wartawan singgalang

Selasa, 22 April 2014

Dampak Galian C Lubuk Alung Memperkaya Pengusaha Tambang Ditengah Terganggunya Kesehatan Masyarakat

Dampak Galian C Lubuk Alung
Memperkaya Pengusaha Tambang Ditengah Terganggunya Kesehatan Masyarakat

Lubuk Alung---Pengerukan galian c (Sirtukil) di kawasan aliran sungai Batang Anai sudah sangat memprihatinkan. Aliran sungai yang kini telah berpindah-pindah menyebabkan kekeringan air sumur warga di sepanjang aliran tersebut. Kemudian kawasan Sungai yang sangat lebar, jalan yang dilewati truk semakin hancur dan berdebu ketika musim kemarau, menyebabkan banyaknya anak-anak yang diserang penyakit radang paru-paru.
    Masyarakat disejumlah perkampungan, seperti di Gantiang, Kampuang Koto, Padang Baru dan sejumlah kampung lainnya di Korong Koto Buruak, Lubuk Alung mengeluh, lantaran sumur mereka pada kering. Akibatnya, mereka yang selama ini mandi, mencuci yang hanya didalam rumah, kini harus bersusah payah ke sungai Batang Anai itu sendiri. Sementara, terhadap kejadian yang seperti demikian, pihak pengusaha tambang tidak pernah mempedulikan nasib masyarakat tersebut, cerita ibu-ibu rumah tangga dikampung itu.
    Risikonya tetap masyarakat yang menanggung semua. Musim panas, debu berterbangan, disepanjang kawasan Balah Hilia. Rumah masyarakat yang bersih keramiknya, terpaksa marah dalam hati, lantaran terus terkena debu. Sementara, saat musim hujan, Balah Hilia, Lubuk Alung bagaikan kubangan kabau, lantaran
jalan banyak yang rusak parah akibat truk bertonase berat setiap menit lalu lalang membawa galian tersebut.
    Pantauan Singgalang dilapangan, semua jalan menuju kawasan galian itu telah hancur. Jalan dari Batang Tapakih, atau simpang PLN hingga Pasie Laweh Lubuk Alung, dari simpang Balah Hilia hancur semua. Begitu juga jalan simpang BLKM menuju Sikabu Lubuk Alung, juga tak elok lagi, dengan seringnya truk yang bukan jalannya menempuh jalan itu. Hingga saat ini belum ada tindakan yang jelas yang diberikan Pemkab Padang Pariaman. Mungkin juga PAD yang hasilkan oleh tambang tersebut lumayan banyak.
    Belakangan, Edi Yanto, selaku Wali Jorong Balah Hilia Utara bersama masyarakatnya pernah melarang truk-truk itu keluar masuk Balah Hilia, hingga adanya perbaikan jalan. Namun, entah dimana tersangkutnya persoalan itu, hingga saat ini jalan itu tidak ada perbaikan yang bagus. Mobil truk tetap kembali beraktivitas seperti biasanya.
    Hampir setiap hari masyarakat yang tinggal di sepanjang Balah Hilia, yang juga dikenal sebagai pemukiman masyarakat terpadat di Lubuk Alung itu mengeluh. Baik musim hujan ataupun musim panas, sama saja merusak lingkungan yang ditimbulkan oleh truk-truk milik pengusaha tambang tersebut, terhadap masyarakat lingkungan.
    Kini dilaporkan, sejak dari Pasie Laweh hingga Sikabu Lubuk Alung, sumur milik masyarakat sudah tidak lagi berfungsi. Nyaris semua sumur pada kering, lantaran kedalaman sungai Batang Anai yang digaruk oleh pengusaha tambang telah terlalu jauh kedalamannya.
    Masyarakat berharap dari kasus itu, ada semacam perbaikan oleh Pemkab itu sendiri, dalam melihat arti penting sebuah lingkungan yang asri dan sehat. Saatnya dibuat aturan yang jelas terhadap hal demikian, agar tidak terlalu banyak korban yang ditimbulkan. Sebab, sampai saat ini sudah tak terhitung lagi seberapa banyak anak-anak yang korban sakit saluran pernafasannya, akibat debu yang setiap saat berterbangan dalam rumahnya. (damanhuri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar