wartawan singgalang

Kamis, 24 April 2014

Trimurti Ilyas, Calon Wakil Bupati Padang Pariaman Independen Menyempurnakan Pengabdian Ditengah Pertanian yang Memprihatinkan

Trimurti Ilyas, Calon Wakil Bupati Padang Pariaman Independen
Menyempurnakan Pengabdian Ditengah Pertanian yang Memprihatinkan

Pariaman--Sebagai seorang konsultan Bank Dunia, yang membidangi pemberdayaan masyarakat tani dan pengembangan usaha tani di Kabupaten Padang Pariaman, membuat Ir. Hj. Trimurti Ilyas, M.M tahu betul betapa para petani di daerah itu masih susah untuk berkembang. Nyaris setiap hari istri dari Ir. H. Mahyuddin Taharudin ini menerima keluhan serta problem dikalangan petani itu sendiri.
    Menjawab Singgalang, Selasa (13/4) lalu di kediamannya Kurai Taji, Kecamatan Pariaman Selatan, Kota Pariaman Trimurti sang calon Wakil Bupati Padang Pariaman yang akan mendampingi Drs. Lukman Syam, sebagai calon independen itu mengaku prihatin dengan nasib yang masih melilit petani di kampunya, Padang Pariaman. "Berangkat dari realita itulah, saya beranikan diri untuk ikut bersaing dalam Pilkada 30 Juni nanti. Sebab, perjuangan yang dilakukan lewat konsultan, tidak bisa secara maksimal. Satu-satunya jalan untuk bisa berbuat lebih banyak lagi dikalangan petani dengan merebut kekuasaan," katanya.
    Menurut ibu kelahiran Pariaman, 21 Maret 1948 itu, potensi pertanian yang ada di Padang Pariaman cukup bagus untuk dikembangkan kearah yang jauh lebih baik lagi. Namun, upaya kearah itu masih belum bisa maksimal. "Sebagai seorang yang lama berkiprah di Departemen Pertanian RI, saya banyak tahu tentang pengembangan pertanian demikian. Itu pula sebabnya mengapa pemerintah masih mempercayai saya sebagai tenaga konsultan dibidang pertanian. Padahal, saya baru saja pensiun dari pegawai pemerintah pusat," katanya.
    Ibu dari Sitti Maidatun Naimah dan Sitti Aulia Lutfiani itu mengaku ikut maju hanyalah untuk menyempurnakan pengabdian ditengah masyarakat petani, yang notabene Padang Pariaman merupakan daerah pertanian yang sangat luas. "Soal pangkat dan kedudukan, serta ambisi memperkaya diri jauh dari saya, ketika datang tawaran dari sejumlah kandidat bupati dulunya. Soal tanggungjawab dalam hidup, bagi saya tidak ada lagi yang dipikirkan. Kedua anak saya telah menyelesaikan studinya di Australia. Namun demikian, bagaimana ilmu yang yang saya miliki dibidang pertanian ini mampu mengangkat para petani kita," kata Trimurti lagi.
    "Pilihan dijatuhkan lewat jalur independen. Sebab, sebagai seorang yang dibesarkan dilingkungan birokrasi, tentu saya tak cukup uang dalam bermain dengan partai politik. Dan lagi, ketika niat saya untuk maju lewat dukungan KTP masyarakat Padang Pariaman itu, maka dukunganpun mengalir sangat derasnya. Para petani yang merasa terbantu, merasa punya beban untuk bisa membantu saya dalam mengumpulkan KTP dimaksud. Hasilnya, bersama Lukman Syam, satu-satunya calon bupati yang saya kenal telah matang dibidang pemerintahan, mau ikut bersama-sama menyatukan tekat untuk memajukan petani Padang Pariaman ini," ujarnya.
    Trimurti yang hidup dan dibesarkan dilingkungan Muhammadiyah itu, sewaktu berkiprah di Departemen Pertanian mengaku telah cukup banyak berbuat. "Lewat pengabdian yang saya lakukan, alhamdulillah berkali-kali para kepala daerah dan ketua kelompok tani di ranah Minang ini pergi ke Istana Presiden, guna mengambil penghargaan. Itu semua kita lakukan, betapa pentingnya dunia pertanian perlu mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah. dari pertanianlah semua bermula. Kalau lahan petani telah berkembang, persoalan yang melilit tidak ada lagi, kita yakin, pendidikan anak akan lancar, kesehatan akan terjamin serta kebutuhan lainnya menjadi mudah," ungkap Trimurti.    
    Putri dari Alm. Buya H. SDM Ilyas, sang pendiri Muhammadiyah Padang Pariaman pada 1929 itu mengaku telah mengunjungi seluruh nagari yang ada di daerah itu. "Nyaris setiap kali saya bersama petani di nagari, kendala yang mereka alami itu hampir bersamaan. Mulai dari persoalan pupuk, hingga persoalan kurangnya binaan dari dinas terkait. Padahal sumberdana untuk meningkatkan taraf hidup para petani itu lumayan banyak. Tinggal lagi kemauan dan kemampuan dari Pemkab, untuk bisa menjangkau jaringan yang ada di tingkat nasional tersebut. Kita tahu, keterbatasan daerah dibidang anggaran, tak ayal lagi ketergantungan terrhadap pemerintah pusat menjadi kebutuhan yang paling mendasar," sebut Trimurti lagi.
    Berangkat dari impian dan komitmen demikian, lanjut Trimurti, alhamdulillah seluruh keluarga yang kebanyakan tinggal dan berkiprah di Jakarta, ikut memberikan dukungan moril dan materil. "Semua keluarga, termasuk pak Tarmizi Taher sang mantan Menteri Agama RI, ikut memberikan dukungan moral yang sangat tinggi. Sebab, perjuangan yang akan saya lakukan, murni untuk membangun kampung halaman yang sangat saya cintai, Padang Pariaman. Bukan sebaliknya, ambisi pribadi serta haus pangkat dan jabatan. Sebagai keluarga dekat, pak Tarmizi Taher bakal ikut nantinya mengkampanyekan saya, ketika proses kampanye telah dimulai," kata Trimurti.
    Trimurti ingin sekali perjuangan yang tengah dilakukannya saat ini murni dari kekuatan yang dia miliki. "Memang ada tawaran dari sejumlah donatur dalam masalah penganggaran Pilkada nantinya. Namun, karena tidak adanya kejelasan yang baik, maka dengan halus saya tolak. Begitu juga, sebelum memutuskan lewat jalur independen, ada tawaran dari partai politik. Namun, lagi-lagi saya tolak, mengingat untuk biaya survei saja orang partai berani minta Rp60 juta. Itu baru sebatas survei. Sementara untuk biaya lainnya, entak berapa lagi yang harus dikeluarkan, maka dengan itu pulalah, bersama Lukman Syam, seorang pamong senior yang dianggap punya banyak pengalaman dibidang pemerintahan, untuk memutuskan maju lewat jalur murni dukungan masyarakat," ungkapnya. (dam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar