahayng 40 harinya, dan harus diulang kembali.
Pembangunan kembali
Masjid Raya Guguak yang ikut rusak akibat gempa 2009 silam masih belum bisa diperbaiki sebagaimana mestinya. Nazaruddin yang juga ketua pembangunan masjid itu menyebutkan, masjid dengan ukuran 12x12 meter itu dipugar karena tak lagi layak dipakai. Tetapi, karena itu satu-satunya masjid dalam korong ini, maka tetap dipakai saat Tarwih dan Shalat Jumat serta lima waktu.
Pembangunan kembali dilakukan secara bertahap, sesuai kemampuan keuangan masjid yang disumbangkan oleh jamaah. Belum ada bantuan dari pemerintah, sejak masjid kebanggaan rang Guguak ini dipunahkan oleh gempa tersebut. "Ingin kami masjid ini kembali rancak, tapi apa boleh buat. Kami hanya bisa berdoa dan berharap. Sementara Kemampuan masyarakat di kampung ini bisa dilihat. Hanya bergantung dari pertanian. Guguak kampung yang tersuruk, tertinggal dan masih jauh dari kemajuan," katanya. (damanhuri)