wartawan singgalang

Selasa, 22 April 2014

Gusnawati Lama Tinggal di Pondok Darurat Rumah Rekompak, Pemberian yang tak Ternilai Harganya

Gusnawati Lama Tinggal di Pondok Darurat
Rumah Rekompak, Pemberian yang tak Ternilai Harganya

Lubuk Alung--Gusnawati, 43, merasa senang dan bahagia sekali. Sejak beberapa waktu lalu, janda beranak tiga itu mendapat bantuan rumah yang dibangun lewat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Rekompak. Bantuan itu didapatkannya, setelah berbulan-bulan tinggal dipondok darurat, yang dia bangun dari bahan reruntuhan rumahnya yang hancur akibat gempa 2009 lalu.
    Dalam keseharian, ibu yang sekaligus berperan sebagai kepala rumahtangga sejak 2003 lalu itu merasa nyaman dan bersyukur sekali. Ketiga putra-putrinya bisa tidur nyenyak dalam rumah sederhana, juga ramah gempa yang terletak di Korong Koto Buruak, Lubuk Alung, Padang Pariaman itu. Dan ia pun merasa leluasa bekerja mencari upah di sawah dan ladang orang lain, demi menghidupi anaknya.
    "Dengan sedikit pertolongan dari dunsanaknya, rumah yang rencana awalnya hanya satu kamar, akhirnya dijadikan dua kamar, dan satu ruangan. Sementara, pondok darurat yang dulunya sempat dijadikan rumah, kini dijadikan sebagai dapur, karena rumah bangunan Rekompak demikian, pas berdirinya dibagian depan dari pondok darurat itu," kata dia ketika ditemui Singgalang, Kamis (3/11).
    Bagi Gusnawati, bantuan Rekompak sungguh pemberian yang tak ternilai harganya. Pascagempa yang ikut meluluh-lantakkan rumah buatan orangtuanya, tidak terbayangkan sama sekali untuk membangun rumah. Apalagi dia sudah lama ditinggal suaminya, yang meninggal dunia sejak 2003 silam. "Mengayuh biduk kehidupan seorang diri. Anak-anak masih butuh uluran tangan orangtua. Joa dibuek rumah pak. Tidak mungkin rasanya membangun rumah. Tapi Tuhan berkehendak lain. Alhamdulillah, terima kasih banyak Harry Subrata, yang telah ikut berperan, sehingga kini sudah tinggal dalam rumah yang bagus," ungkapnya.
    Koordinator PNPM Rekompak untuk Korong Koto Buruak, Lubuk Alung, Harry Subrata melihat bantuan Rekompak demikian dinilai sukses, dan dirasakan betul oleh masyarakat banyak, terutama keluarga miskin yang berada di Koto Buruak. "Saat ini ada 9 unit rumah lagi yang dijadikan sebagai pilot project. Kesembilan itu, tiga unit dibangun di Kenagarian Aie Tajun Lubuk Alung, dan enam di Koto Buruak," kata Walinagari Lubuk Alung terpilih pada Pilwana lalu itu.
    Menurutnya, pembangunan rumah yang sembilan unit itu telah berlangsung 90 persen. Hanya tinggal pintu dan plesteran saja. Dengan demikian, maka turun pula 32 unit lagi bantuan Rekompak, yang pengerjaannya pun sudah mulai menggali pondasi. "Sebelumnya, kita diniali berhasil mengelola 82 unit rumah yang tersebar di Koto Buruak, dan itu telah dimanfaatkan banyak orang, terutama warga yang dinilai layak mendapatkannya, menurut hasil verifikasi yang dilakukan tim Rekompak, sebelum rumah itu dibangun," kata Harry Subrata.
    Harry Subrata merasakan sekali, bahwa pembangunan rumah Rekompak sangat ketat aturannya. Rumah dibangun dengan ukuran 3 x 6, satu kamar, satu ruangan dengan konstruksi ramah gempa. Bahannya, seperti besi harus memakai rangka besi 12. Warga yang mendapatkannya tidak bisa dimanipulasi, karena langsung konsultan Rekompak yang turun memverifikasi calon penerima rumah demikian. (damanhuri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar