wartawan singgalang

Kamis, 24 April 2014

Bertahan Dengan Rasa dan Kualitas Penjual Gulai Kambing Terkenal di Toboh Gadang

Bertahan Dengan Rasa dan Kualitas
Penjual Gulai Kambing Terkenal di Toboh Gadang

Toboh Gadang---Meskipun usia telah senja, namun tidak menyurutkan semangatnya untuk terus bekerja dan berusaha, demi masa depan anak dan keluarganya. Bagi Bahar, 70, berusaha dengan berjualan gulai kambing, adalah profesi yang digelutinya sejak 1968 lalu. Dia komitmen dengan ciri khas masakannya, yang dia perdapat dari kakak kandungnya sendiri, Alm. Ali Umar.
    Warung nasinya yang terletak di Korong Toboh Olo, Nagari Toboh Gadang, Padang Pariaman hanya sebuah pondok layang-layang, istilah Piaman-nya. Tetapi jangan tanya siapa saja yang datang dan makan diwarungnya. Mulai dari petani biasa, hingga Bupati Padang Pariaman sering makan dikedainya. Masakan gulai kambing bapak dengan empat putra-putri ini, memang sejak saisuah sudah terkenal di seantero daerah bekas gempa tersebut.
    Awal-awal dia buka, mampu menghabiskan dua ekor kambing setiap harinya, serta beras puluhan kilogram. Namun, sejak Padang Pariaman dilanda gempa besar akhir 2009 lalu, perjalanan warung nasinya santai saja. Namun, setiap harinya kabing satu ekor 'mati' juga. Disamping jualan nasi dengan gulai kambing, paginya tersedia katupek gulai kampbing. Sehingga tak heran, sejak pagi hingga malam hari selalu datang tamu yang ingin makan dan menikmati enaknya gulai kambing buatan Bahar tersebut.
    Suami Yulidar ini mengaku, semua anaknya yang kini masih dibangku sekolah dan perguruan tinggi, hanya dibiayai lewat gulai kambing. "Anak perempuan saya yang besar, yang lagi kuliah di UNP, itu cukup berhasil. Dia masuk UNP tanpa tes, dan selalu dapat peringkat. Setiap kali dia pulang dari Padang, ketika akan balik ke kampusnya, itu dia membawa satu ekor kambing," cerita Bahar.
    Keberhasilan Bahar dalam menyajikan gulai kambing yang enak, tak terlepas dari ketabahannya mengikuti kakak kandungnya yang dulu juga berjualan gulai kambing, terutama disetiap adanya alek nagari di Padang Pariaman. Dia ikuti apa perintah kakaknya, lantaran dia berniat suatu saat nanti juga akan mengembangkan profesi sebagai tukang jual gulai kambing. Rupanya, perjalan pahit dan manis selama itu membuahkan hasil yang maksimal. Dia mampu mempertahankan rasa dan kualitas gulai kambingnya, ditengah beragamnya masakan yang dijajakan banyak orang dan saingnya saat ini.
    Menurut Bahar, setiap hari selalu ada himbauan dari masyarakat Toboh Gadang, untuk menjual kambingnya. Untuk itu pula, bapak ini tak pernah membeli kambing di pasar ternak. Dia selalu memasak kambing kampung, yang telah dia ketahui elok buruknya. Orang kampung, terutama pemilik kambing pun merasa senang dengan Bahar, lantaran Bahar tidak berjanji lama, tentang uang beli kambingnya. "Kalau kambing diambil pagi, paling sore atau malamnya, yang punya kambing telah bisa terima uangnya. Dan lagi selama ini, saya tidak pernah berjanji lama-lama dengan yang punya kambing, makanya masyarakat merasa senang," kata dia sambil mengambilkan permintaan seorang pembeli gulai kambingnya.
    "Harga yang dia beli pun tidak jauh beda dengan harga di pasaran. Kini, berkisar Rp400 ribu, untuk ukuran pas dimasak, dan dimakan. Untuk seekor kambing, beras yang dihabiskan rata-rata 15 kilogram setiap harinya. Kalau harga makan, itu sama dengan harga kaki lima, tetapi rasa tidak kalah bersaing dengan restoran. Bagi saya, kepuasan pelanggan adalah nomor satu. Untuk itu pula, masakan enak, kualitas yang baik harus dipertahankan terus," ujarnya. (damanhuri)

2 komentar: