wartawan singgalang

Senin, 05 Desember 2011

Pariaman Timur Menatap Masa Depannya

Pungguang Kasiak Lubuk Alung
Nomor Urut Calon Ditetapkan, Kampanye Dimulai

Lubuk Alung, Singgalang
    Lima calon Walinagari Pungguang Kasiak Lubuk Alung, Jumat (2/12) lalu mengambil nomor urut calon, sebagai sebuah prasyarat untuk melengkapi percaturan pemilihan. Pengambilan nomor urut demikian dilakukan di kantor wainagari setempat. Disamping dihadiri seluruh calon, juga disaksikan Ketua Bamus Pungguang Kasiak Lubuk Alung, Rahmat Tuanku Sulaiman serta sejumlah tokoh masyarakat.
    Nomor urut satu berhasil diraih Zakirman. Sementara, Abizar Datuak Simarajo dapat nomor urut dua. Sedangkan nomor urut tiga dikantongi Busrizal, nomor urut empat jatuh kepada Hendrizal, dan terakhir Maidison mendapatkan nomor urut lima. Pencabutan nomor urut sekaligus memulai kampanye, yang ditandai dengan penandatanganan kesepakan bersama, sekaligus dilakukan ikrar pemilihan walinagari yang santun, berkualitas, saling menjaga nilai-nilai kebersamaan.
    Kelima calon walinagari demikian nantinya akan memperebutkan 3.637 pemilih. Pemilih yang sebanyak itu tersebar dienam korong yang ada di Pungguang Kasiak Lubuk Alung. Masing-masing, Korong Ambacang, Kampuang Tangah, Kelok, Taluak Balibi Utara, Taluak Balibi Selatan, dan Korong Kampuang Baru.
    Saat ini berbagai spekulasi mulai mencuat ditengah masyarakat nagari yang baru saja dimekarkan itu, mulai terlihat. Berbagai persaingan sudah mulai nampak, dan dirasakan masyarakatnya. Sebagai pemilihan walinagari perdana, semua calon yang maju punya potensi yang bisa diandalkan untuk kemajuan nagari itu masa periode enam tahun kedepan.
    Ketua Bamus Pungguang Kasiak Lubuk Alung, Rahmat Tuanku Sulaiman kepada Singgalang, Minggu (4/12) menyebutkan, pemilihan akan digelar pada 18 Desember ini. Mulai 5-14 Desember, seluruh calon dibolehkan berkampanye. 16-17 Desember adalah masa tenang. "Kita berharap, pemilihan walinagari pertama ini mampu memberikan yang terbaik. Berlangsung aman, berkualitas dan bermartabat, sehingga membawa nagari ini kearah yang jauh lebih baik lagi," kata dia. (525)
----------------------------------------------------------------

Banyak Bangku SDN 14 Sintoga yang Punah

Sintuak, Singgalang
    Pascagempa akhir September 2009 lalu, kerusakan yang dialami SDN 14 Kecamatan Sintuak Toboh Gadang (Sintoga), Padang Pariaman belum bisa diperbaiki. Memang, sekolah itu mengalami rusak sedang. Tapi, kalau dibiarkan berlama-lama akan sangat mengkawatirkan. Sebab, setiap sudutnya mengalami keretakan yang cukup berat.
    Kepala SDN itu, Asmara Jaya kepada Singgalang belum bisa berbuat banyak untuk memperbaiki sekolah yang dia pimpin sejak setahun yang lalu itu. Tidak sekedar kerusakan itu saja, semua bangku untuk belajar anak saat ini banyak yang rusak, dan tak lagi pantas dipakai sebagai layaknya sebuah bangku pendidikan. Tetapi, karena memang itu kondisi adanya, habis gimana, ya terpaksa dimafaatkan saja.
    "Ada tiga lokal yang mengalami kerusakan, yang hingga saat ini belum tersentuh perbaikan. Untuk antisipasi bangku mana yang betul-betul tak lagi bisa dipakai, kita ganti dengan kursi plastik," kata dia kemarin.
    Asmara Jaya telah berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan berbagai bantuan. Namun, pengajuan bantuan yang diajukan ke Pemkab Padang Pariaman lewat Dinas Pendidikan itu belum ada realisasinya sampai saat ini. Sedangkan, jatah pembagian dari dana BOS, sekolah itu juga kebagian sedikit, lantaran jumlah muridnya tak banyak pula.
    Dia berharap banyak, agar Pemkab Padang Pariaman bisa meringankan beban sekolah yang terletak di Korong Toboh Masjid itu. Baginya, kebagusan sebuah sekolah akan sangat menentukan mutu yang dihasilkan oleh sekolah terkait. Untuk itu, kedepannya sekolah ini harus bagus, nyaman buat anak-anak kampung yang sedang menatap masa depannya. (525)
-------------------------------------------------------------

-Khaiyar Calon Walinagari Sikabu
Menyempurnakan Pengabidian Ditengah Masyarakat

Lubuk Alung, Singgalang
    Khaiyar, calon walinagari Sikabu Lubuk Alung, Padang Pariaman dengan nomor urut satu ingin memberikan yang terbaik buat kampung halamannya. Baginya, maju menjadi calon walinagari adalah sebuah obsesi penampakkan dari sebuah keinginan untuk membangun nagari. Apalagi, Khaiyar juga dikenal sebagai satu diantara sekian tokoh yang bersikeras untuk melakukan pemekaran Sikabu dulunya.
    Bapak delapan orang anak ini telah lama berkiprah di Sikabu. Semasa nagari itu masih berinduk ke Lubuk Alung, dia seorang walikorong, yang bersentuhan langsung dengan masyarakat banyak. Dan semasa Sikabu dinyatakan sejajar degan nagari lainnya di Padang Pariaman, dan setelah pejabat walinagarinya dilantik, Khaiyar dipercaya sebagai Sekretaris Walinagari Sikabu Lubuk Alung.
    Kini, pria kelahiran 1954 itu ingin melanjutkan penganbidiannya ditengah masyarakat, lewat walinagari. Bersama empat orang calon walinagari lainnya, masing-amsing, Hidayat, Zakirman, Daswirman dan Effendi, Khaiyar berlomba untuk mendapatkan simpati masyarakat. Namun, modal yang cukup besar ada padanya, karena dia lama menjabat sebagai walikorong. Jelas, semua masyarakat Kenagarian Sikabu Lubuk Alung yang ada di empat korong, yakni Korong Kampuang Tangah, Balanti, Palak Pisang dan Korong Sikabu Bukit itu telah tahu dan mengenal Khaiyar.
    Menjawab Singgalang, Minggu (4/12), Khaiyar tidak bisa menjanjikan yang muluk-muluk. Baginya, potensi Sikabu Lubuk Alung tak begitu banyak. Apalagi nagari yang baru saja dimekarkan itu banyak dikelilili oleh wilayah Korong Koto Buruak, yang nagarinya Lubuk Alung. Namun, Sikabu adalah nagari yang dapat imbas dari hasil kekayaan Koto Buruak. Lihat sajalah, hampir semua ruas jalan yang ada di Sikabu pada rusak berat, akibat dari truk yang mengangkut galian C, sebagai sumber kekayaan Koto Buruak dan Balah Hilia.
    "Cuman yang jelas, kita ingin melanjutkan pergerakan yang dilakukan pada saat sebelum pemekaran dulu. Dimana, bersama seluruh komponen yang ada, kita bertekad untuk memberikan yang terbaik buat Sikabu Lubuk Alung. Untuk itu, dukungan masyarakat pemilih sangat menentukan dalam hal ini. Masyarakat punya otoritas yang tinggi, dalam arti penting kemajuan Kenagarian Sikabu Lubuk Alung enam tahun mendatang," ujarnya. (525)
-------------------------------------------------------------------

-Pariaman Timur Menatap Masa Depannya
Hanya Tiga dari 16 Sekdes yang Belum Dilantik

Pariaman, Singgalang
    Camat Kecamatan Pariaman Timur, Kota Pariaman, Alfian Harun terus memberikan spirit kepada masyarakat, agar ikut bersama membangun kecamatan baru itu kedepannya. Dari pergerakan yang dilakukannya sejak memimpin kecamatan itu, dari 16 desa yang ada, hanya tiga desa lagi yang hingga kini belum dilantik Sekretaris desanya. Yaitu Desa Kampuang Kandang, Kaluaik dan Desa Cubadak Mentawai.
    Kecamatan yang baru saja hadir setahun lalu itu merupakan pemekaran dari tiga kecamatan yang ada sebelumnya, Pariaman Tengah, Pariaman Selatan dan Kecamatan Pariaman Utara. Makanya empat desa yang dulunya masuk wilayah Kecamatan Pariaman Utara, yakni Desa Talago Sariak, Pakasai, Kampuang Baru Padusunan dan Desa Kampuang Ladang menjadi wilayah Pariaman Timur.
    Begitu juga empat desa di Pariaman Selatan, masing-masing, Desa Kaluaik, Kampuang Tangah, Kampuang Gadang, dan Desa Bungo Tanjung, kini bagian dari wilayah kecamatan ini. Sementara, untuk Pariaman Tengah ada delapan desa yang telah divalidkan untuk wilayah Pariaman Timur. Yaitu Desa Koto Marapak, Batang Kabuang, Bato, Sungai Sirah, Sungai Pasak, Air Santok dan Desa Cubadak Mentawai.
    Alfian Harun yang didampingi Kasubag Kemitraan Humas Setdako Pariaman, Batrizal menjelaskan, berkat kegigihannya turun langsung ketengah masyarakat, tampak bukti setoran PBB masyarakat tahun ini mencapai 85 persen. Ini artinya, kesungguhan masyarakat untuk maju dan berkembang sangat antusias. Dari Rp160 juta lebih PBB yang ditarget, itu terealisasi Rp130 juta lebih.
    Dalam sejarah adat, kata Alfian Harun, Kecamatan Pariaman Timur ini adalah satu kesatuan adat yang terhimpun dalam dua kenagarian, yakni Kenagarian IV Koto Sungai Rotan dan Kenagarian IV Angkek Padusunan. Hingga kini, tatanan adat itu berlaku mutlak. Punya otoritas tersendiri dalam menunatsakan sako jo pusako yang ada dilingkungan adat demikian.
    Kecamatan yang luasnya mencapai 18,81 kilometer persegi itu mempunyai 17.328 jiwa penduduk dan sekitar 3.977 kepala keluarga. Bagi Alfian Harun yang sekaligus putra kecamatan itu, berkiprah dengan merangkul banyak masyarakat adalah hal yang mutlak. Dia ingin, kecamatan itu berkembang dan dirasakan pula oleh masarakatnya sendiri. Untuk itu, hampir setiap saat selagi ada momen, ada-ada saja hal yang disampaikan ketengah masyarakat. (525)

Lareh Nan Panjang Pusat Kerajaan VII Koto Dulunya

Lareh Nan Panjang Pusat Kerajaan VII Koto Dulunya

VII Koto--Bagi masyarakat Kenagarian Lareh Nan Panjang, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, Padang Pariaman keberadaan sungai menjadi berkah trsendiri. Tak heran, empat sungai yang mengalir dikampung itu, yakni Sungai Batang Ampalu, Batang Piaman, Batang Mangoi dan Sungai Batang Balam mampu menghasilkan uang untuk kemajuan masyarakatnya. Ikan larangan yang dibuat disetiap sungai, pada saat dibongkar mampu mendatangkan uang buat pembangunan surau, laga-laga, serta keperluan masyarakat lainnya.
    Azrul Aswat Tuanku Mudo, Walinagari Lareh Nan Panjang yang telah memasuki dua periode memimpin pemerintahan nagari itu melihat, potensi nagarinya selain sungai yang banyak, juga ada sawah dan ladang. Tetapi, perjalanan sawah masyarakat saat ini agak tersendat, lantara banyaknya irigasi dikampung itu yang ikut hancur akibat gempa 2009 lalu. Mulai dari Irigasi Bungin, Patamuan, Banda Kalu, Irigasi Toboh, Tanjung Balik.
    "Irigasi yang sebanyak itu mengaliri sawah seluas 800 hektare yang tersebar di 10 korong yang ada di Lareh Nan Panjang. Masing-masing, Korong Ampalu, Ampalu Tinggi, Apar, Bungin, Padang Ampalu, Kampuang Baru, Kampuang Dama, Tanjung Balik, Toboh dan Korong Toboh Karambia. Disamping lahan sawah, masyarakat juga mengembangkan tanaman cokelat," kata dia saat bincang-bincang dengan Singgalang, Minggu (4/12).
    Kini, katanya, yang menjadi kendala berat bagi masyarakat Lareh Nan Panjang, adalah merajalelanya tupai pada tanaman kakao. Hingga saat ini belum ada antisipasi yang didapatkan untuk menumpas hama tanaman yang satu ini. Akibatnya, banyak kakao petani yang terbuang sia-sia, karena dimusnahkan oleh tupai demikian. Agaknya keberadaan kakao belum membawa banyak manfaat untuk sumber kehidupan petani. Malah, petani dinagari itu masih memanfaatkan tanaman tua, seperti kelapa yang telah mereka warisi. Melihat kondisi harga kelapa. Kalau harga di Pekanbaru, Riau kelapa mahal, maka masyarakat pun berlomba-lomba menjual kelapanya. Tetapi, kalau harga lagi anjlok, masyarakat dengan telatennya mengolah buah kelapa itu untuk dijadikan minyak goreng, alias minya tanak tangan, dan harganya pun bisa jadi mahal kembali.
    Nagari Lareh Nan Panjang merupakan pecahan dari Luhak Ampalu dulunya. Sebab, yang VII Koto itu adalah Sungai Sariak, Sungai Durian, Tandikek, Batu Kalang, Koto Baru, Koto Dalam dan yang ketujuh Ampalu, atau Luhak Ampalu. Perkembangan zaman, Ampalu menjadi tiga nagari, yakni Nagari Lareh Nan Panjang, Lurah Ampalu dan Nagari Balah Aie. Lareh Nan Panjang, atau Ampalu adalah pusat kerajaan VII Koto dulunya. Tidak sekedar itu, Masjid Raya VII Koto pun terletak di nagari demikian. Di masjid itulah kedudukan Ungku Kali VII Koto.
    Sebagai pusat kerajaan dan agama, banyak persoalan yang mencuat ditengah masyarakat VII Koto, sejak dulu duputuskan di masjid itu atau kalau tidak di pondok pesantren Luhur Kalampalaian, Ampalu Tinggi, juga Nagari Lareh Nan Panjang. Pesantren yang satu ini adalah pesantren tertua di Padang Pariaman. Banyak ulama besar dilahirkan di pesantren tersebut yang tersebar diberbagai daerah di Minangkabau ini. Bagi masyarakat Lareh Nan Panjang dan VII Koto, kedua lembaga demikian, masjid VII Koto dan pesantren Ampalu Tinggi adalah sejarah panjang.
    Menurut Azrul Aswat, Lareh Nan Panjang yang jumlah penduduknya sekitar 5.888 atau sekitar 1.313 kepala keluarga (KK), sebanyak 30 persen masyarakatnya masih hidup dibawah garis kemiskinan. Hampir semua masyarakat nagari itu hidup dari sumber pertanian sawah dan ladang. Baru akhir-akhir ini mulai tumbuh berbagai kelompok usaha kecil menengah. Seperti adanya usaha VCO. Usaha membuat minyak kelapa murni itu dilakukan oleh masyarakat yang telah punya skil, dan melihat peluang yang dihasilkan dari VCO demikian.
    Dalam tatanan adat, masyarakat Lareh Nan Panjang hidup dalam berbagai kelompok suku yang turun temurun sejak dulunya. Kesemua suku berada dibawah naungan panghulu. Ada empat panghulu yang menauangi semua suku yang ada. Mulai dari Datuak Bandaro Putiah yang kini dijabat oleh H. Damsuar, Wakil Bupati Padang Pariaman. Dia adalah panghulu kaum suku Koto, sekaligus diberi amanah sebagai Ketua KAN Lareh Nan Panjang. Kemudia Datuak Pono Intan dari suku Panyalai, Datuak Bandaro Panjang dan Datuak Marajo.
    Dulu, sebut Azrul Aswat, saat pemerintahan desa, wilayah Lareh Nan Panjang terdiri dari 14 desa. Sejak Kota Pariaman menjadi kota otonom, dua desa dalam Lareh Nan Panjang, yakni Desa Rambai dan Desa Pungguang Ladiang masuk kewilayah kota. Namun, secara adat istiadat yang dua desa itu tetap tidak bisa berpisah dari induknya, Lareh Nan Panjang. Jadi, secara pemerintahan mereka berinduk ke Kota Pariaman, dan secara adat tetap berkiblat ke Lareh Nan Panjang.
    Walinagari Azrul Aswat mencatat, ada 44 surau dan masjid dinagarinya. Bagi masyarakat VII Koto secara umum, setiap suku dan pecahannya punya sebuah surau. Namun, yang aktif membina anak TPA/TPSA hanya 14 surau. Bagi masyarakat kaum atau suku, yang jadi kebanggaan adalah shalat Tarwih di bulan Ramadhan, dan shalat Id di surau yang mereka buat secara berkaum itu. Walau demikian, kesemua surau dan masjid itu tetap saja berinduk ke Masjid VII Koto, yang terletak di Korong Ampalu. Disitulah sidang terletaknya. (damanhuri)

Kamis, 01 Desember 2011

Nagari Anduriang, Sudahlah Rimbo Kelam Pula

Nagari Anduriang, Sudahlah Rimbo Kelam Pula

Anduriang---Kenagarian Anduriang, Kecamatan 2 X 11 Kayutanam, Padang Pariaman satu diantara 10 nagari tertinggal didaerah bekas gempa itu. Kenapa bisa begitu ? Ada sebuah korong dikampung itu yang bernama Rimbo Kalam. Sudahlah rimbo, kalam pula. Artinya, korong yang satu itu sangat jauh dari kemajuan. Konon, korong yang berdekatan dengan pusat ibu kabupaten di Pasa Dama, Parit Malintang demikian baru akhir-akhir ini bisa menikmati penerangan listrik.
    Walaupun demikian adanya, Nagari Anduriang punya peran yang sangat strategis juga pada saat mempertahankan Indonesia merdeka, terutama pada era perperangan Belanda yang masuk pascakemerdekaan. Dimana, Anduriang berperan sebagai dapur umum. Dikampung itu sebagian TNI diberi makan selepas mengusir penjajah yang ingin menguasai negara ini kembali.
    Menurut cerita Zainuddin Datuak Panduko Sinaro, mantan Walinagari Anduriang pada era orde lama suatu ketika, ketulusan masyarakat Anduriang untuk saling berbagi sangat tinggi. Semisal harta kekayaan masyarakat berupa padi, itu dibagi dua. Seperdua untuk dimakan para pejuang, dan seperdua lagi untuk kehidupan keluarganya. "Kebijakan itu dilakukan, karena Anduriang terletak jauh dari pusat jalan utama, sehingga sangat memungkinkan untuk persembunyian para pejuang. Tersebutlah nagari itu sebagai tempat memberi makan para pejuang urang awak yang sedang gigih melawan musuh, yang makannya langsung dari masyarakat Anduriang itu sendiri," kata dia.
    Tidak sekedar itu, kata Zainuddin, masyarakat yang punya barang ternak, seperti kambing, ayam, kerbau sekalipun juga sebagiannya diperuntukkan buat penopang kekuatan TNI dalam berperang. Kebijakan itu diambil secara kesepakan bersama dalam nagari. Sebab, yang namanya berjuang tidak saja melawan penjajah. Ikut memberi makan TNI, itu juga dibilang berjuang mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamerkan.
    Sebagai sebuah nagari yang disebut sebagai ujuang darek, kapalo rantau, jelas punya peran yang cukup hebat pada saat musim perang dulu. Anduriang ini termasuk nagari yang duluan lahirnya dari Nagari Kayutanam. Dan bahkan, Kayutanam merupakan pemekaran dari Anduriang dulunya. Kantor walinagari yang pernah dibangun semasa pemerintahan Hindia Belanda, hingga kini masih ada.
    Orang yang pernah menjabat dinagari itu sejak dulunya telah cukup banyak. Setiap walinagari punya peran masing-masing, terutama dalam kemajuan nagari itu sendiri. Diantarnya, Maimun Datuak Rajo Api, Adinar Datuak Kayo, Datuak Rajo Ameh, Labai Jamin, Datuak Talanai, Zainuddin Datuak Panduko Sinaro, Amran Joni, Ibrahim Z dan kini Anduriang dipimpin oleh Ahmad Basri.
    Nagari yang memiliki tujuh korong, masing-masing, Korong Lubuak Aua, Lubuak Napa, Sipisang Sipinang, Kampuang Tangah, Balah Aie, Rimbo Kalam dan Korong Asam Pulau itu dinilai cukup berhasil diletakkan pondasi dasarnya kembali oleh Ibrahim Z. Sebab, Ibrahim merupakan walinagari devenitif pertama sejak era kembali kenagari diluncurkan pemerintah Sumatra Barat pada 2001 lalu. Buktinya, korong yang belum masuk listrik, dengan kegigihan Ibrahim akhirnya Rimbo Kalam masuk listrik. Masyarakatnya sudah bisa nonton tv.
    Dan semasa kepemimpinan Ibrahim nagari yang sebelah utaranya berbatasan dengan Nagari Gunuang Padang Alai, selatan dengan Nagari Lubuk Alung, timur dengan Nagari Sicincin dan barat dengan Kabupaten Solok itu, pada pemilu 2009 lalu memecahkan rekor perdana. Yakni, terpilihnya dua orang putra terbaik nagari itu sebagai anggota dewan terhormat di Padang Pariaman. Mereka, Masrizal dari PPP dan Pebforil dari Partai Demokrat. Sebelumnya, bahkan sejak dunia terkembang kampung itu tak pernah ada punya anggota dewan yang akan memperjuangkan masyarakatnya dilembaga legislatif.
    Nagari Anduriang yang pernah dapat bantuan program PKBS BBM senilai Rp250 juta, yang bertujuan untuk pengentasan kemiskinan semasa kepemimpinan Ibrahim itu langsung dibangun sebuah rajang alias jembatan gantung, yang panjangnya sekitar 50 meter, menghubungkan Korong Lubuak Napa dengan Korong Balah Aie. "Semasa belum ada rajang, anak kampung itu sekolah sangat susah. Mereka harus buka sepatu untuk menyeberangi sebuah sungai. Kadang kalau musim hujan lebat, air sungai jadi bertambah, anak-anak banyak meliburkan diri. Nah, kini hal itu tidak adalagi," sebut Ibrahim.
    Hingga kini, kenagarian yang memiliki penduduk sekitar 10.823 jiwa dan sekitar 2.587 kepala keluarga itu, 480 kepala keluarga diantaranya masih tergolong keluarga miskin yang harus diberdayakan. Pada umumnya, masyarakat Anduriang hidup dari pertanian, berupa sawah dan perkebunan jangka panjang, berupa pohon karet. Persoalan irigasi, Anduriang agaknya termasuk nagari yang kaya akan sumberdaya air. Buktinya, sawah disana tak pernah kekurangan air, karena irigasinya lancar dan sehat. (damanhuri)

Peragawan Paingan Dapat Bantuan Saran Olahraga

Peragawan Paingan Dapat Bantuan Saran Olahraga

Sungai Limau, Singgalang
    Dalam rangka menggiatkan kegiatan olahraga di nagari yang tersebar di Kabupaten Padang Pariaman, Dinas Pemuda dan Olahraga Pemkab setempat menyalurkan bantuan berupa peralatan olahraga kepada Perkumpulan Olahraga Warga Nagari (Peragawan Paingan), Nagari Guguak Kuranji Hilia, Kecamatan Sungai Limau.
    Bantuan berupa satu unit bola kaki, bola voli dan bola takraw itu langsung diantarkan oleh Kepala Dinas, Rasyiddin Ali. Dia mengharapkan, dengan adanya penyaluran peralatan olahraga ini kepada klub maupun perkumpulan olahraga yang ada di nagari akan mengurangi terjadinya kenakalan remaja.
    Menurut Rasyiddin Ali, bantuan ini disalurkan kepada kegiatan positif. Menumbuh-kembangkan semangat berolahraga ditengah masyarakat itu sendiri.
    H. Ali Akbar, sebagai Ketua Peragawan Paingan menyampaikan terima kasih atas perhatian Pemkab, dalam hal ini khusun untuk warga Guguak Kuranji Hilia. "Dengan adanya bantuan peralatan olahraga tersebut akan menambah lagi munculnya bibit-bibit baru dalam cabang olahraga yang ada di nagari ini," kata bakal calon Walinagari Guguak Kuranji Hilia ini.
    Ali Akbar melihat, latar belakang terbentuknya wadah Peragawan Paingan ini adalah karena keprihatinan beberapa orang tokoh masyarakat, dan sebagian besar pemuda melihat maraknya potensi kenakalan remaja yang disertai keinginan untuk berkarya dibidang olahraga ini. Pada tanggal 2 Mei 2010 yang lalu dibentuklah wadah ini, yang meliputi beberapa bidang olahraga yang memiliki potensi di Guguak Kuranji Hilia, diantaranya, sepakbola, badminton, bola voli, sepak takraw dan lain sebagainya.
    Adapun susunan kepengurusan Peragawan Paingan Paingan untuk masa bakti 2010-2014, Pembina; Walinagari, niniak mamak, tokoh masyarakat. Penasehat; Maifrizal Razali, Dahriwal. Pelatih; Yuti Irda. Sementara, pengurus harian, Ketua; H. Ali Akbar, Wakil Ketua; Sadri, Sekretaris; Dani M. Razali, Bendahara; Darmawati. Kepengurusan juga dilengkapi dengan bidang-bidang, seperti bidang sepakbola, takraw dan lain sebagainya. (525)

Kembangkan Bawang Merah

Nagari Gadur
Menjadikan Bawang Merah Sebagai Sentranya Padang Pariaman

Enam Lingkung---Kalau di Jawa ada dodol Garut, di Padang Pariaman ada dodol Gadur. Tapi itu dulu. Tepatnya ketika daerah bekas gempa itu dipimpin oleh Muslim Kasim. Kini, dodol Gadur itu sudah tidak adalagi. Pabriknya telah ditutup. Memang, Walinagari Gadur, Kecamatan Enam Lingkung, Irkaswandi selalu membuat terobosan baru dinagari yang dia pimpin. Tampil beda dalam memenej masyarakat, menjadi kesenangan walinagari termuda tersebut.
    Nagari Gadur merupakan pemekaran dari Nagari Koto Tinggi sejak 2004 silam. Irkaswandi merupakan walinagari pertama. Dia seorang anak muda yang dinilai punya banyak gagasan, yang mampu mendorong berbagai sektor perekonomian nagari itu bergerak kencang. Bahkan, Gadur dinyatakan nagari yang pertama kali terbebas dari kemiskinan, dari sekian banyak nagari yang ada di Padang Pariaman. Pada 20 Nopember kemarin, Irkaswandi kembali terpilih sebagai walinagari untuk periode kedua. Masyarakat Gadur masih mempercayakan soal kemajuan Gadur kepada serjana tekhnik demikian.
    Pemerintahan Nagari Gadur yang membawahi lima korong, masing-masing, Korong Kampuang Dalam, Batiah-Batiah, Kapuah, Simpang dan Korong Padang Bungo itu pernah mencatat sejarah pada 2008 lalu. Dimana, Walinagari Gadur, Irkaswandi terbaik satu tingkat Sumatra Barat dibidang pengentasan kemiskinan dan perekonomian. Memang, kampung kelahiran orang yang pernah berkuasa 10 tahun di Padang Pariaman itu dinilai pantas meraih prestasi demikian. Dalam cilotehan banyak orang dulunya, Gadur dikenal sebagai Cendana-nya Padang Pariaman.
    Kenapa tidak, setiap Muslim Kasim, yang kini Wakil Gubernur Sumbar itu pulang kampung, selalu ramai diekori oleh puluhan pejabat. Bagi pejabat Padang Pariaman, nama Nagari Gadur sudah tidak asing lagi. Karena dinagari itulah induk semang mereka dilahirkan. Bahkan, seorang Muslim Kasim adalah satu diantara niniak mamak yang 19. Dia diberi amanah menyandang Datuak Sinaro Basa, seorang panghulu dari kaum Suku Sikumbang. Hingga kini, meskipun Muslim Kasim telah berpindah tugas dari Pariaman ke Padang, fungsinya sebagai seorang niniak mamak tetap saja disandangnya.
    Saat ini Irkaswandi mencoba terobosan baru lagi, setelah dodol tidak lagi bisa dikembangkan, karena kalah bersaing dengan dodol keluaran Garut, Jawa Barat itu. Sejak beberapa tahun lalu, bersama petani kampung itu, Irkaswandi membangun dunia pertanian, khusus dibidang pembudidayaan tanaman bawang. Ganjil. Memang, tanaman yang satu itu hanya banyak ditemukan didaerah darek. Tapi, Irkaswandi tak ambil pusing. Dia kembangkan tanaman demikian di Gadur. Ada sekitar enam hektare lahan kini dipenuhi oleh bawang merah.
    "Hasilnya cukup lumayan. Bawang merah mampu merubah taraf hidup petani Gadur. Bahkan, banyak petani lain di Padang Pariaman yang sengaja datang ke Gadur untuk belajar cara mengembangkan tanaman bawang merah. Kita ingin, nagari Gadur ini dijadikan sebagai sentra bawang merah di daerah ini. Hampir setiap musim tanamnya, lahan yang ditanami bawang merah selalu bertambah. Ini artinya tingkat kemauan masyarakat cukup tinggi," kata dia saat ditemuai Singgalang, Minggu (27/11).
    Gadur yang luas wilayahnya 5,82 kilometer persegi itu sebelah utara berbatasan dengan Nagari Sungai Sariak, Kecamatan VII Koto dan Padang Bintungan, Kecamatan Nan Sabaris. Selatan dan timurnya berbatasan dengan Nagari Koto Tinggi, dan barat dengan nagari Pauh Kambar. Sebagai seorang yang dipercayai oleh masyarakat untuk yang kedua kalinya, Irkaswandi melihat Gadur butuh sarana pertanian yang modern. Mulai dari cara bercocok tanam, sampai kepada penggunaan alat pertanian yang maju, sehingga mampu mengembangkan pertanian kearah yang lebih bagus lagi.
    Baginya, masyarakat Gadur tidak boleh tergantungan terhadap lahan yang mereka hadapi. Artinya, sumber kehidupan masyarakat tidak mesti terpaku kepada satu lahan, atau satu sumber kemasukan. Untuk itulah butuh keberanian yang jitu dari pemimpin. Berani memikul risiko apapun yang dihasilkan dari komitmen demikian.
    Irkaswandi tidak menapik, meskipun nagari yang dia pimpin telah dinyatakan bebas dari kemiskinan. Keluarga miskin tetap saja ada. Namun, persentasenya sudah jauh berkurang. "Bahkan, saat ini ada 20 kepala keluarga miskin di Korong Padang Bungo yang mendapatkan bantuan berupa dana zakat produktif dari pihak ketiga. Mereka diberikan dana itu setiap tahun dengan catatan, dana demikian dikembangkan untuk usaha rumahtangganya. Seperti ternak kambing, ayam atau usaha lainnya, yang mungkin untuk dikembangkan dengan dana sebesar Rp500 ribu tersebut," sebut Irkaswandi.
    Menurut dia, nagari yang dihuni oleh masyarakat yang bersuku Guci, Sikumbang, Tanjung, Koto, Jambak dan Suku Panyalai itu dinaungi oleh 19 niniak mamak-nya. Dari sebanyak itu niniak mamak, dikomandoi oleh seorang pucuak adat, yakni Datuak Rangkayo Indomo, yang kini dijabat oleh Wilson, salah seorang pejabat di Pemkab Padang Pariaman. "Disamping mengembangkan tanaman bawang, Nagari Gadur yang memiliki penduduk sekitar 3.000 jiwa lebih itu, juga tengah mengembangkan minyak goreng yang diolah secara tradisional dari buah kelapa, alias minyak tanak tangan yang dikembangkan oleh Petugas Penanggulangan Kemiskinan Lapangan (P2KL) yang ada di Gadur," ujar Irkaswandi. (damanhuri)

Selasa, 29 November 2011

Cerita Dibalik Longsor Gantiang Awak Kapai Marantau lai Nduak

Cerita Dibalik Longsor Gantiang
Awak Kapai Marantau lai Nduak

Lubuk Alung--Razali, 60, dan Sariawan, 55, menangis. Hatinya iba dan meris sekali. Pondok darurat yang didiaminya di Gantiang, Koto Buruak, Kenagarian Lubuk Alung, Padang Pariaman yang terkena longsor Senin pagi kemarin, yang merenggut nyawa anak dan cucunya, Ratna Irawati dan Susi Fitriani langsung didatangi Wakil Gubernur Sumatra Barat, H. Muslim Kasim Datuak Sinaro Basa dan Bupati, H. Ali Mukhni, Selasa (29/11).
    Pasangan dengan enam orang anak itu merasa terpukul atas musibah yang menimpa rumahnya. Apalagi, korban adalah anak sulunya, yang baru saja ditinggal suaminya. Razali termasuk keluarga miskin. Dia terlalu berani membuat rumah dikawasan yang sangat membahayakan, lantaran tidak adalagi tanah dia pada lokasi lain. Hanya satu-satunya rumah dia dilokasi demikian. Sariawan, sang ibu korban menceritakan, pada hari Minggu menjelang kejadian, sang cucunya, Fitriani, 4, sempat bertengkar dengan anaknya yang paling kecil yang juga sama besar dengan cucunya itu.
    "Ambo kapai marantaulai nduak. Sebab, dia kepada mandenya itu selalu panggil induak atau ibu. Barangkali itulah firasat seorang bocah kecil ketika akan menemui ajalnya. Ternyata memang benar. Longsoran yang ikut mengenai kami serumah telah memisahkan kehidupan kami bersama anak dan cucuk demikian," kata Sariawan sedih.
    Menurut Sariawan, hampir seharian pada Minggu tersebut, kedua anak dan cucunya itu ribut. Maklum sajalah anak-anak. Tapi, ribut yang mereka lakukan sehari karena tidak bisa keluar rumah lantaran hujan, sungguh diluar kebiasaannya selama ini. "Sebelumnya tak pernah terjadi itu. Bahkan, keluar kata-kata yang membuat orangtua dan kami seisi rumah ini bertanya-tanya. Rupanya, pagi Senin jawaban dari kata-kata kapai marantau itu langsung diwujudkan oleh Yang Maha Kuasa," ungkapnya. Longsor merenggut nyawa mereka.
    Kini, pasangan keluarga Razali dan Sariawan itu tampak sedih dan murung. Belum sempat dia makan sejak kejadian peristiwa yang cukup naas demikian. Barang yang bisa diselamatkannya dari bekas rumah yang roboh akibat longsor itu telah dipindahkan ke sebuah pondok, yang dia bangun berdekatan dengan rumah itu. Tapi pondok yang direncakan untuk sebuah kedai, karena terletak pada tepi jalan lingkar tersebut, belum punya dinding. Baru saja selesai dipasang atap. Dan untuk sekedar duduk sudah bisa.
    Tampak dipondok penampungan itu kain-kain bertaburan. Semuanya sedang dijemur, lantaran habis kena tanah longsoran. Kedatangan Muslim Kasim dan Ali Mukhni bagaikan sitawa sidingin bagi Razali dan Sariawan. Apalagi mereka akan dibantu sebuah rumah senilai Rp25 juta. Bantuan berupa rumah itu langsung disampaikan Wagub Muslim Kasim. Katanya, Pemrov membantu Rp15 juta dan Pemkab Padang Pariaman Rp10 juta.
    Bagi orang kampung yang hidup miskin seperti Razali dan Sariawan, bantuan seperti demikian sangat besar sekali artinya. Air matanya mengalir, ketika bantuan itu diucapkan langsung oleh kedua pemimpin tersebut. "Alhamdulillah, semoga kita dapat tinggal ditempat yang layak, dan bisa senang dengan keluarga. Terima kasih pak wagub, terima kasih pak bupati," kata Razali kepada Singgalang. (damanhuri)
-------------------------------------------------------------------
Longsor Gantiang Koto Buruak
Ratna Irawati dan Susi Fitriani Tewas

Lubuk Alung, Singgalang
    Hujan lebat yang mengguyur Padang Pariaman sejak Minggu (27/11) semalaman menyebabkan terjadinya longsor di Gantiang, Korong Koto Buruak, Lubuk Alung. Longsor yang menimpa kediaman Ratna Irawati, 29, seorang ibu rumahtangga itu sekaligus merenggut nyawa dia dan seorang anaknya, Susi Fitriani, 4,. Longsor yang terjadi Senin pagi kemarin, membuat Lubuk Alung jadi gempar.
    Walinagari Lubuk Alung, Harry Subrata bersama sejumlah perangkatnya langsung turun kelokasi kejadian. Tampak keluarga korban penuh dengan rasa duka yang sangat mendalam. Sebelum korban dinyatakan meninggal, masyarakat sempat membawa mereka ke Puskesmas Lubuk Alung. Tapi apa boleh buat, Tuhan berkehendak lain. Nyawa ibu janda dan seorang anaknya itu tak lagi bisa diselamatkan dari amukan longsor demikian.
    Menurut Harry Subrata, sekitar pukul 05.00 WIB, terdengarlah suara bunyi gemuruh yang sangat hebat. Bunyi yang cukup keras dan menyentakkan banyak orang yang sedang tertidur pulas itu, rupanya sejumlah pohon kayu tumbang yang disertai longsoran menimpa rumah orangtua Ratna Irawati. Didalam rumah itu semalam ada enam orang yang tidur. Empat anggota keluarga sempat melarikan diri.
    Sementara, korban betul-betul tidur pulas bersama pangkuan anak semata wayangnya. "Nyawa korban yang rumahnya berdekatan dengan jalan lingkar itu tidak lagi bisa diselamatkan. Kita ikut merasakan duka yang dialami keluarga korban. Semoga, keluarganya tabah menerima cobaan ini," harap Harry Subrata.
    Disamping itu, MAN Lubuk Alung yang terletak di pinggir Sungai Batang Tapakis, Senin kemarin diliburkan. Aktivitas belajar mengajar tak dapat dilangsungkan, karena sejumlah lokal dipenuhi air bah yang datang melanda sejak dini hari. Kepala sekolah bersama sejumlah guru, tampak mengarahkan anak-anaknya untuk membersihkan genangan air. Termasuk juga lumpur yang disebabkan oleh air yang datang demikian.
    Sementara, puluhan rumah di Surantih, Koto Buruak, Lubuk Alung dilaporkan terendam air. Para penghuni rumah untuk sementara mengungsi keluar rumah. Ada sejumlah rumah dalam kampung itu yang nampak hanya atap rumahnya saja lagi. Sementara, bagian dalam rumah telah dipenuhi air. Masyarakat Lubuk Alung menilai, banjir yang terjadi kali ini cukup besar. Luapan sungai Batang Anai telah menimbulkan berbagai dampak kerugian yang tak sedikit. Mulai dari kediaman warga, lahan pertanian, hingga longsor yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang.    
    Di Kenagarian Sintuak, Kecamatan Sintuak Toboh Gadang dilaporkan, puluhan hektare sawah masyarakat dilanyau banjir. Luapan Sungai Batang Tapakis itu juga menyebabkan rusaknya sejumlah lahan pertanian masyarakat setempat. (525)

Kamis, 24 November 2011

Sekolah Terbelakang Itu Meraih Prestasi Gemilang

Sekolah Terbelakang Itu Meraih Prestasi Gemilang

Lubuk Alung--Untuk mengukir sebuah prestasi sekolah, tak mesti ditempat yang ramai. Buktinya, SMPN 5 Kecamatan Lubuk Alung, yang terletak jauh dari pusat keramaian, bahkan dikampung tersuruk lagi, tetapi punya prestasi yang sangat gemilang pada saat Ujian Nasional (UN) kemarin. Dari 52 SMP yang ada di daerah bekas gempa itu, SMP yang terletak di Kenagarian Aie Tajun Lubuk Alung ini mampu meraih peringkat 10.
    Jon Hendri, sang Kepala sekolahnya merasa senang dan bangga sekali, karena ditangannya bersama seluruh personil guru yang ada, sekolah ini menjadi catatan sejarah yang sangat baik. Dia tidak membayangkan sama sekali sebelumnya, kalau sekolah yang dia pimpin sejak beberapa bulan belakangan itu mampu meraih nilai yang cukup pantastis. SMP itu bukan termasuk SMP favorit dikawasan Lubuk Alung. Bahkan, belakangan sekolah demikian punya persoalan yang sangat rumit dengan si pemilik tanah yang menyerahkan tanahnya kepada pemerintah.
    Sampai saat ini, sekolah itu bagaikan sekolah tak berpenghuni. Halamannya dipenuhi rumput. Lobang menganga dipintu gerbangnya seakan tak boleh ditimbun, jalan menuju kesana juga tak bagus. Bahkan, ketika musim hujan, jalannya becet bagaikan kubangan kabau, sehingga tak satupun mobil yang bisa masuk halaman sekolah tersebut. Sebab, yang punya tanah dikabarkan melarang membangun apapun bentuk bangunan, sebelum janji pemerintah kepada yang punya tanah dikabulkan. Ada hitam diatas putih yang berisi janji, kalau sipemilik tanah akan dijadikan pegawai alias PNS, sebelum tanah itu diserahkan, yang selanjutnya dibangun sebuah lembaga pendidikan. Tapi hingga kini hal itu belum terkabul juga.
    Namun, berkat tangan dingin Jon Hendri bersama guru yang ada, perlahan sekolah yang semula susah dibangkitkan, lewat pendekatan persuasif dengan yang punya tanah, akhirnya para siswanya bisa belajar dengan tenang. "Alhamdulillah, kita mampu memberikan yang terbaik pada musim UN kali ini. Dari 649 SMP yang ada di Sumatra Barat, sekolah kita mampu menempati urutan ke 50. Ini sebuah presatsi yang sangat luar biasa," kata dia pada Singgalang, Sabtu (4/6).
    Jon Hendri yang didampingi Abdul Hadi Tuanku Rajo, guru agama dan Syamsul Badri, salah seorang pengawas yang membina langsung sekolah itu menyebutkan, disamping prestasi demkikian, sekolahnya juga meraih prestasi lainnya. Diantaranya, juara 1 lomba kriya (seni ukir) tingkat Padang Pariaman. Selanjutnya mewakili daerah itu pada Festival Lomba Sini Siswa Nasional (FLS2N) tingkat Sumbar, dengan mengikuti dua jenis lomba, seni kriya yang diikuti oleh Muhammad Syafri, dengan pelatihnya, Faizal Erizal, dan lomba desain batik, yang diikuti Resti Fauziah, dengan pelatihnya Geri Hendika.
    Untuk Kecamatan Lubuk Alung, kata Jon Hendri, hasil UN saat ini prestasi sekolahnya nomor satu. Nampaknya, Jon Hendri ingin memperlihatkan kepada banyak orang di Padang Pariaman, bahwa sekolah yang selama ini terkesampingkan, ternyata punya segudang briliyan. Dia mengaku senang, karena pada saat memulai tugas di sekolah itu, juga berbarengan dengan pemekaran Nagari Aie Tajun Lubuk Alung.
    Sebagai bagian dari masyarakat, dia melibatkan banyak pihak di nagari yang baru itu. Termasuk dengan Pj. Walinagari, Nasrizal dalam membahas berbagai persoalan yang timbul di sekolah tersebut. Dukungan dari walinagari, tokoh masyarakat serta berbagai pihak berkepentingan lainnya itulah yang dimanfaatkan Jon Hendri, sehingga berbagai kemajuan bisa diraih dengan baik dan benar.
    Kepada seluruh masyarakat Aie Tajun Lubuk Alung, dan seluruh keluarga besar sekolah itu, Jon Hendri berharap untuk bisa mempertahankan serta meningkatkan kemampuan yang telah diraih tersebut. Perjuangan pahit yang membuahkan hasil manis ini harus diisi dan ditingkatkan terus dimasa yang akan datang. (damanhuri)

Rabu, 23 November 2011

Menuntut Bantuan Gempa Ditengah Berbagai Kecamatan

Menuntut Bantuan Gempa Ditengah Berbagai Kecamatan

Ketaping---Ketika musim hujan, Ita bersama anak dan suaminya terpaksa harus kena hempasan air, lantaran dia masih mendiami pondok darurat, yang diatap dengan rumbia, yang berdindingkan tikar pandan. "Beginilah nasib jadi orang kecil, yang selalu jadi permainan dalam soal pitih bantuan," kata dia ketika menerima Singgalang, Sabtu (30/4) lalu dikediamannya, Pilubang, Nagari Ketaping.
    Sebagai upaya, Ita kini dipercaya oleh sebagian besar masyarakat Pilubang, untuk bisa mendapatkan haknya. Sebab, dari seluruh data-data yang dia kumpulkan sejak dari nagari, kecamatan hingga ke Padang Pariaman, banyak kesalahan yang ditemukan dalam soal pembagian bantuan. Bahkan, ada kecendrungan tidak adanya rasa manusiawi lagi dalam mengutamakan pembagian bantuan tersebut.
    Dari semua catatan yang cukup susah didapatkan Ita tersebut, ternyata di Pilubang tersebut ada sebagian 'rumah hantu' yang telah berpuluh tahun tidak lagi didiami, masih mendapatkan bantuan gempa. Dan ada juga untuk satu nama, tapi dapat dua bantuan sekalian. "Yang lebih fatal itu ada pula rumah yang rusak ringan dijadikan rusak sedang, sehingga dapat bantuan Rp10 juta. Sementara, sekitar 70 rumah yang rata dengan tanah, hingga saat ini belum tahu nasibnya soal bantuan," kata dia.
    Kerja keras yang dilakukan Ita bersama masyarakat yang merasa dipinggirkan itu, sungguh banyak mendapat rintangan dan tantangan. Ita mengaku pernah diacam oleh oknum petugas di nagari dan pemuka masyarakat akan dikucilkan dalam kampung, kalau terus melakukan tuntutan ini dan itu dalam soal bantuan. Upaya yang dilakukannya itu dianggap sebagai provokator ditengah masyarakat. "Padahal, yang kita lakukan adalah meluruskan apa yang sebenarnya harus dilakukan. Kita tidak ingin ditengah banyaknya warga yang menjerit menunggu bantuan, ada pihak yang berlimpah harta yang tidak jelas sumbernya, beli sepeda motor, dan bermewah-mewah," sebutnya.
    Hingga hari, telah hampir dua tahun gempa berlalu, dimana kesalahan itu, Ita belum bisa pastikan. Yang jelas, dia bersama masyarakat yang menjerit itu melakukan upaya pengaduan ke Kapolres Padang Pariaman mencari keadilan. "Pengaduan atas nama Basri, 62, itu kita lakukan sepekan yang lewat. Kini, para saksi telah dipanggil, guna mengungkap semua kebobrokan pendistribusian bantuan gempa," cerita Ita lagi.
    "Seluruh dokumennya telah kita lengkapi, termasuk mendokumentasikan rumah yang sehat, tapi dapat bantuan juga. Kalau dugaan kita, orang itu jelas-jelas ada hubungan dengan pemimpin di korong ini. Kita berharap, pengaduan yang dilakukan kali ini membuahkan hasil yang sesuai dengan yang sebenarnya. Tidak lagi seperti pengaduan yang pernah juga dilakukan ke Kapolsek Batang Anai, yang akhirnya dipaksa mencabutnya," terangnya.
    Ita berharap, upaya pengaduan yang dia lakukan tersebut mendapat sambutan dari pihak-pihak yang berkopenten dalam masalah demikian. "Kita ingin memperlihatkan kepada semua pihak, bahwa orang kecil janganlah dipandang enteng dan dilecehkan begitu saja. Siapa yang berbuat, tentu dia yang akan memikul akibatnya. Yang jelas, kita tetap mencari keadilan, menuntut hak kita, sampai kapan pun, dan kemana saja yang semestinya juga mendapatkan bantuan gempa. Sedangkan Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno sudah jelas mengatakan, dalam pendistribusian bantuan, harus mengutamakan orang yang paling membutuhkan," tegasnya. (damanhuri)

Saatnya Potensi Daerah Diberdayakan

P2Kl Padang Pariaman
Saatnya Potensi Daerah Diberdayakan, Dengan Subsidi Pengusaha

Pariaman, Singgalang
    Petugas Penanggulangan Kemiskinan Lapangan (P2KL) Padang Pariaman, merupakan sebuah lembaga bentukan Pemkab setempat, guna mengurangi anggka kemiskinan di daerah bekas gempa tersebut. Sejak keberadaan P2KL tahun 2007 lalu, hingga saat ini terus eksis melakukan pendataan disetiap nagari yang ada di daerah itu.
    Sejak tahun 2010 lalu, P2KL berinisiatif untuk menyatukan visi misi lewat sebuah forum yang diberi nama Forum Petugas Penanggulangan Kemiskinan Lapangan (FP2KL), yang diketuai oleh Dalinur, yang berasal dari Kenagarian Balah Aie, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak. P2KL punya anggota satu orang setiap nagari, kecuali untuk Lubuk Alung, itu anggotanya mencapai lima orang, lantaran nagarinya besar.
    Rabu (20/4) lalu, FP2KL menggelar pertemuan di salah satu rumah makan di Balah Aie, guna membicarakan eksistensi lembaga yang bertugas terhadap kesejahteraan masyarakat. Dalam pertemua itu juga menghadirkan staf ahli anngota DPR RI, H. Nudirman Munir, yakni Jhon Kenedi Martin, sebagai pembicara tunggal dalam forum itu.
    Dari 51 anggota FP2KL yang terserak di Padang Pariaman, saat pertemuan bergengsi itu hadir sekitar 30 anggota. Mereka sangat antusias mendengarkan paparan yang diberikan seorang Jhon Kenedi Martin, yang dikenal suka memberikan motivasi dalam berbagai kesempatan.
    Jhon Kenedi Martin melihat keberadaan FP2KL cukup signifikan dalam memberikan masukan untuk daerah. Apalagi Padang Pariaman merupakan pilot project untuk penanggulangan kemiskinan berbasis nagari, yang dicanangkan langsung oleh Presiden SBY. "Sebagai orang yang setiap waktu berada ditengah masyarakat, dan selalu melihat dan menyaksikan kemiskinan ditengah kampung, saatnya FP2KL ikut memfasilitasi usaha-uasaha yang mungkin dikembangkan oleh masyarakat miskin tersebut," kata mantan bakal calon Bupati Padang Pariaman pada Pilkada 2010 lalu ini.
    Dia ingin, seluruh rumah makan milik rang Piaman yang ada di Jakarta, sudah saatnya mendapat perhatian serius dari Pemkab, agar pengusaha urang awak itu tidak gulung tikar. Sebab, setiap saat sewa warung selalu naik. Bantuan Pemkab tentu juga dibarengi dengan adanya perhitungan yang jelas antara Pemkab dan pengusaha rumah makan, dengan cara seluruh kebutuhan rumah makan, harus mereka beli dari kampung ini.
    Menurut Jhon Kenedi Martin, hal yang seperti demikian sebenarnya telah lama dilakukan oleh negara Thailand, terhadap pengusaha rumah makan masyarakatnya yang ada diluar negeri. Apa yang terjadi, sekitar 30 persen divisa Thailand, itu berasal dari hasil subsidi yang diberikan kepada pengusaha rumah makannya yang ada diluar sana. "Nah, Padang Pariaman dikenal punya banyak kelapa, beras, telur ayam dan sejumlah hasil pertanian lainnya yang selalu dipakai saban hari oleh pengusaha rumah makan. Saatnya hal itu kita kembangkan pula terhadap pengusaha rumah makan milik rang Piaman yang ada diluar sana," kata dia. (dam)

Menunggu Bantuan Gempa yang tak Kunjung Datang

Bantuan Gempa 2007 Belum Diterima, 2009 Jangan Sampai Tergilas Pula

Ketaping--Matahari baru saja beranjak naik. Sebentar lagi waktu Jumat juga menjelang. Pasangan suami istri, Abu Zanar dan Roslaini K tampak masih berselemut kesedihan. Betapa tidak, Hingga hari ini, keluarga itu belum bisa mempastikan tentang bantuan gempa 2009, untuk membangun kembali rumahnya yang rusak berat. Sebab, tatkala gempa 2007, dia juga salah seorang korban rusak sedang, tetapi sampai saat ini belum menerima bantuan. Belum ada jawaban yang pasti dari pihak pemerintahan kenagariannya, Ketaping, Kecamatan Batang Anai, Padang Pariaman.
    Padahal, peristiwa gempa bumi itu telah cukup lama. Orang disekelilingnya, yang rumahnya hanya rusak ringan telah dapat. Ketika ditemui dikediamannya, di Ujuang Bolak, Korong Olo Bangau, Ketaping, Jumat kemarin, Abu Zanar nampak pasrah. Dia orang kecil, yang tidak tahu banyak tentang pergolakan pemerintahan. "Yang jelas semua persyaratan yang diminta, telah dipenuhinya. Mulai dari KTP, KK, IMB dan lainnya telah selesai dan telah diserahkan kepada yang meminta," kata dia.
    Abu Zanar bersama keluarganya sempat tinggal lima bulan ditenda. Lantaran anak dan istrinya mulai sakit-sakitan, dia paksakan pindah kerumah yang rusak berat itu kembali dengan banyak berjaga dari tidurnya. Kalau dipaksakan tidur bersamaan, nanti kawatir datang gempa. Sementara, kondisi rumah penuh dengan darurat, dan sangat mengkawatirkan. Lima putra-putrinya masih kecil-kecil mesti harus dijaga terus. Apalagi, saat gempa 2009, anaknya yang paling kecil sempat terhimpit reruntuhan batubata.
    Kini, Abu Zanar bersama keluarganya mendiami rumah pondok yang dapat bantuan dari PMI. Karena yang diberikan berupa bahan, maka bangunannya agak dibesarkan oleh Abu Zanar. Dalam rumah itulah dia bersempit-sempit dengan anak dan keluarganya, sampai saat ini. Dia sangat sedih ketika orang lain telah banyak yang merehab dan membangun kembali rumahnya, sementara dia tidak ada yang bisa dilakukannya, untuk perbaikan dan pembangunan rumahnya kembali.
    Rumah yang baru sekitar lima tahun dihuni Abu Zanar itu juga tercatat sebagai korban rusak sedang pada peristiwa gempa 2007. "Kabarnya, yang kena gempa 2007 itu telah dapat bantuan. Tapi kok rumah ini belum juga datang sampai saat ini. Sebagai masyarakat kampung, kita tidak mau merobohkan rumah, yang semestinya harus dirobohkan, lantaran rusak berat. Semua sendi-sendinya telah terputus. Kalau dirobohkan, tahunya bantuan tidak dapat, seperti yang 2007 lalu, mau apa kita lagi nantinya," ceritanya.
    Menurut dia, ada puluhan kelurga miskin seperti dirinya di kampung kecil itu, yang hingga saat ini sangat berharap bantuan itu diturunkan. Kondisi rumahnya yang sangat berdekatan dengan Bandara Internasional Minangkabau (BIM) itu, mudah rapuhnya ketika pesawat mau mendarat dan naik. Hempasan angin pesawat pernah menjatuhkan sendi-sendi rumahnya, yang memang telah goyang.
    Ketidak-mengertian Abu zanar, petugas yang datang kerumahnya hanya sekedar melihat, mengambil gambar, tetapi realisasi bantuan kapan pastinya tidak ada satupun yang bisa menjelaskannya. Dia berharap, kebijaksanaan pemerintahan Kenagarian Ketaping bisa berpihak pada dirinya, dan keluarga miskin lainnya, yang sangat butuh bantuan itu segera. (damanhuri)

Selasa, 22 November 2011

Tuanku Shaliah Pengka tak Kenal Lelah

Haul Ke- 15
Tuanku Shaliah Pengka tak Kenal Lelah

Lubuk Pandan---Hujan lebat yang melanda Padang Pariaman sejak Jumat (20/5) siang lalu, tidak menyurutkan niat ratusan alumni Pondok Pesantren (Ponpes) Madrasatul 'Ulum dari berbagai daerah untuk datang ke komplek Ponpes yang terletak di Kampung Guci, Kenagarian Lubuk Pandan, Kecamatan 2 X 11 Enam Lingkung itu, guna melaksanakan hajatan haul 15 tahun wafatnya Syekh H. Abdullah Aminuddin, sang pendiri pesantren tersebut. Dia wafat pada 1996 lalu, dalam usia 88 tahun, karena beliau dilahirkan pada 1908.
    Sejak Tuanku Shaliah Pengka, begitu almarhum dikenal ditengah masyarakat seantero Padang Pariaman itu, mendirikan Ponpesnya pada 1945 lalu, hingga saat ini sudah banyak melahirkan lulusan. Tak heran, malam itu menjadi malam keakraban diantara para alumni demikian. Mereka bekerja dan bertugas diberbagai daerah, seperti Solok, Kabupaten Agam, Tanah Datar, Padang Pariaman serta daerah lainnya. Bagi alumni acara demikian, disamping memperingati haul, berupa zikir sebagai bakti seorang anak didik kepada gurunya, juga menjadi ajang silaturrahim, lantaran acara tersebut dilakukan setahun sekali.
    Yang menjadi fokus dari ajang demikian, adalah pembangunan kembali kubah almarhum, yang telah runtuh akibat gempa pada akhir 2009 lalu. Memang letak kubah beliau sangat rawat, lantaran terletak pada dataran ketinggian. Hingga kini, kubah itu belum diperbaiki.
    Latiful Khabir Tuanku Kaciak, selaku Ketua panitia haul menyampaikan, kehadiran alumni pada peringatan haul kali ini cukup luar biasa. Ada alumni yang paling tua dan termasuk generasi pertama sejak pesantren ini ada, dan alumni yang lulus pada era 2000. "Ini sebuah kebersamaan yang perlu kita tingkatkan, dalam petemuan-pertemuan selanjutnya, untuk memutuskan berbagai persoalan yang berhubungan dengan kemajuan pesantren yang beliau tinggalkan," kata dia.
    Menurut Pimpinan Rumah Makan Pondok Baselo Lubuk Idai ini, kesepakan untuk membangun kembali gubah yang telah rusak tersebut harus sesuai apa yang diinginkan oleh almarhum dulunya. Inti dari kubah yang akan direhab tersebut tidak terlepas dari kubah yang telah dia dibuat dulunya. Yakni, bagian luar yang diatap. Sementara, yang berpas-pasan dengan kuburan, itu sama sekali tidak boleh diatap, seperti pesan yang pernah dia sampaikan dikala masih hidup dulunya.
    Latiful Khabir bersama panitia dan pimpinan pesantren, ingin bangunan kubah itu bisa diselesaikan dalam waktu dekat. Sebab, dengan kondisi saat ini, para penziarah yang merupakan jamaah dari santrinya sendiri merasa kepanasan. Akibatnya, penziarah melakukan aktivitas ziarahnya di komplek surau yang dia dirikan dulunya.
    Malam itu terkumpul dana sebanyak Rp20 juta lebih plus berupa seng, semen dan batubata yang disumbangkan alumni demikian. Menurut cacatan pesantren itu, para alumninya ada yang jadi PNS, baik di jajaran Kementerian Agama, maupun dilingkungan pemerintah. Ada juga yang terjun didunia bisnis, seperti pengusaha rumah makan, beraktivitas didunia politik dan organisasi kemasyarakatan, yang bergerak pada tatanan masyarakat, dan sebagian besar mengajar dan mengembangkan pesantren.
    Pimpinan pesantren, H. Marzuki Tuanku Nan Basa melihat kegiatan haul merupakan sebuah keharusan dilakukan oleh anak didik yang telah ditinggalkan almarhum. "Kedepan, perlu sebuah catatan sejarah beliau, agar generasi saat ini tidak kehilangan jejak dan langkah yang pernah beliau lakukan. Sebab, ulama sekaliber almarhum sangat jarang ditemukan zaman sekarang. Beliau dikenal ikhlas dalam mengajar. Waktunya dihabiskan dengan mengajar," kata dia.
    "Sepanjang hidupnya, tidak pernah melakukan shalat secara sendirian. Untuk itu pula, kemanapun beliau pergi, selalu membawa seorang santri, untuk dia jadikan sebagai makmum dikala waktu shalat masuk. Ditambah lagi, sepanjang hidupnya tidak pernah memakai kaca mata. Penglihatannya sehat, sejak lahir sampai akhir hayatnya," sebut Marzuki. (damanhuri) (Harian Singgalang, Senin 23 Mei 2011/20 Jumadil Akhir 1432 H)

Menjadikan Potensi Nagari Sebagai Kekuatan Penopang

Balon Walinagari Ali Akbar
Menjadikan Potensi Nagari Sebagai Kekuatan Penopang

Sungai Limau, Singgalang
    H. Ali Akbar, salah seorang bakal calon Walinagari Guguak Kuranji Hilia, Kecamatan Sungai Limau, Padang Pariaman melihat nagarinya punya banyak potensi, terutama pertanian, perkebunan dan perikanan. Namun, pascagempa akhir 2009 lalu, infrastruktur pertanian banyak yang rusak, sehingga masyarakat tidak lagi normal turun kesawah.
    Kepada Singgalang, Minggu (20/11) Sekretaris Asosiasi Beras Tani (ABT) Padang Pariaman ini yakin program gotong royong yang telah dicanangkan Pemkab setiap bulan ini akan mampu merubah maiset masyarakat perkampungan. Apalagi, yang nama gotong royong adalah kebiasaan yang telah lama menjiwai masyarakat sejak dulunya.
    "Masyarakat yang mendiami lima korong yang ada di Guguak Kuranji Hilia, masing-masing, Korong Pasar Paingan, Siguruang, Sarang Alang, Kampuang Pisang dan Korong Bukit Jariang Padang Jambu, adalah masyarakat petani. Mereka menggantungkan hidupnya dari sumber pertanian, dan sebagian hidup dari nelayan," kata dia.
    Dia ingin memberikan yang terbaik pada nagari yang baru saja dimekarkan dari induknya, Kuranji Hilia itu. Baginya, pemilihan walinagari adalah sarana yang harus diikuti. Namun, yang lebih penting dari itu adalah berbuat bersama untuk kemajuan kampung demikian. "Kita ingin, potensi yang ada dinagari ini dikembangkan dengan dinamikanya. Mulai dari potensi niniak mamak yang berhubungan dengan adat istiadat, alim ulama yang bersentuhan dengan ilmu pengetahuan agama ditengah masyarakat, serta potesi lainnya harus dilibatkan dalam membangun nagari kedepannya," ujar Ali Akbar.
    Begitu juga, lanjut Ali Akbar, nilai-nilai adat dan agama yang selama ini berkembang ditengah masyarakat, adalah sebuah kekuatan nagari yang harus terus dikembangkan. Generasi muda yang akhir-akhir ini mulai terjangkiti oleh pengaruh globalisasi, dengan peran nagari mereka harus bisa memilah dan memilih, mana informasi yang bermanfaat, dan mana pula hembusan globalisasi yang mesti dijauhi.
    "Kita tidak ingin, mental generasi muda yang notabene calon pemimpin masa depan ini jadi rusak. Generasi muda harus mampu memberikan kontribusi positif, ikut berperan dalam mewujudkan Guguak Kuranji Hilia yang jauh lebih baik lagi dimasa mendatang. Apalagi, potensi generasi muda yang punya banyak gagasan progresif, harus dikelola dengan baik dan benar," ungkapnya. (525)

Kamis, 17 November 2011

Kongres HIPMI


Bapak Erwin Haksa (Ketum BPP HIPMI)

BALON Wali Nagari Ali Akbar



"Keberhasilan Pembangunan tak dapat Diukur dengan Janji"
Sungai Limau, Singalang (Jum'at 11/11/2011, hal. C-25)

Genderang pemilihan Wali Nagari Guguak Kuranji Hilir, Kecamatan sungai Limau, Padang Pariaman telah ditabuh. Kini, semua Bakal calon sedang diajukan ke Bupati untuk di SK-kan sebagai Calon Wali Nagari yang sah untuk dipilih oleh masyarakat.

H. Ali Akbar, SE.Ak., satu dari empat bakal valon Wali Nagari akan ikut dalam persaingan tersebut. Anak muda yang telah malang melintang di dunia organisasi sosial kemasyarakatan itu bertekad ingin memberikan yang terbaik pada kampung halamannya, Guguak Kuranji Hilir (sebelumnya bernama Korong Paingan).

Baginya, pemilihan walinagari merupakan bagian dari upaya pencerdasan masyarakat, terutama menyangkut soal pilihan. Terbangunnya tata kelola pemerintahan nagari yang baik dan bersih, guna mewujudkan Guguak Kuranji Hilir yang adil, makmur dan sejahtera. Itu sepenggal Visi dan Misinya untuk ikut maju pada momen perdana ini.

Kepada Singgalang, Rabu (9/11) Sekretaris Asosiasi Beras Tani (ABT) Kabupaten Padang Pariaman itu menjelaskan, Keberhasilan pembangunan masyarakat tidak dapat diukur dengan janji atau kata-kata.

Tapi, pada prinsipnya hanya dapat diukur dari apa dan sejauhmana pembangunan itu telah dikerjakan, serta memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat. Singkatnya, pembangunan yang sebenarnya adalah fakta atau kenyataan dari suatu usaha yang telah membuahkan perkembangan, kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.

"Kita merasa terpanggil untuk mengabdikan diri sepenuhnya bagi masyarakat Guguak Kuranji Hilir. Dasar keterpanggilan ini tentunya terletak pada pengalaman tiga tahun belakangan, dimana masyarakat Nagari Guguak Kuranji Hilir telah mempercayakan kebutuhan dan harapannya melalui berbagai karya pembangunan yang telah kita lakukan semaksimal mungkin," kata dia.

Nagari Guguak Kuranji Hilir, kata Ali Akbar, merupakan salah satu dari beberapa korong yang dimekarkan Februari lalu. (dam)