wartawan singgalang

Rabu, 26 Februari 2014

Alek Nagari dan Keberadaan Kafe Remang-remang

Alek Nagari dan Keberadaan Kafe Remang-remang

Padang Pariaman---Bejibun mata memandang pertunjukan kesenian tradisional randai di laga-laga Rawang, Nagari Tapakis. Randai yang akrab di daerah darek, yang kalau di Piaman disebut simarantang, Senin malam kemarin mengangkat kisah Siti Baheram, sebuah cerita yang sangat fenomenal dikalangan pemain randai demikian.
    Disudut lainnya dalam lokasi alek nagari yang digelar sejak beberapa waktu lalu itu, berlangsung juga kesenian lainnya; orgen tunggal. Kalau dibandingkan banyak orang menonton randai dengan orgen tunggal, mungkin sebanding agaknya. Maklum, orgen yang telah mendunia termasuk hiburan yang paling disukai banyak orang. Apalagi penyanyinya berpenampilan hot pula.
    Lalu, dibagian lain ada pula kafe remang-remang. Sebuah pondok yang lampunya rada-rada redup. Kafe menyediakan segala macam jenis minuman keras, dan sejumlah perempuan rancak-rancak, berpakaian tidak sopan. Layaknya perempuan di diskotiklah. Dalam alek nagari di Rawang, Kecamatan Ulakan Tapakis, Padang Pariaman itu diperkirakan tidak kurang dari 15 unit kafe yang beroperasi.
    Malam itu Singgalang sengaja kesana diajak Yuni Helmi, calon anggota DPRD Padang Pariaman dari PPP di Dapil IV. Disana bersua Asmadi dan Abuzar Yahya, mantan anggota dewan, yang saat ini kembali mencalonkan diri dari Golkar dan PKPI di Dapil III Padang Pariaman.
    Sepertinya, kata Oyong, panggilan akrab Yuni Helmi yang mantan Walinagari Ketaping, Kecamatan Batang Anai itu, keberadaan kafe-kafe ini dilegalkan panitia. Kabarnya, setiap kafe membayar Rp2,5 juta sampai alek nagari usai.
    Yang namanya alek nagari, masyarakat entah dari mana-mana berdatangan. Terutama anak muda-mudi. Tentu kafe demikian banyak ditempati oleh anak muda, yang memang suka dengan minuman pakai alkohol, sambil bernyanyi ditemani 'perempuan nakal'. Namun, bagi orangtua yang membawa anaknya ke tempat itu, yang paling menarik tentu main anak-anak. Bagaimana anaknya senang, berapa pun bayarannya akan dilakukan oleh sang ibu.
    Dua tahun belakangan, setiap alek nagari di berbagai nagari, selalu kafe demikian yang jadi penomena. Selama ini, kesannya tidak ada larangan, baik dari panitia, maupun dari Pemkab Padang Pariaman itu sendiri. Terkesan, alek nagari bukan lagi untuk memasyarakatkan kesenian urang awak. Tetapi, membuka lebar pintu maksiat. (damanhuri)

Senin, 24 Februari 2014

Ali Mukhni Bersilancar Ditengah Cimeehan Banyak Orang

Ali Mukhni Bersilancar Ditengah Cimeehan Banyak Orang

Padang Pariaman--Kabupaten Padang Pariaman terus menggeliat. Di berbagai tempat dalam daerah itu, tampak pembangunan sedang dikebut. Pembangunan proyek nasional sepertinya mendapat tempat di daerah yang paling parah terkena amukan gempa 2009 tersebut. Tentunya hal itu tidak terlepas dari kegigihan seorang Ali Mukhni, dalam melakukan kebijakannya sebagai Bupati Padang Pariaman. Sampai-sampai tokoh nasioanal yang juga urang awak, Azwar Anas mengatan Padang Pariaman beruntung punya Bupati Ali Mukhni. Namun, pengakuan Bupati Ali Mukhni sendiri, ditengah gencarnya pembangunan demikian, malah dia sering dapat ocehan dan cemoohan.     "Lah bakotbah pulo wee. Amuahnya dibawa orang itu melihat orang yang sedang bekerja membuat jembatan ini. Ko apo diang ko, ndak mambangun namoe ko. Kita tak butuh berkata banyak. Lihat saja buktinya," kata dia suatu ketika menirukan apa yang dialaminya akhir-akhir ini. Memang dasar daerah Piaman, paling terkenal dengan budaya cimeeh. Bagi Ali Mukhni, tentunya hal itu dijadikannya sebagai pemicu semangat dia untuk terus berbuat ditengah masyarakatnya.
    Yang jelas, kerja ini bagian dari ibadah, kata Ali Mukhni. Sepertinya, Ali Mukhni telah belajar banyak dari sejumlah pimpinan yang sukses dulunya. Apapun kebijakan yang dilakukannya, tentu ada yang pro dan kontra. Dan itu pula agaknya risiko yang harus ditanggung oleh seorang pemimpin. Berbagai pengaduan masyarakat Padang Pariaman selalu diresponnya.
    Ali Mukhni tak ingin rakyatnya susah. Untuk itu, selagi dia tahu, kalau ada orang miskin yang merasa susah untuk berobat menjadi perhatian tersendiri olehnya. Apalagi kesusahan yang melibatkan banyak orang, seperti yang dialami masyarakat Nagari Sungai Sariak dan Balah Aie, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak dua bulan terakhir, tentang jebolnya Irigasi Ujuang Gunuang.
    Mendengar keluhan demikian, dia tidak menunggu pencairan pitih APBD atau APBD Perubahan tokok palu. Spontan uang pribadinya digelontorkan kesitu. "Yang penting, kesulitan masyarakat harus ditolong. Dan itu ibadah," kata dia dengan ikhlasnya. Ali Mukhni membiarkan saja yang dikatakan oleh segelintir orang-orang yang tak tahu banyak dengan persoalan pembangunan yang sedang dilakukannya.
    Sebagai kepala daerah yang pernah jadi wakil bupati satu periode bersama Muslim Kasim dulunya, Ali Mukhni terus berjalan. Sepertinya, dia tipe pemimpin yang tidak mengenal lelah. Dalam sehari saja hampir 10 kali bertemu dengan masyarakat banyak. Tidak sekedar bertemu. Banyak masukan, dan keluhan warga yang dijadikan evaluasi dalam melakukan berbagai terobosan berikutnya.
    "Dari lubuk hati yang paling dalam, ambo mohon dimaafkan karena terlambat datang. Ini terjadi, karena banyak tamu yang mesti dilayani pula," kata dia beralasan, sebelum memberikan sambutan. Banyak pemimpin yang kita lihat, tidak pernah menyampaikan ucapan maaf demikian. Namun, bagi Ali Mukhni, susahnya orang menunggu dia menjadi buah pikiran bagi dirinya, sehingga ketika masyarakat ingin berang, terpaksa harus mengurungkan niatnya untuk berang, melihat kejernihan dan ketulusan hati Ali Mukhni meminta maaf.
    Dukungan kembali mengalir
    Tahun ini adalah tahun politik. Pesta demokrasi hanya menunggu harinya saja lagi. Seiring dengan itu, eforia pesta demokrasi pemilihan kepala daerah 2015 juga mulai berembus. Ali Mungki yang saat ini berpasangan dengan Damsuar Datuak Bandaro Putiah, belum ada jaminan untuk bersama kembali pada periode berikutnya. Dari banyak lawatan yang dilakukan Bupati Ali Mukhni ditengah masyarakat, hampir semua masyarakat bersepakat meminta bupati yang berasal dari guru itu untuk bisa kembali maju memimpin Padang Pariaman.
    Baik dukungan itu disampaikan secara lisan, dan adapula dukungan yang disampaikan secara tertulis. Dengan gamblang, Ali Mukhni merasa terharu terhadap dukungan demikian. Dan dukungan itu sepertinya, bagaikan air mengalir saja. Hampir setiap momen yang dilakukan masyarakat, harus menghadirkan Bupati Ali Mukhni. Masyarakat tak ingin, acaranya diwakilkan kepada wakil bupati, atau pejabat lainnya.
    "Menjadi bupati itu memang tidak mudah. Bagaikan tong sampah saja. Semua hal masuk, dan itu harus diterima dengan segala dinamikanya. Apalagi saat ini, tak lulus dia jadi PNS mengadu juga ke bupati. Kita berbuat, tentu sesuai aturan yang berlaku," kata Ali Mukhni. (damanhuri)

Kamis, 20 Februari 2014

Belum Juga Diangkat Jadi PNS Junaydi Pagari Halaman Sekolah Dengan Balok

Belum Juga Diangkat Jadi PNS
Junaydi Pagari Halaman Sekolah Dengan Balok

Lubuak Pandan--Junaydi Delvia Risa memasang balok besar di pintu gerbang halaman SDN 08 Kecamatan 2x11 Enam Lingkung. Akibatnya, sejak Senin lalu motor atau mobil guru yang mengajar di sekolah yang terletak di Korong Padang Bukit, Nagari Lubuak Pandan itu tak lagi bisa masuk halaman sekolah.     Namun, proses belajar mengajar kabarnya masih tetap jalan di SD yang dibangun kembali NGO dari Jepang pascagempa 2009 tersebut. Junaydi memasang pagar itu punya alasan tersendiri. Dia penjaga sekolah, karena sekolah itu terletak ditanah pusakonya. Dulu, mamaknya; Rauf Alm yang menjaga sekolah itu, sempat jadi pns. Tiba giliran dia yang menjaga sejak 1994 hingga saat ini tak bisa jadi PNS.
    Junaydi tercatat sebagai pegawai honor yang masuk Kategori II yang tak lulus PNS kemarin. Dia mengaku pernah dijanjikan oleh Wabup Padang Pariaman Damsuar Datuak Bandaro Putiah pada 2011 lalu untuk jadi PNS. Itu kata dia saat didatangi ke sokolah itu, Rabu kemarin. "Coba bayangkan, hanya dengan honor Rp300 ribu sebulan, lah baduo pulo anak ambo, tantu ndak mungkin coiko taruih doh," cerita dia.
    Junaydi tak tahu, kalau penjaga sekolah saat ini dengan penjaga sekolah zaman saisuk tak bisa lagi disamakan untuk jadi PNSs. Dulu memang agak sedikit mudah bagi seorang pemilik tanah bangunan sekolah untuk diangkat jadi PNS. Sekarang aturan berubah. Harus ikut tes CPNS. Bisa lulus, dan bisa pula tak lulus. Tergantung nasib dan garis tangan.     Bagi dia, apa yang dijanjikan Wabup Damsuar agaknya harus jadi kenyataan. Tak tahu persis janji macam apa yang diucapkan Wabup demikian. Junaydi mengaku, menjelang kepastian dari Pemkab Padang Pariaman tentang PNS itu, dia tidak akan melepaskan pagar halaman sekolah tersebut. "Rencana ambo sekeluarga akan mendatangi Bapak Bupati Ali Mukhni, meminta pertanggungjawaban soal PNS," katanya.
    Sepertinya titel PNS punya nomor NIP bagi Junaydi tak boleh tidak adanya. Apapun caranya, dia harus jadi PNS. Ungkapan banyak orang; PNS di Indonesia hanya berpikir dari bulan ke bulan, yang kalau PNS di America berpikir bagaimana sampai ke bulan, tak mempan menyurutkan hasratnya untuk tidak jadi pegawai.
    "Yang jelas, tanah sekolah yang didirikan pada 1976 ini punya nenek moyang ambo. Ada surat perjanjiannya, tatkala sekolah ini dibangun dulu, dan akan dibangun kembali oleh NGO internasional kalau ambo jadi pegawai. Wabup Damsuar menjajikan dihadapan banyak orang. Mana janjinya. Kalau tak juga dapat PNS, jangan harap pagar ini dibuka kembali begitu saja," kata dia mengancam. (damanhuri)

Terima Kasih Masyarakat Pada Ali Mukhni Irigasi Ujuang Gunuang yang Jebol Kembali Mengalirkan Air

Terima Kasih Masyarakat Pada Ali Mukhni
Irigasi Ujuang Gunuang yang Jebol Kembali Mengalirkan Air

VII Koto--Siang Rabu kemarin masyarakat Nagari Sungai Sariak dan Balah Aie bagaikan mimpi saja, melihat air Irigasi Ujuang Gunuang kembali mengalir. Kenapa tidak? Sudah dua bulan lamanya masyarakat disitu pada kekeringan. Ribuan hektare sawah terancam tak lagi bisa digarap. Sumur warga pun semakin jauh airnya, bahkan sudah ada yang kering. Banyak warga yang menjujung kain cucian pakai karung ke Sungai Batang Mangoi, untuk dicuci dan sekalian mandi, seperti zaman saisuk.
    Masyarakat hampir panik. Senin malam, Walinagari Balah Aie Indra, Walinagari Sungai Sariak Syamsuar Ambo, Ketua Bamus dan LPM Sungai Sariak Zahirman dan Hendri Gusdira bersama masyarakat mengadu ke rumah Bupati Padang Pariaman Ali Mukhni, tentang parasaian masyarakat VII Koto yang krisis air.
    Bupati Ali Mukhni merasa terenyuh. Spontan, uang pribadinya diberikan untuk menanggulangi jebolnyaa irigasi demikian. Uang Rp5 juta itu langsung dibelikan batu grit untuk mengatasi jebol yang berkali-kali terjadi. Selasa sore air langsung masuk ke saluran irigasi dari Sungai Batang Sani. "Terima kasih banyak Pak Ali Mukhni. Bantuan spontan yang diberikannya sangat besar sekali artinya," kata kedua walinagari dan Ketua Bamus Zahirman.
    Untuk kedua nagari itu ada sekitar 1.500 hektare sawah yang butuh air dari irigasi demikian. Belum lagi usaha kolam ikan warga. Yang tak kalah penting dari itu, ya sumur masyarakat. Saat irigasi jebol, resapan air juga kurang dan menurun, sehingga sumurpun kering. Bagi masyarakat Balah Aie dan Sungai Sariak itulah sumber kemasukan air ke sawah satu-satunya sejak dulunya.     Masrizal, anggota dewan Padang Pariaman dari PPP yang kini jadi calon anggota DPRD Sumbar ikut andil dalam masalah itu. Seperti berita Singgalang, Jumat lalu soal parasaian masyarakat disitu yang kekeringan. Masrizal diikutkan dalam Musrenbang Nagari Sungai Sariak, yang fokus membahas soal jebolnya irigasi tersebut.
    Begitu juga Ketua LPM Sungai Sariak Hendri Gusfir yang saat ini calon anggota dewan Padang Pariaman dari Golkar. Ali Mukhni bersama Kepala Dinas PU Zainir Kota, Kabag Humas Hendra Aswara, ketika melihat langsung irigasi tersebut, Rabu kemarin menyebutkan, menolong orang kesusahan, apalagi masyarakat banyak adalah ibadah yang bernilai pahala disisi Tuhan.
    Zahirman yang pernah jadi Kabag Humas Pemkab, kini menjabat Sekretaris DKP Padang Pariaman pun merakan sesuatu yang sangat luar biasa dari induk semangnya, Bupati Ali Mukhni. "Baru kali ini saya langsung mengambil uang tabungan pribadi Pak Bupati Ali Mukhni untuk kepentingan masyarakat yang sangat membutuhkan pertolongan pula.     Syamsuar Ambo, Walinagari Sungai Sariak menambahkan, saat air pertama mengalir, bejibun sampah yang dihanyutkan Irigasi Ujuang Gunuang ke kampung bagian bawahnya. "Kami goro membersihkannya. Untuk mengantisipasi jebol ini kita juga goro awalnya. Tapi yang dikerjakan sangat berat, maka sangat tidak memungkinkan selesai dengan baik dan cepat. Masyarakat sudah cukup lama menunggu air. Apalagi sekarang musim kemarau pula," kata dia.
    Melihat derasnya air yang masuk ke jalur irigasi, dan alat berat masih bekerja meluruskan jalur sungai, tampak Bupati Ali Mukhni senang dan puas. Bagi dia, bagaimana mengatasi kesulitan yang dirasakan masyarakat dengan cepat. Dia berharap, air yang mengalir itu mendatangkan nikmat Tuhan, yang tentunya mampu membangkitkan kembali ekonomi masyarakat VII Koto Sungai Sariak secara keseluruhan. (damanhuri)

Sabtu, 15 Februari 2014

Inmemoriam Abak Ali Ibrahim Menanamkan Nilai-nilai Agama ke Anak Sejak Usia Dini

Inmemoriam Abak Ali Ibrahim
Menanamkan Nilai-nilai Agama ke Anak Sejak Usia Dini

    Senin, sekitar pukul setengah lima sore aku dapat telp dari Edi. Dia mengabarkan, bahwa Abak telah meninggal dunia. Senin itu tanggal 3 Februari 2014, aku tengah bersama Bagindo Rosman di Ketaping mengurus masayarakat yang belum kebagian hak ganti rugi tanah dari pemerintah, yang tanahnya terkena imbas normalisasi Sungai Batang Anai, yang merupakan proyek Sumbar.     Selesai dari rumah Rosman, aku langsung pulang, mandi dan langsung pula ke kampung. Aku Shalat Magrib di rumah Uniang tempat Abak menghembuskan nafas terakhirnya. Aku lihat wajah Abak, air mataku tak terbendung lagi. Aku shalat Magrib, setelah itu aku sebarkan sms ke jejaring yang aku punya.
    Ada yang membalas balik, dan ada yang lupa membalas. Tapi itu tak soal. Sejak tiga bulan jelang Abak meninggal, perasaan aku selalu menerawang. Acap punya pikiran kalau Abak sudah meninggal dunia. Ada pula bayangan memberikan sambutan dihadapan jenazah Abak, yang melintas dalam angan-angan aku. Saat larut dalam bayangan itu, aku cepat menghilangkannya, karena Abak memang belum meninggal dunia.
    Dia sakit keras, dan sering marah-marah. Inyiak Danan bilang, bawaan orang berang itu tanda ajalnya semakin dekat, itu kata Inyiak Danan saat aku menikahkan adikku Fitri dengan Sudirman, seminggu jelang Abak meninggal. Sewaktu Abak sakit aku sering dipanggilnya. Maklum, aku anaknya yang paling tua. Berkali-kali aku ditelpnya, bahkan nyaris tiap sebentar. Dia berhenti nelp aku, saat hp-nya hilang diambil orang.
    Abak sempat dirawat di RSUD Pariaman, tapi sebentar. Karena gelisah terus, diangkut pulang. Habis dirawat, dia sempat sembuh, dan ingin ke Ulakan untuk shalat berjamaah 40 hari, atau sembahyang 40 yang lazim bagi orang kampung di Piaman. Dia minta aku yang mengantarkan dia ke Ulakan. Aku ragu, dan ndak mungkin membiarkannya sendiri di Ulakan.
    Nanti apa pula kata orang kampung. Akhirnya dia pergi juga ke Surau Koto Runciang. Abak merasa tak betah di rumah anaknya di Ambung Kapur. Dengan itu pula Amak tiap hari ke surau itu, sambil juga berladang di sawah sekitar surau itu. Saat meninggal, kata Apak Anan, umur Abak baru 68 tahun.
    Abak tamatan persiapan IAIN Batusangkar. Dia punya anak 10 orang, meninggal satu orang saat bayi. Aku anaknya yang paling tua. Abak punya seorang kakak, Uniang Namek namanya. Lalu ada adiknya yang lain ibu; Mahyuddin, Amiruddin, Rasyiddin dan Fatimah. Ayahnya abak Labai Sirin, adalah orang terkenal di Ambung Kapur. Dia Labai Surau Taluak, kepunyaan Suku Mandailing. Suku ini paling besar di Ambung Kapur. Ibunya Joari. Kami memanggilnya uwai. Karena aku cucu tertua di rumah orang, Ayah Uwo Labai Sirin dan Uwai Joari sangat sayang ke aku.
    Abak dikuburkan dekat makam ibunya, Uwai Joari. Sedangkannya ayahnya Labai Sirin di makamkan di Ambung Kapur. Saat Ayah Tuo meninggal dunia, aku masih kecil dan belum sekolah. Dia berprofesi sebagai tukang rumah, sama juga dengan kerja Abak. "Den agiah waang pitih limo hatuih, kawani den ka surau," itu kata Ayah Tuo Labai Sirin manakala aku agak enggan mengawaninya ke Surau Taluak.
    Dialah yang mula-mula menanamkan ke aku rasa senang tinggal di surau, yang akhirnya aku jadi santri. Abak pernah cerita, Namaku Ahmad Damanhuri itu diambilkannya dari seorang temannya yang bernama itu. Orangnya hebat saat sekolah di persiapan IAIN Batungsangkar. Kalau baranak nanti akan ku beri namanya Ahmad Damanhuri, itu cerita Abak ke aku. Akhirnya, aku lahir sebagai anak pertama oleh abak, laki-laki pula langsung diberi nama Ahmad Damanhuri.
    Nama itu masih aku pakai sampai kapanpun. Setahu aku, disamping jadi Labai di Surau Koto Runciang, Abak juga seorang tukang bangunan rumah. Profesi tukang didapatkannya di ayahnya sendiri, Labai Sirin. Abak merasa, kerja tukang sangatlah berat. Abak pernah berkali-kali jatuh dari atap rumah orang saat bekerja. Kawan bekerja tukangnya saat aku masih belum sekolah; Jakfar, Pak Ambek, Mak Konek dan Mak Kunik yang juga kemenakan oleh Labai Sirin. Aku pernah dibawa abak ke Pekanbaru. Waktu itu masih menempuh lobang kalam. Jalan-jalan ke Bukittinggi dengan kawan Abak yang se profesi tukang dengannya.
    Mashur dikalangan tukang, kalau rumah orang lain banyak yang selesai dan rancak oleh kerjanya, tapi rumahnya sendiri susah untuk disudahkan. Dan itu terbukti pada rumah orangtua aku sendiri yang sangat susah untuk diselesaikan. Mungkin Abak karena sibuk kerja di rumah orang lain, dan mungkin juga pitih Abak tak begitu banyak untuk membuat sebuah rumah yang permanen. Rumah kami dimulai dengan julo-julo tukang Abak bersama kawannya, yang daya tahannya pun tak begitu kuat. Namun demikian, itulah nikmat Tuhan yang harus kami syukuri bersama.     Dari kecil aku diajar oleh Abak ke surau. Masa kecilku dihabiskan di Surau Koto Runciang dan Surau Taluak sama Ayah Tuo Labai Sirin. Dengan ini pula, setamat SD aku diantar Abak ke pesantren Darul 'Ulum Padang Magek, Tanah Datar. Waktu bujangan, Abak juga mengaji di surau, dan berakhir dengan sekolah persiapan IAIN. Aku sangat merasakan kasih sayang sebagai anak pertama dari Abak.

Ketemu Calon Pengganti, Presiden SBY Tertegun

Ketemu Calon Pengganti, Presiden SBY Tertegun

Bengkulu---Terima kasih, kata Presiden SBY saat menyalami banyak orang di tepi Pantai Panjang Bengkulu, Minggu (9/2) lalu. Ketua Umum DPP Partai Demokrat itu baru saja melakukan penanaman pohon, setelah pidato peringatan HPN 2014 di Benteng Malrborouhg. Lalu Zakirman Tanjung usai bersalaman sama SBY langsung mengabarkan ke orang nomor satu di republik itu, bahwa dia akan mencalonkan diri jadi Capres.
    "Saya akan maju dalam Pilpres tahun ini, Pak SBY," kata Zakirman Tanjung. SBY pun tertegun melihat tampang seorang Zakirman Tanjung, wartawan dari Piaman yang terlalu berani menonjolkan dirinya. SBY mengangguk-ngangguk dan senyum saja. Memang, Pilpres besok ini SBY tak akan ikut lagi, karena sudah dua periode jadi Presiden di republik ini.
    Kini memang bermunculan para pengganti SBY. Namun, belum satupun yg oke. Zaman sekarang juga tidak ada yang tidak mungkin. Semua kemungkinan bisa saja terjadi. Siapa tahu, ucapan Zakirman Tanjung bisa jadi kenyataan. Jadi Presidenlah dia. Tak begitu lama SBY tertegun, pasukan Paspamres terus menuntun dia untuk naik ke mobil bersama putranya, Edi Baskoro alias Ibas.
    Kami rombongan wartawan Piaman pun juga bubar dari lokasi demikian. Saat akan keluar, ketemu Margiono, Ketua Umum PWI Pusat. Kami berfoto bersama dan sebentar dialog soal PWI. Kata dia, nanti PWI Cabang tidak lagi ditingkat provinsi, melainkan untuk kabupaten dan kota. Sementara PWI provinsi naik namanya sebagai PWI wilayah, sama yang dibuat oleh ormas dan partai politik.
    Rombongan PWI Piaman yang dipimpin Ketua PWI Ikhlas Bakri, juga mengikutkan Humas Kota Pariaman Hendri Caniago, dan Humas Pemkab Padang Pariaman Heri Sugianto. Salah seorang rekan memperkenalkan Ikhlas Bakri ke Margiono, bahwa yang bersangkutan Ketua PWI di Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman. Margiono senang, melihat PWI Piaman ini selalu kompak dan bersatu, untuk datang ke HPN di Bengkulu.
    Menteri tak diacuhkan
    Sama halnya melihat kunjungan bupati ke sebuah perkampungan. Banyak pejabat yang mengekor, tak begitu diacuhkan oleh banyak orang. Begitu pula, saat Presiden SBY melakukan penananman pohon di Pantai Panjang Bengkulu. Banyak Menteri yang ikut. Diantaranya Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, Menkominfo Tifatul Sembiring, Mendiknas Muhammad Nuh, dan Menteri lainnya. Namun, banyak orang yang memadati pantai itu, tak begitu tertarik dengan anak buah SBY tersebut.
    Malah dalam waktu sekecap itu, lebih banyak Ketua PWI Pusat Margino yang dikerumuni banyak orang. Tentunya hal demikian, tidak terlepas dari pengaruh yang dimainkan Margiono selaku lokomotif PWI, organisasi wartawan yang paling tua di republik ini. (damanhuri)

Bupati Ali Mukhni Sangat Dikenal di Bengkulu

Bupati Ali Mukhni Sangat Dikenal di Bengkulu

Bengkulu---Pak Ali mana. Ndak ikut dia kesini. Itu pertanyaan dari seseorang, ketika mobil Avanza BA 1525 F meluncur ke Pasar Minggu, Bengkulu, Minggu pagi lalu, sebelum ke Benteng Marlborough, tempat puncak HPN 2014 digelar. Rombongan wartawan yang dipimpin Ketua Ikhlas Bakri menyangka yang ditanyakan orang itu Ali Muzakar, yang saat ini jadi Kasubag Pemberitaan di Bagian Humas Padang Pariaman. Rupanya, yang ditanyakan orang itu adalah Pak Ali Mukhni, yang saat ini jadi Bupati Padang Pariaman.
    Karena pergi mencari sarapan pagi, agak sedikit terburu-buru, Ikhlas Bakri, Bagian Humas Kota Pariaman Hendri, Humas Pemkab Padang Pariaman Heri Sugianto sama-sama lupa menanyakan nama orang itu, dan dari mana dia berasal. Orangnya kecil, tapi sudah agak senior juga. Dia pakai baju kaos bermerek Porbi Bengkulu. Pagi itu, dari arah Pasar Minggu dia membawa dua ekor binatang untuk berburu. Kesannya, dia sangat akrap sekali dengan Bupati Ali Mukhni.
    Memang, daerah Bengkulu bagi Ali Mukhni sudah tidak asing lagi. Kabarnya, bupati yang dipilih pada 2010 ini lama tinggal di Bumi Raflesia tersebut. Bahkan, di daerah itulah dia meniti karir PNS guru olahraga pertama kalinya. Dan hampir semua pengurus PKDP daerah itu kenal baik dan dekat dengan Ali Mukhni. Dan setiap kali ada momen tertentu di Bengkulu, jarang sekali tak diikuti Ali Mukhni.
    Sebenarnya, beberapa hari menjelang keberangkatan ke Bengkulu, Ketua PWI Piaman Ikhals Bakri menawarkan ke Bupati Ali Mukhni untuk ikut bersama. Sebab, dalam acara nasional yang diadakan setiap tanggal 9 Februari itu selalu diikuti pula oleh banyak kepala daerah, Menteri dan orang-orang penting lainnya. Namun, lantaran kesibukan Ali Mukhni yang pernah dapat PWI Award saat HPN tingkat Sumatera Barat di Pasaman Barat setahun yang lalu itu luar biasa padatnya, dia pun tak bisa ikut bersama rekan wartawan.
    Bagi Ali Mukhni, wartawan adalah mitra kerja yang sangat dibutuhkan. Dalam menjalankan amanat masyarakat, dia butuh masukan dan kritikan yang membangun dari rekan wartawan yang setiap saat bergelut dengan dunia informasi. Dari kalangan urang awak yang ada di Bengkulu, diperoleh informasi, bahwa kinerja Ali Mukhni selama menjadi Wakil Bupati lima tahun, dan bupati tiga tahun lebih sangat bagus, dan patut dilanjutkan untuk periode berikutnya.
    Yang namanya Pasar Minggu, kebetulan saat itu hari Minggu pula, tampak pasar itu sudah ramai dari pagi. Para pegadang berjubel menjajakan dagangannya. Rombongan wartawan terus berjalan, mencari warung yang agak santai. Ketemulah warung urang awak Piaman, yang terkenal pintar membuat teh telor.
    Pemilik warung mengabarkan, kalau urang awak paling sering minum pagi ditempatnya. Dia menyediakan makanan katupek gulai paku pakai sala lauak. Pical ada pula. Pokoknya untuk sarapan pagi lengkap deh. Orang itu sudah lama merantau mengadu nasib di Bengkulu. Dan hampir, semua urang awak yang sukses disitu kenal dengan dia. (damanhuri)

Rabu, 12 Februari 2014

Fatimah, Urang Awak yang Sukses Jadi Saudagar Sayur di Curup

Fatimah, Urang Awak yang Sukses Jadi Saudagar Sayur di Curup

Bengkulu---Siang Sabtu lalu itu rombongan wartawan Piaman yang ikut acara HPN 2014 di Bengkulu, sampai di Curup. Kampung yang terletak dilereng pegunungan itu masuk Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Banyak lahan pertanian yang subur, agaknya menjadi sumber ekonomi masyarakatnya.
    Rombongan yang dipimpin Ketua PWI Piaman Ikhlas Bakri, dan mengikutsertakan Bagian Humas Kota Pariaman Hendri, Bagian Humas Pemkab Padang Pariaman Heri Sugianto ini dapat sambutan luas dari Fatimah, urang awak yang jadi saudagar sayur di Curup tersebut. Fatimah merupakan warga Padang Sago yang telah puluhan tahun tinggal di Curup bersama keluarganya.
    Dia juga adik oleh Amiruddin, wartawan dan pengurus PWI Cabang Sumbar yang satu rombongan dengan PWI Piaman ke Bengkulu. Menurut dia, sayuran seperti lobak, bawang perai, dan lainnya itu hanya singgah saja di gudangnya. Dia langsung membeli ke petani, dan dijual ke luar daerah. Paling banyak diangkut ke Jambi. Siang itu tiga orang anak buahnya sibuk membersihkan sayur yang baru datang dari ladang. Sayur diikat dengan rancak, sehingga membuat dagangannya bagus dan indah dipandang mata.
    Ke kampung, daerah Piaman sayur itu ada pula di pasarkannya. Curup memang terkenal dengan daerah pertanian. Sama halnya dengan Tanah Datar yang kaya akan sayur dan tanaman lainnya. Disamping itu, Fatimah bersama keluarganya juga buka usaha rumah makan. Doa Mande nama warung nasinya.
    Sekarang, ibu dengan empat orang putra-putri ini sudah punya aset ratusan juta. Rombongan wartawan yang datang menjelang shalat Zuhur itu dijamunya dengan makan siang. Mungkin, dia termasuk perantau urang awak yang sukses di Curup. Bagi dia kedatangan rombongan tersebut, adalah sebuah kehormatan, dan dia berharap perjalanan yang akan ditempuh sampai rombongan ke Bengkulu, dan pulangnya nanti selamat hendaknya.
    Dulu, Fatimah sering pulang kampung. Namun, sejak semua anaknya sudah di situ, sangat jarang pulang kampung. Yang jelas, baginya kampung halaman tempat dia dilahirkan, merupakan sumber inspirasi yang sangat tinggi. Dari kampung Padang Sago itulah dia mulai hidup, dan akhirnya melanjutkan ke Curup. (damanhuri)

PKDP Provinsi Bengkulu Punya 20 Ribu Anggota

PKDP Provinsi Bengkulu Punya 20 Ribu Anggota

Bengkulu---Warga Piaman di Provinsi Bengkulu cukup banyak. Anggota DPW PKDP daerah itu mencapai 20 ribu jiwa, atau sekitar 7.000 keluarga. Sekitar 50 persen diantaranya berdomisili di Kota Bengkulu. Tak heran, banyak ditemukan warung kopi tempat kebiasaan urang awak nongkrong, membahas segala persoalan.
    Sabtu malam lalu, sejumlah wartawan Piaman yang ikut memeriahkan Hari Pers Nasional (HPN) 2014 di Kota Bumi Raflesia itu berkesempatan melakukan pertemuan dengan pengurus dan anggota PKDP Bengkulu, di salah satu palanta lapau. Rombongan wartawan juga mengikutkan Humas Kota Pariaman Hendri dan Humas Padang Pariaman Heri Sugianto.
    Pertemuan yang juga berlanjut dengan selingan main domino itu, membuat antara perantau dan rekan wartawan tentunya semakin akrap saja. Menurut Suardi, pengurus PKDP Bengkulu, yang bergabung dengan paguyuban dengan tidak saja yang asli dari Piaman. Namun, ada pula dari daerah lainnya.
    Suardi bersama Ahmad Irfan yang juga dosen IAIN Bengkulu dan Sekretaris DPW PKDP Masrikun Radjab (Kabid Litbang Bappeda Kabupaten Seluma) menjelaskan, bahwa urang awak punya kekuatan yang sangat luar biasa sekali. Acara pengajian hampir tiap pekan dilakukan. Apalagi, hingga saat ini organisasi itu sudah punya empat unit surau, yang tidak sekedar tempat beribadah. Melainkan juga tempat pendidikan anak-anak untuk mendalami agama.
    Tak hanya petinggi PKDP. Tokoh rantau dari Kota Padang pun ikut bergabung. Antara lain Mayor Inf Saldifah (Pasi Intel Korem 041 Garuda Mas, Bengkulu). Paguyuban ini selalu aktif melaksanakan pertemuan hingga ke tingkat kelurahan dan sektor. Tidak hanya pertemuan bulanan, tetapi bisa setiap hari jika dibutuhkan.
    Menurutnya, kegiatan-kegiatan sosial perantau asal Piaman di Bengkulu sudah di-setting sedemikian rupa. Untuk pengajian rutin dilaksanakan oleh pengurus PKDP masing-masing kecamatan. Urusan pesta atau baralek pernikahan, kematian dan aktivitas kekeluargaan lainnya ditangani PKDP kabupaten/kota.
    "Sedangkan urusan dengan pemerintahan dan pendidikan warga paguyuban merupakan tanggungjawab PKDP provinsi," papar Suardi yang merupakan tenaga ahli fungsional Lembaga Penjaminan Mutui Pendidikan (LPMP) Bengkulu. Suardi saat ini kandidat doktor UPI Bandung. (damanhuri)

Kamis, 06 Februari 2014

Pemkab Jamin Pengobatan Mardiana
Setelah Tujuh Tahun Diserang Kanker Payudara

Sungai Asam---Mardiana tak kuasa menahan haru. Kesedihan bercampur gembira menyelinap di wajahnya. Ibu rumah tangga dari keluarga miskin yang telah lama mengidap penyakit kanker payudara ini merasa diperhatikan yang amat sangat. Bagaikan mimpi saja, Rabu lalu dia didatangi Bupati Padang Pariaman Ali Mukhni.
    Kedatangan Bupati Ali Mukhni cukup mengaggetkan seisi rumah dan warga Sungai Asam, tempat Mardiana tinggal. Mereka tak menyangka bahwa yang datang tersebut, adalah orang nomor satu di Padang Pariaman. Mardiana yang telah tujuh tahun mengidap penyakit kanker tak kuasa menahan tangis ketika Bupati Ali Mukhni mendatangi dan menyapa, serta memberikan pertolongan yang sangat luar biasa.
    "Terima kasih ya Allah. Kami ndak manyangko Apak katibo ka rumah," isak tangis Mardiana, sambil memegang tangannya yang membengkak akibat sakik kanker payudara tersebut.
    Selama ini Mardiana telah berjuang untuk sembuh dari sakitnya dengan berbagai macam pengobatan. Namun, karena terbatasnya biaya, penyakit yang dideritanya belum juga sembuh. "Ambo lah pasrah sajo jo panyakik ko Pak. Karano ndak punya biaya untuk barubek lai doh Pak," ucap Mardiana terbata-bata.
    Rasa syukur diucapkan Mardiana, ketika Bupati Ali Mukhni mengatakan bahwa pemerintah daerah menanggung segala biaya berobat hingga sembuh nantinya. Mulai berangkat dari rumah sampai pulang dari rumah sakir.
    Tim medis yang ikut bersama Bupati Ali Mukhni segera memeriksa kondisi kesehatan Mardiana, dan menyiapkan satu unit ambulan untuk dirujuk ke Rumah sakit M. Djamil di Padang.
    Bupati Ali Mukhni menjelaskan kedatangannya ke rumah Mardiana atas laporan masyarakat, ketika usai melantik Walinagari Lubuak Pandan. Turut pula bersama dia, Wakil Ketua DPRD Sumbar H. Leonardy Harmainy.
    Bupati Ali Mukhni mengungkapkan, segala biaya yang ditimbulkan untuk pengobatan Mardiana sepenuhnya ditanggung BAZ dan BPJS, yang sama halnya ketika merujuk pasien kanker payudara di Bukik Caliak, Kampuang Dalam beberapa waktu lalu.
    Wakil Ketua DPRD Sumbar Leonardy Harmainy memberikan apreasiasi kepada Bupati Ali Mukhni, yang bertindak cepat tanpa rekayasa dalam merespon laporan masyarakat. Pada kesempatan tersebut Leonardy juga membantu biaya tambahan untuk keluarga Mardiana. "Kami semua mendoakan kesembuhan Mardiana. Semoga Allah SWT memberikan kemudahan selama menjalani pengobatan," kata Leonardy. (damanhuri)

Cap Panah Merek Tembok Pertama Buatan Sutan Godok

Cap Panah Merek Tembok Pertama Buatan Sutan Godok

Pariaman---Batubata juga disebut tembok. Material untuk membuat rumah dan bangunan lain itu banyak ditemukan di Padang Pariaman dan Kota Pariaman. Bahkan, untuk dua daerah itu ada kampung yang bernama Tembok. Yakni, Tembok di Desa Toboh Palabah, Kota Pariaman, dan Korong Tembok di Nagari Sintuak, Kecamatan Sintuak Toboh Gadang. Kenapa kampung itu bernama Tembok, tentu erat sekali kaitannya dengan pembuatan tembok atau batu bata di kampung tersebut.
    Siapa pertama kali membuat tembok di Piaman? Mungkin banyak versi dalam masalah ini. Di Desa Toboh Palabah, Kecamatan Pariaman Utara tersebutlah dulunya Sutan Godok (1880-1945). Konon, Sutan Godok inilah yang punya tanah kampung Tembok yang ada dalam desa tersebut. Dan dia pula yang memulai membuat tembok pada tahun 1905. Merek tembok yang dibuatnya 'Cap Panah'.
    Taufik Samti, salah seorang tokoh masyarakat Lubuk Alung merupakan keturunan dari Sutan Godok menceritakan cikal-bakal kampung yang bernama Tembok tersebut. "Sutan Godok adalah keturunan Rajo Toboh Kurai Taji. Dengan usaha membuat tembok atau batu bata itulah dia menjadi saudagar kaya dan sangat terkenal dalam kampung dan nagari. Karena dia orang yang pertama membuat tembok, saat temboknya terjual duitnya pun dibawa dan disimpan dalam karung," ujar Taufik Samti.
    Ayah Taufik Samti adalah Sutan Syamsuddin, anak kandung oleh Sutan Godok. "Saat Sutan Syamsuddin lahir, ayahnya bermandikan uang, lantaran usaha membuat tembok semakin laku keras. Sampai-sampai uang dalam karung dijadikan kasur untuk bayi yang bernama Sutan Syamsuddin. Tak heran, kelak Sutan Syamsuddin juga terkenal sebagai seorang kaya raya dengan jiwa sosial masyarakat yang sangat tinggi pula," sebut Taufik lagi.
    Usaha mencetak tembok yang dilakukan Sutan Godok semakin berkembang saja. Zaman semakin tarang, penduduk semakin bertambah, tentu rumah masyarakat satu-persatunya berganti pula dari bangunan kayu dengan pembangunan permanen, yang memakai bahan tembok. Tembok buatan Sutan Godok nyaris tak sanggup lagi menampung pasaran yang semakin melonjak. Belum lagi permintaan dari Kota Padang, yang tak boleh putus. Bayi Sutan Syamsuddin tentu bertambah gadang pula. Saat usia anak laki-laki itu 20 tahun, disuruhlah mengembangkan usaha ke Lubuk Alung, yang langsung dimodalkannya.
    Karena anak orang kaya dan bangsawan, Sutan Syamsuddin langsung membuka usaha perdagangan dengan menjadi agen sabun dan dagang PMD. Dalam rentang berdagang itulah, dia juga disuruh oleh ayahnya, Sutan Godok untuk mencari lahan di sekitar Lubuk Alung untuk mengembangkan usaha mencetak tembok. Sutan Syamsuddin pun menemukan lahan baru, yang sangat pantas untuk dijadikan lahan pembuat tembok, yakni di Nagari Sintuak. Kini kampung itu bernama Korong Tembok, tak jauh dari Lubuk Alung.
    Menurut cerita Taufik Samti, Sutan Godok langsung pasang badan untuk mendapatkan lahan tersebut. Sebagai modal awalnya, dia bawa emas segaluk, dan kerbau delapan ekor. Sebab, membuat tembok zaman saisuak tak sama dengan sekarang. Dulu butuh kerbau untuk melunyah tanah yang akan dijadikan tembok. Mitranya, Sibooh selaku tuan tanah di Tembok, Nagari Sintuak. Itu terjadi 1927. Tahun berikutnya, Sutan Syamsudin diterima menantu oleh Datuak Kando di Koto Buruak Lubuk Alung.
    "Tahun itu usaha membuat tebok sangat membumi. Sutan Syafrudin mengembangkan usaha di Koto Buruak. Di Toboh Palabah dan Sintuak, tembok itu masih Cap Panah dan di Koto Buruak Cap Buayo. Ukuran tebal temboknya mencapai lima setengah centimeter, panjang 27 cm, lebar 13 cm. Tahun 1940, Sutan Syamsudin pacah konsi dengan Datuak Kando. Itu dipicu oleh paham agama antara maju dan kuno. Datuak Kando terkenal jawara, pejudi, sabung ayam," sebutnya.         Dengan itu, Sutan Syamsudin buka usaha Bopet Salif dan sampai jadi agen mobil Nikai, PAD dan Mon Eferes jurusan Lubuk Alung-Jambi dan Medan. Itu sampai tahun 1954. Sementara, usaha membuat tembok terus juga, tentunya tidak lagi berkawan dengan Datuak Kando. Sutan Zainuddin, adik oleh Sutan Syamsudin disuruh pula membuka usaha membuat tembok di Bari Sicincin.
    Sutan Syamsudin, kata Taufik lagi, juga perintis pembangunan Masjid Mujahidin Lubuk Alung. Masjid itu ada sebelum Indonesia merdeka. Hingga kini, tentu telah berkali-kali mengalami perbaikan. Sutan Syamsudin digelari Presiden Bal. Itu panggilan untuk orang kaya yang pemurah zaman dulu oleh koleganya. Tembok dipasarkan ke Padang dengan kereta api. Dari gudang ke stasiun Lubuk Alung diangkut dengan pedati yang diirik oleh kerbau. Adek Sutan Syamsuddin punya gudang di stasiun Simpang Haru Padang, untuk menampung tembok-tembok yang datang dari Lubuk Alung tersebut. Dengan tembok itulah dibangun Kantor Kodam III, yang saat ini Kantor Korem dibangun. Dan dari Lubuk Alung pula sebagian besar material pembangunan Kota Padang zaman dulunya. (damanhuri)

Minggu, 02 Februari 2014

Di Muda Mandiri Permintaan Ikan Lele Jenis Sangkuriang Semakin Tinggi

Di Muda Mandiri
Permintaan Ikan Lele Jenis Sangkuriang Semakin Tinggi


Nan Sabaris---Hanya bermodalkan 20 pasang induk lele, kelompok Muda Mandiri mampu menghasilkan anak lele jenis sangkuriang yang cukup signifikan. Sekali dalam 15 hari permintaan akan anak lele ini mencapai 15-30 ribu ekor. Dan memang bisnis ikan lele saat ini cukup menjanjikan, dan sebuah usaha yang sangat produktif sekali.
    Adhy Azma, pimpinan usaha Muda Mandiri yang melakoni usaha pembibitan lele demikian menyebutkan, kalau Muda Mandiri hanyalah sebuah badan usaha yang dirintisnya sendiri. Bukan kelompok. Usaha yang dimulainya sejak empat bulan belakangan, di Kampuang Tangah, Nagari Padang Bintungan, Kecamatan Nan Sabaris, Padang Pariaman itu hingga kini tumbuh dengan sangat pesatnya. Sekarang sudah punya 12 kolam yang diberinya terval. Terletak dilahan ladang yang hanya ditumbuhi kelapa.
    Anak muda berusia 25 tahun ini punya mimpi besar dalam usaha yang sedang dilakoninya itu. Saat ini, lahan yang tersedia tengah dipersiapkannya buat kolam-kolam yang lebih banyak lagi untuk menampung bibit lele yang dihasilkan oleh induknya tersebut. Sebab, pembibitan lele harus diawasi betul. Sering dipindahkan, agar tidak korban oleh lele yang terlanjur besar duluan.
    "Permintaan rutin dari Pasaman Barat dan Muaro Labuah, Solok Selatan. Kedua pelanggan ini tidak pernah putus-putusnya menjemput anak lele kesini. Malah, kalau bisa dari Pasaman Barat itu minta 80 ribu ekor tiap bulannya. Namun, karena keterbatasan induk yang menghasilkan telor masih kurang, maka permintaan demikian belum bisa dipenuhi," kata Adhy yang juga salah seorang Penyuluh Swadaya di DKP Padang Pariaman itu.
    Rata-rata, anak lele yang dipasarkannya itu seharga Rp150 seekornya. "Saat ini yang menjadi kendala, adalah cacing sebagai pakan utama oleh anak lele. Jenis cacing makannya itu yang masih belum bisa dibudidayakan di kampung ini. Anak lele yang diberikan cacing itu, mulai berumur tiga hari pasca menetas, sampai berusia 15 hari. Harga cacing itu sekilonya mencapai Rp15 ribu," cerita Adhy.
    Sedangkan untuk makanan induknya, Adhy cukup susah juga mencari yang namanya keong mas. Induk lele yang produktif bertelor itu seberat 1-2 kilogram. Lewat dari itu, induk lele dianggap tak lagi bisa bertelor, dan harus diganti dengan induk yang lain. "Memang, kita punya usaha ini dengan ukuran jangka panjang. Dibuat kolam sekian banyak, jangka panjangnya kita juga akan menyediakan lele asap," mimpinya.
    Kalau hari libur, Adhy tampak menghabiskan waktunya di kolam lelenya itu. Bagi dia, tumbuh dan berkembangnya usaha itu adalah keinginan sejak awal. Dia ingin, lewat pembibitan lele itu bisa merubah pola pikir anak muda seangkatan dengannya. "Usaha kalau dikelola dengan sungguh-sungguh, mampu menghasilkan lebih dari harapan," kata dia optimis. (damanhuri)

Lewat Bantuan BAZ, Kartini Tidak Lagi Tinggal di Pondok Darurat

Lewat Bantuan BAZ, Kartini Tidak Lagi Tinggal di Pondok Darurat

Kapalo Hilalang---Kartini tidak lagi tinggal di pondok darurat. Ibu rumah tangga dengan lima orang putra-putri ini baru saja dapat bantuan dari Badan Amil Zakat (BAZ) Padang Pariaman, yang langsung dibuatkan rumah semi permanen. Pakai kamar lagi. Meskipun tampak rumah itu belum diplester, dia sudah merasa nyaman dan senang tinggal bersama anak-anaknya dalam rumah demikian.
    Awalnya, Kartini tinggal disebuah pondok darurat yang saat ini telah dijadikannya dapur tempat memasak nasi. Pondok itu hanya berlantaikan tanah. Listrik tak bisa pula masuk. Afrizal, calon anggota DPRD Padang Pariaman dari Partai Hanura bersama Aljufri, calon anggota DPRD Sumbar juga dari Hanura mendatangi rumah itu. Calon wakil rakyat ini datang bersama tokoh masyarakat setempat. Melihat kondisi rumah yang sangat memprihatinkan itulah, akhirnya setelah dipublikasikan Harian Singgalang, datang Ketua BAZ Padang Pariaman, Suhatri Bur bersama Wabup Damsuar Datuak Bandaro Putiah.
    Suhatri Bur merasa prihatin. Atas rekomendasi Pemkab, maka digelontorkan anggaran BAZ sebanyak Rp10 juta, yang langsung diserahkan ke toko bangunan di Kapalo Hilalang. Untuk pengerjaan rumah Kartini, tokoh masyarakat bersama anak Korong Tarok melakukan goro. Tidak berlangsung lama, sekarang sudah tegak rumah yang sangat sederhana.
    Jumat lalu, Aljufri, Wakil Ketua DPD Partai Hanura Sumbar bersama Afrizal kembali mendatangi rumah Kartini. Aljufri menyerahkan bantuan, sama pada saat sebelum rumah semi permanen dibangun BAZ tersebut. Kartini merasa haru dan gembira. Tak ada kata-kata yang bisa disampaikannya, selain dari terima kasih banyak kepada Aljufri dan Afrizal. "Bapaklah yang mengawali langkah ini, sehingga rumah awak sudah rancak," kata Kartini dengan sedikit isak, saking terharunya.
    Bagi Kartini sendiri, awalnya tidak terbayangkan kalau bisa membuat rumah. Apalagi dia seorang janda, punya anak banyak pula. Untuk biaya pendidikan anaknya saja susah mintak ampun. Dia hanya seorang pekerja serabutan. Kadang bekerja di ladang getah milik orang lain. Kadang dia juga diupah bekerja di sawah orang. Dengan upah itulah dia menghidupi anak-anaknya.
    Saat rumahnya dibantu BAZ, yang tentunya kumpulan uang dari pegawai negeri dilingkungan Pemkab Padang Pariaman, Kartini bagaikan mimpi disiang bolong. Pikirannya menerawang kian kemari. Ingatlah dia, bahwa rumah buruaknya dulu pernah didatangi orang penting, calon anggota dewan terhormat, Aljufri. Kondisi rumah yang didiami Kartini disebar-luaskan, sehingga mengundang pihak BAZ bersama Pemkab Padang Pariaman untuk ikut berbagi dan memperhatikannya.
    Dalam kunjungan Jumat lalu itu, Aljufri masih melihat bahwa rumah sederhana itu masih belum bisa dialiri listrik. "Butuh dua sampai tiga tiang baru bisa listrik dialirkan kerumah itu. Disamping rumah Kartini, ada pula empat rumah warga lainnya di Tarok, Nagari Kapalo Hilalang itu yang butuh diterangi listrik," kata Aljufri.
    Kepada pihak PLN, Aljufri mengharapkan bisa melakukan yang terbaik dalam masalah itu. Sebab, kebutuhan listrik merupakan yang paling vital dalam sebuah rumah tangga. Untuk ini, PLN diminta memberikan garansi agar rumah masyarakat yang sekelompok itu bisa dimasuki listrik, dengan tidak terlalu memberati warga.
    Asrizal Rajo Sutan, mantan Walikorong Tarok menyampaikan terima kasih banyak kepada Pemkab Padang Pariaman. "Khusus kepada Aljufri dan Afrizal, kami juga menyampaikan terima kasih banyak atas perhatiannya. Selaku masyarakat, kami hanya bisa berdoa, semoga impian Aljufri dan Afrizal untuk jadi anggota DPRD Sumbar dan Padang Pariaman dikabulkan Tuhan," harapnya. (damanhuri)