wartawan singgalang

Rabu, 21 Oktober 2015

Tidak Ada Lagi Orgen Pakai Tunggal Saweran di Laga-laga Toboh Mandahiliang

Tidak Ada Lagi Orgen Pakai Tunggal Saweran di Laga-laga Toboh Mandahiliang

Padang Pariaman--Laga-laga di Kabupaten Padang Pariaman bisa disebut Balerong atau Balai Adat di daerah darek. Di laga-laga inilah kagadangan kapalo mudo. Setiap korong dan kampung punya seorang kapalo mudo, sebagai penyambung lidah niniak mamak. Dengan itu pula, di daerah ini hampir setiap korong punya yang namanya laga-laga demikian.
    Jonifriadi, Kapalo Mudo Toboh Mandahiliang, Nagari Balah Aia, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak menilai, laga-laga awalnya dibuat sebagai tempat pauleh. Pauleh, artinya sama dengan penyambung tali silaturrahim. "Tatkala nenek moyang rang Piaman tiba di rantau, dan akan menyebar di seantero perkampungan rantau ini, bertanyalah salah seorang dari mereka; dimana kita bertemu nanti. Jawab yang tua; ya, kito paulehan baliak (kembali)," ujar Jonifriadi yang juga mantan Walinagari balah Aia ini.
    "Kini, bapaulehan adalah awal mulainya acara kesenian Luambek. Kesenian yang satu ini, hanya adanya di Piaman pula. Daerah lain tak punya. Jadi, laga-laga tempat Luambek dilakukan, juga banyak fungsinya, yang intinya adalah bapaulehan (menyambung) tali silaturrahim diantara niniak mamak, kapalo mudo selaku pelaku adat di tengah masyarakat," kata dia.
    Laga-laga, katanya, dibuat tak berdinding. Hanya berlantai pelupuh, untuk menyenangkan orang-orang yang tengah memainkan Luambek demikian. Adat basandi syarak, syarak basandi kutabullah. Artinya, manakala pemain Luambek terkena oleh lawannya, hanya surau tempat kembalinya. Istilah kampungnya, kalau buluih Luambek, surau tempat mengajinya kembali. Di sini nampaknya, kalau adat itu memang erat hubungannya dengan agama (Islam).
    Syekh Tuanku Panjang, seorang ulama besar pendiri Pondok Pesantren (Ponpes) Dinul Ma'ruf Ujung Kubu, Nagari Sungai Dirian, Kecamatan Patamuan sebelum jadi ulama terkenal mahir dan pintar main Luambek. Namun, karena sering dan acap main kesenian perpaduan antara adat dan agama itu, ulama yang meninggal di Makkah ini akhirnya buluih juga Luambeknya.
    Sepandai-pandai tupai melompat, sesekali tentu jatuh juga. Sepandainya-pandainya Tuanku Panjang main Luambek, sesekali tentu ada juga yang membuat dia kao atau kalah, sehingga membuat dia harus pulang ke surau untuk mendalami ilmu agama, yang menjadi pegangan hidup di dunia dan akhirat. Akhirnya, pesantren yang dia dirikan di pinggir Sungai Batang Mangoi itu dibanjiri banyak santri.
    Di laga-laga inilah tempat menyelesaikan persoalan masyarakat yang berhubungan dengan adat-istiadat. Di sebut juga dengan kearifan lokal yang berlaku di tengah masyarakat itu sendiri. Laga-laga juga ada dimanfaatkan masyarakat, sebagai tempat ronda malam menjelang akhir Ramadhan. Di laga-laga itulah masyarakat menambatkan ternaknya di malam hari, yang dijaga secara bergantian oleh anak muda yang ada di tengah masyarakat terkait.
    Jonifriadi merasa bersyukur, khusus laga-laga kampungnya; Toboh Mandahiliang, Balah Aia bisa didudukkan persoalan hiburan orgen tunggal yang melanggar etika dan norma adat, yang begitu marak akhir-akhir ini. "Di sini kita dudukkan bersama, antara niniak mamak, alim ulama, cadiak pandai, walinagari, bahwa di laga-laga ini tidak boleh dilakukan hiburan orgen tunggal," kata dia.
    "Laga-laga ini hanya di khususkan untuk belajar adat, menampilkan kesenian tradisional yang telah lama jadi permainan di tengah masyarakat Padang Pariaman, seperti indang, luambek, silek, dan belajar pasambahan. Soal hiburan orgen tunggal, pakai artis tak sopan, saweran, sudah kami hentikan, karena bertentangan dengan adat dan agama yang berlaku di nagari ini," ungkapnya.
    Dia merasa senang, lantaran hal demikian bisa diterapkan setelah Jonifriadi tidak lagi jadi walinagari. "Alhamdulillah, aturan itu sudah berjalan selama dua tahun ini. Dan kita ingin, aturan ini terus dijalankan sampai kapanpun nantinya, agar masyarakat bisa terselamatkan dari hal-hal yang akan merusak mental dan agamanya sendiri," ujarnya. (501)

Senin, 19 Oktober 2015

Diduga Dipanggang, Nyawa Muhammad Raziq Nyaris Melayang

Diduga Dipanggang, Nyawa Muhammad Raziq Nyaris Melayang

Lubuk Alung, Singgalang
    Nyawa Muhammad Raziq nyaris melayang. Anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Candra Imel dan Vera Verita, Sabtu (17/10) diduga dipanggang oleh seseorang yang entah apa motifnya. Wajah dan sebagian badannya mengalami luka bakar yang cukup serius, sehingga murid kelas satu SD N 21 Kecamatan Lubuk Alung ini harus dilarikan ke RSUP M. Djamil Padang.
    Menyedihkan sekali. Muhammad Raziq yang baru saja menyelesaikan sekolahnya, Sabtu kemarin itu diangkut oleh seseorang ke tempat yang jauh; Bukik Putuih, Korong Salibutan. Sedangkan dia sekolah di SD yang terletak di Sungai Abang. Jarak dari Sungai Abang ke Salibutan diperkirakan tujuh kilometer. Lubuk Alung yang terkenal dengan panasnya itu seketika digemparkan oleh berita demikian.
    Sutan Palembang, seorang petani di Salibutan pertama kali melihat Muhammad Raziq yang sedang terbakar. Api yang hidup di tubuh anak sekecil itu, membuat Sutan Palembang langsung menyuruhnya mencebur ke sungai kecil yang ada di depannya. Dengan mencebur ke sungai kecil itulah, akhirnya api bisa padam dengan sendirinya.
    Dengan berlari-lari kecil, Sutan Palembang masuk ke sungai itu dan mengeluarkan Muhammad Raziq dari dalam sungai. Sutan Palembang tak tahu, anak kecil itu siap namanya, dan anak siapa. Dia panggil Walikorong Salibutan Doni Sugianto, mengabarkan kejadian demikian. Sang walikorong ini mengabarkan pula ke tokoh masyarakat Salibutan lainnya; Amir Husin.
    Walikorong Doni Sugianto langsung mengambil tindakan. Dia cari mobil bak terbuka, untuk bersama-sama membawa anak tersebut ke Puskesmas Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman. Sesampai di Puskesmas, orangtua korban langsung pula tiba. Pihak Puskesmas merasa tak sanggup mengobatinya. Muhammad Raziq langsung direkomendasikan ke RSUP M. Djamil Padang, untuk pengobatan luka bakar yang sangat serius.
    Kepada Singgalang, Amir Husin, tokoh masyarakat salibutan bersama Walinagari Lubuk Alung Harry Subrata, dan Kaur Kesra-nya Yardi menceritakan, siang Sabtu itu ada seorang perempuan memakai motor membeli minyak bensin enceran di sebuah kedai di Kampuang Alai Salibutan. Perempuan itu mengabarkan, kalau motor temannya kehabisan bensin. Merasa aneh, perempuan itu kembali ke kedai tersebut untuk mengantarkan jerigen bensin lebih pula dari tiga jam. Dan lagi, jerigen yang berisi minyak seliter itu, tak pula habis semuanya.
    "Ada indikasi, sebelum dibakar, Muhammad Raziq disiram terlebih dulu dengan bensin. Secepat kilat menyambar, api dengan cepatnya memamah semua bagian badannya yang telah disiram mengalami luka bakar. Untung ada sungai kecil, sehingga nyawa anak itu bisa tertolong," kata Amir Husin.
    Kapolsek Lubuk Alung AKP Raplen saat dikontak Singgalang, Ahad (18/10) mengaku pihaknya telah menangani hal demikian. "Tersangkanya telah kita ketahui. Seorang perempuan berinisial D. Sekarang, perempuan itu sedang dirujuk pula ke RSUD Pariaman, oleh pihak Puskesmas Lubuk Alung. Diduga dia minum Baclien, Sabtu malam, mungkin lantaran aksinya diketahui banyak orang," kata Raplen.
    "Hingga saat ini, kita belum bisa pastikan, apa motifnya melakukan perbuatan yang nyaris merenggut nyawa anak kecil yang belum tahu banyak dengan soal dinamika kehidupan tersebut. Namun, yang jelas pihak berwajib telah mengangani masalah ini dengan cepat," kata dia. (501)

Berangkat dari Kasus Tambang Lumajang Titik Larangan Menambang Galian C Lubuk Alung Dipatok

Berangkat dari Kasus Tambang Lumajang
Titik Larangan Menambang Galian C Lubuk Alung Dipatok

Lubuk Alung, Singgalang
    Guna mengantisipasi kasus tambang yang terjadi di Lumajang, Provinsi Jawa Timur, Muspika Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman mematok titik-titik lokasi yang pengusaha tambang galian C tidak boleh melakukan aktivitas di lokasi demikian.
    Aksi pemasangan plang merek yang diakhiri dengan; tertanda Polres Padang Pariaman itu di pasang di sejumlah titik di Nagari Lubuk Alung, tepatnya di Kampuang Koto dan Gantiang, Korong Koto Buruak. Tentunya, pemasangan itu dimaksudkan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diingini, seperti musibah bencana alam, dan lain sebagainya.
    Pemasangan yang juga diikuti Camat Lubuk Alung Suhardi, Kepala Dinas Koperindag dan Pertambang Padang Pariaman Datuak Rustam, Kepala Satpol PP M. Taufik, Ketua Bamus Lubuk Alung Takarijon, Jumat petang itu ingin adanya perubahan mendasar dalam menaati aturan main dalam persoalan galian C yang menjadi potensi besar nagari tersebut, oleh pihak pengusaha dan masyarakat.
    Kapolsek Lubuk Alung AKP Raplen menyebutkan, difasilitasinya aksi demikian, agar gejolak-gejolak dalam soal tambang galian C di kecamatan ini bisa diantisipasi. "Kita berharap, himbauan yang kita sebar pada titik yang memang tidak boleh ditambang ini bisa dipatuhi oleh pihak pengusaha," harapnya.
    Penertiban tambang pasir di Pilubang
    Kepala Satpol PP Padang Pariaman M. Taufik bersama personilnya pada Jumat itu juga menertibkan lima Dompeng pengambilan pasir di jembatan Latiang, Nagari Pilubang, Kecamatan Sungai Limau. "Sesuai arahan Pak Bupati Ali Mukhni, aksi pengambilan pasir di Pilubang itu sudah mulai mengkhawatirkan, sehingga perlu diambil tindakan," kata dia.
    "Titik yang dilarang itu, 200 meter dari arah jembatan ke bawah dan ke atasnya, dan 200 meter pula dari tepi sungai. Itu lokasi larangan, yang tidak boleh diambil pasirnya. Sama juga halnya dengan usaha galian C di Lubuk Alung," ungkapnya.
    Dampak negatif galian C            
    Tokoh masyarakat Lubuk Alung Azminur melihat, ada empat hal yang subtantif terhadap persoalan aktifitas galian C, terutama yang menggunakan alat berat (eskavator) di Kecamatan Lubuk Alung. Mulai dari pembiaran, carut marutnya perizinan yang dikeluarkan, ditandai kurang dilibatkannya lintas sektor yang terkait.
    Kemudian, katanya, pengawasan terhadap aktivitas ini sangat rendah. Law enforcement yang lemah, terutama bagi yang illegal, dan keluar dari lokasi sesuai izin, kuantitas dan kualitas aparatur yang menangani kegiatan ini rendah.
    "Kegiatan galian C ini sudah puluhan tahun berlangsungnya, dan sudah banyak material galian dikeluarkan dari lokasi ini. Hasil yang didapat, adalah lebih banyak mudarat daripad. Dampak negatif dari aktivitas galian C dengan alat berat, rusak dan hilangnya daya dukungan dalam sungai, dan biodiversitas makhluk hidup lain merupakan bagian dari ekosistim sungai juga hilang," katanya. (501)

Dampak Galian C Lubuk Alung Anak Putus Sekolah Meningkat, Sumur Warga Semakin Mengering

Dampak Galian C Lubuk Alung
Anak Putus Sekolah Meningkat, Sumur Warga Semakin Mengering

Lubuk Alung, Singgalang
    Dampak nyata yang dirasakan masyarakat akibat aktifitas galian C di Lubuk Alung saat ini, hilangnya sebagian daya dukungan dalam Sungai Batang Anai, dan di sekitarnya seperti hilangnya batu besar, yang selama ini berfungsi menahan derasnya air sungai.
    Azminur, salah seorang tokoh masyarakat Lubuk Alung menilai batu besar dalam sungai merupakan tempat berlindungnya makhluk hidup berukuran kecil. Kemudian, hilangnya beberapa makhluk hidup, yang merupakan bagian biodiversitas dalam sungai. Akibat galian C, sungai juga semakin melebar dan semakin dalam.
    "Penyediaan air dalam tanah semakin berkurang. Dapat dirasakan, bila musim kemarau sumur warga banyak yang mengering, sebagai akibat dasar sungai semakin dalam. Kalau musim hujan datang, berpotensi mengancam kehidupan warga, terutama yang hidup dan bertempat tinggal di sepanjang bantaran Sungai Batang Anai, karena debet air meningkat dan menyebabkan terbannya beberapa titik bibir sungai," kata dia.
    Yang tidak kalah sedihnya, lanjut Azminur, mantan Camat Lubuk Alung ini, banyaknya anak-anak wajib belajar menjadi putus sekolah. Pada umumnya, anak-anak tersebut punya aktivitas di lokasi penambangan. Eksploitasi besar-besaran ini dilakukan segelintir kelompok masyarakat, dengan menggunakan alat berat seperti eskavator dengan berbagai ukuran paket dari jenis alat berat.
    Aktivitas galian tambang ini, katanya lagi, sudah puluhan tahun berlangsung. Dampaknya sudah dirasakan langsung, karena kurang dikelola dengan baik, dalam arti tatakelola sumber material ini dirasakan tidak ada. Sangat jelas, ada indikasi pembiaran oleh pemerintah.
    "Ada hak dan kewajiban dari pelaku tambang yang perlu dipertanyakan, yakni kewajibannya mengurus izin, membayar uang untuk reklamasi pasca penambangan, atau izin sudah habis. Sebaiknya, kewenangan sektor pertambangan sesegera mungkin ditarik ke Pemrov Sumbar," katanya. (501)

Sabtu, 17 Oktober 2015

Anak Banyak Awak Sakit Kronis Pula Otnadi, Potret Warga Miskin yang Butuh Bantuan Banyak Pihak

Anak Banyak Awak Sakit Kronis Pula
Otnadi, Potret Warga Miskin yang Butuh Bantuan Banyak Pihak

Lubuk Alung--Otnadi telah dinyatakan mengalami penyakit kronis (post TB paru dengan hemapthe) oleh Puskesmas Lubuk Alung. Bapak berusia 46 tahun ini sudah harus menjalani perawatan intensif, supaya bisa sembuh dari penyakitnya itu. Namun, karena sesuatu lain hal, demikian itu tak bisa diwujudkannya.
    Kini, terpaksa istrinya; Vonni Rahayu bating stir. Ibarat main bola, kiper atau penjaga gawang harus maju, demi untuk kehidupan mereka berkeluarga. Apalagi, delapan putra-putri pasangan Otnadi dan Vonni Raharu ini masih kecil-kecil, yang sangat bergantung pada kedua orangtuanya.
    "Kadang mengambil upah cucian kain. Kadang ke sawah dan ladang orang lain. Yang penting bisa untuk sesuap pagi dan sesuap petang kami bersama dalam rumah ini. Yang namanya kerja serabutan, tentu tak ada ukuran upah yang harus diterima. Yang penting bisa menghasilkan," cerita Vonni Rahayu.
    Seorang anaknya, Risky Hidayatullah juga mengalami sakit kronis yang harus dirawat. Otnadi yang sejak sakit tak lagi dapat bekerja memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebelumnya dia bekerja sebagai buruh tani, mengerjakan apa yang bisa dilakukan untuk menghidupi anak dan istrinya.
    Banyak anak, banyak pula rezeki sepertinya tidak atau belum berlaku bagi Otnadi dan Vonni Rahayu. Buktinya, Vonni yang baru berusia 38 tahun telah melahirkan anak delapan orang. Namun, kondisi kehidupannya masih jauh panggang dari api. Anaknya yang paling tua, kini masih duduk di bangku SMA, yang agaknya nyaris pula putus sekolah, kalau tidak ada invus atau bantuan biaya untuk kelanjutan pendidikannya itu.
    Bersama keluarga besarnya, Otnadi tinggal dalam pondok kecil, yang tentunya bersempit-semnpit bila tidur di malam hari. Pondok kecil yang terbuat dari kayu, terletak di Kabun Baru, Korong Balah Hilia, Nagari Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman. Ingin dia punya rumah layak seperti kebanyakan orang di sekelilingnya, tetapi kondisi keuangan dan usaha yang dia lakukan tidak mencukupi.
    Beberapa waktu lalu, Otnadi mendatangi Kantor Walinagari Lubuk Alung. Dia ingin mengadukan nasib malang yang menimpa dirinya itu kepada pemerintah. Dibawanya semua surat yang telah dikeluarkan Puskesmas, yang menyatakan dia sakit kronis, dan harus mendapatkan perawatan intensif. Karena uang tak punya, dia ingin pihak nagari bisa meringankan bebannya itu.
    Walinagari Lubuk Alung Harry Subrata bersama Kaur Kesra-nya Yardi merasa terenyuh melihat parasaian yang ditanggung Otnadi dan keluarganya. Seketika, pihak nagari langsung melengkapi semua prosedural surat permohonan, yang selanjutnya tentu diajukan ke tingkat kabupaten.
    "Semua dokumen ini kita ajukan ke Baznas Padang Pariaman. Kalau bisa, tentu juga ke Dinas Sosial. Sebab, banyak persoalan yang harus ikut di-kerjasamakan dalam masalah Otnadi dan keluarganya itu. Semoga saja, permohonan ini bisa dikabulkan secepatnya," kata Harry Subrata dan Yardi. (501)

Kamis, 08 Oktober 2015

70 Persen Kondisi Jalan Kabupaten Rusak Berat, Pembangunan Infrastruktur Tahun Ini Cukup Banyak di Lubuk Alung

70 Persen Kondisi Jalan Kabupaten Rusak Berat, Pembangunan Infrastruktur Tahun Ini Cukup Banyak di Lubuk Alung

Lubuk Alung--Sekitar 70 persen jalan kabupaten di Kecamatan Lubuk Alung, kondisinya rusak berat. Hanya 30 persen yang kondisinya agak sedikit baik. Rusaknya jalan demikian, akibat aktivitas usaha galian C illegal yang sengaja 'dibiarkan'.
    Azminur, tokoh masyarakat Lubuk Alung kepada Singgalang, kemarin melihat jalan kabupaten yang rusak berat di kampungnya itu; jalan PLN Batang Tapakis, Kecamatan Sintuak Toboh Gadang menuju Singguliang, Lubuk Alung. Ini boleh dibilang 100 persen punahnya. Bahkan, aspal yang hancur sejak lima tahun yang lalu itu, hingga saat ini tak ada lagi perbaikannya.
    "Sedangkan kondisi jalan dari Balah Hilia menuju Singguliang dan Nagari Pasie Laweh Lubuk Alung. Diperkirakan, jalan itu punah sekitar 60 persen. Selanjutnya, jalan dari Koto Buruak ke Padang Pulai, Pasie Laweh yang hancur sekitar 90 persen. Begitu juga jalan dari Padang Pulai ke Kampuang Pondok, Pasie Laweh juga rusak berat sekitar 90 persen," kata Azminur, mantan Camat Kecamatan Lubuk Alung ini.
    Azminur menambahkan, jalan Sikayan, Gamaran, Salibutan, Gantiang Koto Buruak, dan Nagari Sikabu Lubuk Alung 80 persen dinilai rusak dan punah. Jalan Rimbo Panjang ke Pungguang Kasiak 60 persen mengalami kerusakan. "Beberapa waktu lalu, saya bersama kawan-kawan melakukan survei soal itu, dengan langsung turun ke kampung-kampung tersebut," ungkapnya.
    Menurutnya, salah satu tugas pokok pemerintahan, berkewajiban untuk membangun infrastruktur umum (jalan dan jembatan), fasilitas sosial, pendidikan, kesehatan. Karena jalan ini harus menjadi prioritas utama, saatnya Pemkab Padang Pariaman membangunnya kembali. Apalagi, keberadaan jalan demikian sangat menunjang perekonomian masyarakat itu sendiri.
    Dia melihat, hampir selama satu periode jalan kabupaten di Kecamatan Lubuk Alung itu tidak pernah diaspal. Padahal, sudah beberapa kali diusulkan dalam Musrenbang untuk diaspal kembali. Sampai saat ini, kondisi jalan tersebut sangat memprihatinkan. Tiap hari kabut beterbangan, terutama pada saat truk pengangkut galian C lewat. Tentunya, kondisi ini berakibat pada kesehatan masyarakat.
    Anggota DPRD Padang Pariaman asal Lubuk Alung, Jaliyus Budhi kepada Singgalang menjelaskan, bahwa dalam APBD tahun ini ada banyak pembangunan jalan kabupaten di Lubuk Alung. Sebagian ada yang sedang dikerjakan, dan sebagian lagi akan dikerjakan.
    "Yang jelas, sesuai perjuangan kita di lembaga wakil rakyat, jalan yang rusak dan punah di Lubuk Alung itu dapat sambutan dari eksekutif, untuk pembangunannya kembali. Kita tahu, jalan yang rancak dan bagus merupakan idaman semua masyarakat," ungkapnya.
    APBD 2015
    Upaya perbaikan infrastruktur terus ditingkatkan Pemkab Padang Pariaman dalam rangka menggerakkan roda perekonomian. Namun, disadari juga pembangunan infrastruktur dilakukan secara bertahap, berkaitan kemampuan keuangan daerah itu sendiri.
    Kabag Humas Setdakab Padang Pariaman Hendra Aswara, Kamis (9/10) menyebutkan hal itu. "Padang Pariaman mempunyai panjang jalan sekitar 1.400 km. Artinya, sama dengan jarak tempuh Pariaman - Jakarta. Untuk perbaikan infrastruktur jalan, kita lakukan secara bertahap sesuai kemampuan keuangan daerah. Ini sudah menjadi komitmen kepala daerah bersama DPRD, dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat," kata Hendra Aswara, jebolan STPDN angkatan XI itu.
    Dijelaskannya, untuk 2015 ini telah dianggarakan pembangunan jalan, jembatan, MCK, penyediaan air bersih, serta irigasi sebesar Rp138 miliar untuk 17 kecamatan di Padang Pariaman. Anggaran tersebut terletak pada Dinas Pekerjaan Umum. "Seluruh kegiatan tersebut telah banyak yang selesai, dan masih ada yang sedang dikerjakan," kata mantan Kabid Diklat BKD ini.
    Ketika dikonfirmasi mengenai kegiatan fisik untuk kecamatan Lubuk Alung, Hendra memberikan rincian pekerjaan yang dilaksanakan tahun ini sebanyak 18 kegiatan. Mulai dari peningkatan jalan Pondok Pesantren Tuanku Jali Sadana, peningkatan jalan Rawang Lokan, Taluak Balibi (lanjutan), peningkatan jalan (hotmix) perumahan Tapian Puti (Kampuang Ladang) Balah Hilia, Lubuk Alung.
    Selanjutnya, peningkatan jalan alternatif samping rel kereta api Kampuang Tangah, Jambak Lubuk Alung, pemeliharaan periodik jalan jurusan Jambak – Ketaping, pembangunan MCK di Lubuk Alung, peningkatan jalan sawit di Korong Rawang, Nagari Aia Tajun Lubuk Alung, pembangunan jembatan Kampuang Baru - Aia Tajun, peningkatan jalan Aia Tajun - Batang Kambaru, dan peningkatan jalan samping kantor walinagari Pungguang Kasiak Lubuk Alung.
    Kemudia, lanjutnya, juga pemeliharaan periodik jalan Simpang Empat Sikabu - Balanti, pemeliharaan periodik jalan Jambak - Lubuak Simantuang, pembangunan Irigasi Lubuak Munti, Korong Salibutan, pembangunan MCK di Sikabu, peningkatan dan pengembangan perpipaan air bersih Sikabu.
    Menurut Hendra, ada juga rehabilitasi jaringan irigasi D.I Banda Pondok, Pasie Laweh Lubuk Alung, peningkatan jaringan irigasi D.I Lubuak Simantuang, dan peningkatan  jaringan irigasi D.I Lagan Buiah, Pasie Laweh. "Pembangunan infrastruktur ini tentunya  sesuai aspirasi masyarakat, dan ke depan kita lebih tingkatkan lagi," kata utra Sungai Geringging itu. (501)

Selasa, 06 Oktober 2015

Lima Tahun Ali Mukhni Sumbar Masa Depan Adalah Padang Pariaman

Lima Tahun Ali Mukhni
Sumbar Masa Depan Adalah Padang Pariaman

Padang Pariaman--Masyarakat Padang Pariaman patut berbangga. Lima tahun terakhir, daerah ini paling banyak dapat kucuran anggaran pusat, yang membuat semaraknya pembangunan berskala nasional dan internasional. Demikian itu, tentu kepiawaian seorang kepala daerah.
    Ketua DPC Partai Hanura Padang Pariaman, Jaliyus Budhi melihat lima tahun Ali Mukhni jadi bupati daerah ini, cukup banyak perubahan yang terjadi di sana-sini. "Barangkali, masyarakat tepat menjatuhkan pilihannya pada 2010 lalu pada seorang Ali Mukhni, untuk memimpin masyarakat yang terkenal dengan kawasan rantau ini," kata dia.
    "Kita bisa lihat. 19 kabupaten/kota di Sumatera Barat, Padang Pariaman satu-satunya daerah yang terbanyak kebagian kue APBN saat ini. Daerah lain pada iri melihat kejadian ini. Dalam pertemuan di tingkat provinsi, nama daerah ini selalu jadi sebutan oleh gubernur, karena saking banyaknya proyek yang telah dan sedang dikerjakan. Boleh kita bilang, Sumbar mendatang, adalah Padang Pariaman," ujar Jaliyus Budhi, anggota Komisi III DPRD Padang Pariaman ini.
    Lihatlah kehadiran main stadion di Lubuk Alung dan Sikabu, BP2IP yang akan melahirkan pelaut handal untuk dipersembahkan kepada dunia kemaritiman di Tiram, MAN-IC di Nagari Sintuak, sebagai lembaga yang akan mencetak kader ulama dan cendikiawan yang mumpuni, yang nantinya akan memperkuat ajaran Islam rahmatal lil alamin, dan sejumlah pembangunan lainnya yang siap di tempatkan di daerah ini.
    Satu hal yang dilihat Jaliyus Budhi, adalah kegigihan seorang Ali Mukhni dalam memperjuangkan anggaran untuk pembangunan daerah ini di tingkat pusat. Baik di DPR RI, maupun di Kementerian. "Dia tidak bosan sama sekali, ketika harus menunggu para pejabat pusat itu rapat sampai larut malam. Baginya, yang penting proposal yang sudah dibawa jauh dari Padang Pariaman harus gol," ungkapnya.
    Menurut Jaliyus Budhi, anggota dewan terhormat yang berasal dari Lubuk Alung ini, kegigihan Ali Mukhni untuk menggaet anggaran pusat tentu tidak terlepas dari minimnya APBD Padang Pariaman. Apalagi, sebagian besar APBD itu digunakan untuk kepentingan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ada di lingkungan Pemkab.
    "Belum terakomodirnya semua hasil Musrembang yang dilakukan aparatur dan masyarakat di tingkat kecamatan dan nagari, harus dimaklumi, lantaran keterbatasan APBD demikian. Namun, dibalik itu semua evek besar dari pembangunan nasional dan internasional, sangat memberi arti penting bagi kemajuan dan pengembangan daerah ini di masa mendatang," ujar Jaliyus Budhi.
    Sekarang, lanjutnya, sebagian proyek nasional itu masih terbengkalai. Dan demikian itu harus dituntaskan. Masyarakat harus melihat kepentingan yang lebih besar untuk lima tahun mendatang. Momen Pilkada serentak 9 Desember mendatang, adalah langkah tepat untuk menentukan arah kebijakan yang lebih rancak lagi. Tentu masyarakat masih menginginkan Ali Mukhni untuk menuntaskan semua pekerjaan rumah yang masih terbengkalai tersebut. (501)

Ali Mukhni tak Pernah Lelah Bertugas dari Pagi Hingga Tengah Malam

Ali Mukhni tak Pernah Lelah Bertugas dari Pagi Hingga Tengah Malam

Padang Pariaman--Filosofi, di mana langik dijujuang, di situ pula bumi dipijak, disana juga aia disauak, agaknya menjadi 'senjata' oleh Ali Mukhni dalam menghadapi masyarakat Padang Pariaman yang terdiri dari 60 nagari dan 17 kecamatan itu. "Kalau dengan kebersamaan, tidak ada yang tidak bisa dilakukan. Semuanya bisa, dan harus bisa. Semua pejabat pada saat menjelang lebaran tidak lagi berani ke kantor, lantaran tak sanggup berhadapan dengan banyak wartawan, saya satu-satunya yang berani. Mobil saya tetap parkir di depan lobi saat menjelang lebaran," kata Bupati Ali Mukhni.
    Di akhir masa jabatannya, Ali Mukhni yang saat ini maju menjadi kembali jadi calon bupati yang berpasangan dengan calon wakilnya; Suhatri Bur, dapat nomor urut satu, dan berangkat dengan Partai Golkar, PKB, Demokrat, Gerindra, PKS, PAN, PPP itu telah memperlihatkan banyak pretasi yang diraihnya. Mulai dari prestasi Pembina Pariwisata 2011, Ketahanan Pangan dari Presiden RI, melalui Menteri Pertanian RI di Jakarta 2011, Pembina Pramuka dari Sultan Malaka, Malaysia 2011, Nagari Sadar Hukum oleh Menteri Hukum dan HAM RI, Adywiyata Lingkungan Hidup oleh SD 13 Kecamatan IV Koto Aua Malintang 2011, Kabupaten Terbaik Penyelenggara Pelayanan Satu Pintu (PTSP) Bidang Penanaman Modal 2011, Juara I Citra Pelayanan Prima Tingkat Provinsi Sumatera Barat 2012, Perekaman e-KTP Tercepat Melampaui Target Tingkat Nasional 2012.
    Selanjutnya, Penghargaan Adywiyata SMA N 1 Lubuk Alung sebagai Sekolah Berwawasan Lingkungan Tingkat Nasional 2013, Adibhakti Mina Bahari    Tingkat Nasional 2013, Anugrah Mitra PWI oleh PWI Pusat 2013, Zakar Award Tingkat Nasional 2014, Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah oleh BPK RI Perwakilan Sumatera Barat 2014, Satya Lencana Wira Karya oleh Presiden RI diserahkan oleh Wakil Presiden RI di Surabaya 2014, Syatia Lencana Bakti Koperasi oleh Presiden RI Diserahkan oleh Menteri Koperasi dan UKM Syarifuddin di Medan 2014, Pemuda Award dari KNPI Provinsi Sumatera Barat diserahkan oleh Ketua Umum DPP KNPI Taufan En Rotorasiko di Padang 2014, Lencana Melati dari Gerakan Pramuka diserahkan oleh Wagub Sumbar Muslim Kasim di Padang 2014, Ketahanan Pangan dari Gubernur Sumbar Irwan Prayitno di Padang 2014.
    Kemudian, Anugerah Wredatama Madya dari PWRI Pusat diserahkan oleh Gubernur Irwan Prayitno di Padang 2014, Anugrah Sebagai Daerah Tertinggal yang Terentaskan dari Kementrian PDT RI di Jakarta 2014, Kecamatan Sayang Ibu Terbaik Tingkat Provinsi Sumbar dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Menteri Dalam Negeri di Jakarta 2014, Tata Kelola Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) teribak II 2014, Satya Lencana Kebaktian Sosial oleh Presiden RI diserahkan oleh Menko Kementerian Indroyono Soesilo, di Jambi 2014.
    Suami dari Hj. Rena Sofia yang juga seorang PNS, dikaruniai tiga orang putra demikian, masing-masing; M. Ikhbal, mahasiswa, M. Ikhsan, mahasiswa, dan M. Fadhil, juga seorang mahasiswa ini, tentunya prestasi demikian adalah buah manis dari kesungguhannya dalam memberikan pengabdian di tengah masyarakat. Dan hampir pula semua proyek besar selesai menjelang akhir tugasnya pada periode pertama ini. Banyak yang memujinya sebagai langkah bagus dan hebat. Tentu tak sedikit pula yang memberikan cibiran sekaligus cemoohan. Dasar orang Piaman, tentu tidak asing dengan persoalan cemooh itu. Tetapi Ali Mukhni tetap terus melangkah maju ke depan. Baginya, cemooh merupakan pelecut, sekaligus penyemangat dalam bertugas.
    Ali Mukhni yang lahir di Kampuang Dalam 16 September 1956 ini tampak sangat tidak berjarak dengan masyarakatnya. Bahkan, anggota DPR RI dari Partai Demokrat Mulyadi menilai Ali Mukhni lebih hebat dari Presiden Joko Widodo. Apa yang disebut Mulyadi, memang itu adanya. Ali Mukhni mampu bertugas dari pagi hingga larut malam. "Sejak pagi tagi, sudah 13 kali melakukan pertemuan dengan masyarakat. Membahas berbagai persoalan yang kita hadapi saat ini," kata dia suatu ketika.
    Bayangkanlah itu. Padang Pariaman hanya punya 17 kecamatan. Sementara, dalam hari yang sama Bupati Ali Mukhni bersua dengan masyarakat sebanyak 13 kali pertemuan. Artinya, nyaris semua kecamatan yang ada telah dikunjunginya dalam waktu sehari. Baginya, kepentingan masyarakat dan banyak orang sangat utama bila dibandingkan dengan kepentingan pribadi dan keluarganya.
    Banyak yang sudah dibuatnya untuk masyarakat, tentu masih banyak pula yang belum terlaksana. Yang jelas, kepemimpinan itu sedang berjalan dan insya Allah akan dilanjutkannya. Sebelum jadi bupati, Ali Mukhni dikenal sebagai seorang guru olahraga. Oleh sebagian warganya, dia dinilai sosok pemimpin yang rendah hati. Ini terkesan, setiap kali akan memulai sambutannya dalam berbagai acara serimonial di tengah masyarakat, dia selalu memulainya dengan minta maaf. Tidak sekedar itu. Bahkan, dari lubuk hati yang paling dalam, saya minta maaf atas keterlambatan ini, kata dia yang acapkali dia lontarkan.
    Ini mencerminkan dari sikapnya yang selalu merendah, meskipun berhadapan dengan rakyatnyanya sendiri. Zaman sekarang, sangat jarang sekali ada pejabat yang bisa berkata-kata seperti demikian. Malah yang terjadi sebaliknya. Mentang-mentang seorang pejabat penting, masyarakat dibiarkan berpeluh menunggunya lama-lama. Lalu, ketika bicara tidak pernah merasa bersalah. Dalam yang satu ini, sejumlah tokoh masyarakat daerah ini angkat tangan dengan sikap seorang Ali Mukhni.
    Sepertinya kata-kata itu terlontar secara spontan, dan tidak dibuat-buat oleh Ali Mukhni. Dia sangat menghargai betul masyarakatnya dalam menunggu kedatangan dia, yang mungkin diantara sekian banyak orang ada yang merasa kecewa, jengkel dan sedikit muak dengan tingkah pejabat yang sering datang terlambat dalam acara yang diadakan masyarakat.
    Barangkali, di sinilah pengalaman seorang Ali Mukhni yang pernah jadi guru, berlanjut jadi wakil bupati, dan terpilih jadi bupati. Artinya, dia cukup merasakan apa yang dialami oleh banyak masyarakatnya. Rasa rendah hati dan hormat, serta menghargai rakyat dari pemimpin bukanlah perkara mudah. Yang paling banyak itu, rakyatlah yang merasa menghormati pemimpinnya. Tetapi Ali Mukhni mampu mengaplikasikan, bahwa dia seorang pemimpin atas kemauan dan pilihan dari masyarakatnya sendiri. Masyarakat harus dilayani. Dan itulah tugas pemimpin. Bukan minta dilayani.
    Meskipun di sana-sini masih ada ocehan dan cemoohan, karena dasar masyarakat yang dipimpinnya terkenal dengan budaya dan tradisi demikian, dia tetap melaju kencang. Berbagai momen dan kesempatan selalu dijemputnya ke pusat sana, demi untuk kesejahteraan masyarakat Padang Pariaman. Dengan keputusan berani, serba keterbatasan, dia huni kantornya di Parit Malintang. Di tengah ributnya soal bantuan gempa 2009, datang angin segar atas inisiatifnya untuk membangun Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Perikanan (BP2IP), serta pembangunan dermaga di Pantai Tiram, Kecamatan Ulakan Tapakis.
    Dimulainya pula pembangunan asrama haji di Nagari Sungai Buluah, Kecamatan Batang Anai. Begitu juga pembangunan Madrasah Aliyah Negeri Insan Cedikia (MAN-IC) di Nagari Sintuak, Kecamatan Sintuak Toboh Gadang, serta sejumlah bengkalai lainnya yang akan dituntasnya. Tentu semuanya itu berkat tangan dingin Ali Mukhni yang pernah jadi Wakil Muslim Kasim dulunya itu. (501)

Sabtu, 03 Oktober 2015

Lima Tahun Ali Mukhni Masyarakat Dapil I Butuh Perbaikan Irigasi dan Jembatan Permanen

Lima Tahun Ali Mukhni
Masyarakat Dapil I Butuh Perbaikan Irigasi dan Jembatan Permanen

Padang Pariaman--Meskipun jauh dari pusat kekuasaan Kabupaten Padang Pariaman di Parit Malintang, Kecamatan Enam Lingkung, kemajuan yang tampak di Dapil I yang meliputi Kecamatan IV Koto Aua Malintang, Sungai Geringging, Sungai Limau, dan Kecamatan Batang Gasan cukup dirasakan masyarakatnya. Jalan penghubung dari satu nagari ke nagari lainnya telah terbuka, yang tentunya membuat roda perekonomian terus berputar dengan cepatnya.
    Anggota Komisi II DPRD Padang Pariaman, Ali Nusir menyikapi lima tahun kepemimpinan Ali Mukhni sejak 2010 lalu melihat, perubahan di bagian utara daerah ini cukup terlihat. "Belakangan, pembangunan pasar modern di Sungai Geringging, pembangunan Pasar Koto Bangko juga di Sungai Geringging, dan Pasar Batu Basa di Aua Malintang, merupakan langkah pasti yang dilakukan Pemkab dalam membangun roda perekonomian masyarakat," kata anggota dewan dari PKB itu.
    "Begitu juga pembangunan jalan yang awalnya dirintis secara swadaya, sudah banyak yang dilanjutkan pengaspalannya oleh Pemkab Padang Pariaman. Kita tahu, bahwa jalan yang rancak akan memudahkan masyarakat untuk saling berhubungan antara yang satu kelompok dengan kelompok lainnya. Harapan kita, jalan yang diaspal lima tahun lalu, yang kini kondisinya mulai punah, bisa pula diperbaiki kembali," ujar Ali Nusir.
    Wakil Ketua Fraksi PKB DPRD Padang Pariaman yang berangkat dari Dapil I ini menilai untuk di Dapilnya, hanya pembangunan irigasi yang sangat diperlukan saat ini. Soal jalan, sarana pendidikan, kesehatan, dirasa sudah cukup. Tetapi, yang namanya irigasi yang rusak akibat gempa 2009, masih banyak yang belum diperbaiki, sehingga membuat pertanian sedikit mandek alias tidak jalan sebagaimana mestinya yang diinginkan para petani.
    "Seperti Irigasi Tanpa Besi di Korong Barang-Barangan, Nagari Malai V Suku, Kecamatan Batang Gasan, Irigasi Tanah Jauah, di Korong Kampuang Koto, Nagari Koto Tinggi Kuranji Hilia, Kecamatan Sungai Limau. Ada puluhan hektare sawah masyarakat yang akan memanfaatkan dua irigasi demikian. Bagi masyarakat kampung, lahan pertanian berupa sawah, adalah aset masa depan. Dari lahan itulah mereka bergantung untuk sesuap pagi dan sesuap petang," ungkap Ali Nusir.
    Kemudian, lanjut Ali Nusir, adalah pembangunan jembatan permanen di Kubaan, Nagari Batu Gadang Kuranji Hulu, Kecamatan Sungai Geringging. "Dulu, jembatan ini pernah dicor. Melihat situasi yang semakin ramai dilalui tiap harinya oleh masyarakat, saatnya pula jembatan itu dijadikan sebuah jembatan permanen," harapnya.
    Semuanya itu, baik irigasi dan jembatan, merupakan alat penunjang bagi masyarakat di Dapil I ini, yang mayoritas bergantung pada dunia pertanian. "Antusias masyarakat terhadap kepemimpinan Bupati Ali Mukhni cukup tinggi. Apalagi, calon bupati dengan nomor urut satu ini acap melakukan kunjungan ke berbagai pelosok kampung yang ada di Dapil I ini. Tentu Ali Mukhni tahu persis, apa yang jadi kebutuhan masyarakatnya di wilayah ini," kata dia.
    Sebagai masyarakat yang tinggal jauh dari pusat kekuasaan, kata Ali Nusir lagi, jelas masih banyak faktor kemiskinan, rumah tak layak huni. Namun, Pemkab bersama DPRD terus melakukan upaya pengurangan tiap tahunnya. Yang namanya keluarga miskin, prasejahtera, dan lain sebagainya tidak akan pernah habis-habisnya di muka bumi ini. Yang jelas, pemerintah terus melakukan langkah-langkah pasti, bagaimana hal demikian terus berkurang setiap tahunnya. (501)