wartawan singgalang

Senin, 05 Agustus 2013

Melihat Pesona Lubuak Nyarai, Wisata Alam yang Masih Terpendam

Melihat Pesona Lubuak Nyarai, Wisata Alam yang Masih Terpendam

Lubuak Aluang---Nagari Lubuak Aluang, Kabupaten Padang Pariaman tidak hanya memiliki potensi perdagangan, jasa, pertanian, peternakan dan perkebunan saja. Tetapi nagari ini juga memiliki potensi wisata alam yang belum dikelola secara optimal. Salah satu dari potensi alam itu, adalah wisata alam Lubuak Nyarai. Nun jauh disana, bagian Timur Lubuak Aluang. Berada dipedalaman hutan Korong Salibutan.
    Berawal dari perbincangan tentang Lubuak Nyarai oleh sekelompok anak nagari yang peduli terhadap hal demikian. Mereka; Khairunnas, akrab disapa Pak Ung. Pria yang juga berstatus pegawai dilingkungan Pemkab Padang Pariaman, Ritno Kurniawan, ketua Karang Taruna; Jasman Jay, sekaligus anggota Sekber Pecinta Alam, Walinagari; Harry Subrata dan Sekretaris Bamus; Landi Efendi. Didapat kesepakatan untuk berkunjung Ke Lubuak Nyarai secara bersama dengan Camat Lubuak Aluang, H. Azminur untuk melihat potensi alam yang ada di sana. Perjalanan pun dimulai menjelang puasa lalu.
    Korong Salibutan, tempat Lubuak Nyarai demikian merupakan kampung yang dilingkari perbukitan. Bukit Barisan namanya. Kampung ini pun berbatasan langsung dengan Kabupaten Solok, dialiri pula oleh Sungai Batang Salibutan yang membelah korong tersebut. Di hutan perbukitan inilah Mendagri Gamawan Fauzi sewaktu jadi Bupati Kabupaten Solok dulu pernah tersesat dan ditemukan kembali. Beberapa Kelompok pecinta alam pernah berkunjung ke Lubuak Nyarai ini.
    Jasman Jay, Ketua Karang Taruna Nagari Lubuak Aluang bersama rombongan akhir Juni lalu melakukan penjajakan terhadap Lubuak Nyarai itu. Dalam rombongan juga ikut Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, M. Fadly, Kepala Kesbangpol, Indra Utama. Berangkat dari Pasar Lubuak Aluang menggunakan tiga unit mobil. Tentunya, karena lokasi akan ditempuh nantinya dengan berjalan kaki yang cukup jauh, rombongan membawa bekal makanan. Dari Lubuak Aluang ke Salibutan ditempuh sekitar 15 kilometer.
    Sesampai di Salibutan, rombongan di sambut tiga orang guide yang akan mendampingi selama dalam perjalanan ke Lubuak Nyarai. Setelah melakukan briefing di posko utama, rombongan mulai berangkat dengan berjalan kaki. Perjalanan menyusuri perbukitan dan sungai, kemudian melewati beberapa petak sawah, menaiki perbukitan dengan hutan yang cukup lebat. Disinalah serunya perjalanan. Dimulai dengan menaiki perbukitan dan menuruni lembah. Keadaan jalan yang cukup sempit dan sedikit terjal. Selama dalam perjalanan, rombongan bertemu sekelompok simpai, sejenis kera warna kuning keemasan yang merupakan satwa yang dilindungi. Binatang itu seolah-olah menyapa dan mengucapkan selamat datang di Rimbo Salibutan kepada rombongan. Perjalanan diteruskan dengan diiringi suara khas satwa hutan lindung. Dan dibawah perbukitan terdengar suara riak sungai yang menambah syahdunya suasana perjalanan.
    Landi Efendi, salah seorang anggota rombongan menceritakan, ada beberapa lubuak yang ditemui sebelum sampai di Lubuak Nyarai. Diantaranya Lubuak Ngungun, Lubuak Sampik, Lubuak Panjang, Lubuak Batu Tuduang dan Lubuak Batu Pacah. Diantara Lubuak tersebut ada lubuak yang unik bentuknya, yaitu Lubuak Batu Tuduang. Disana ada batu besar yang bentuknya mirip sekali dengan sebuah baret. "Sebelum sampai ke Lubuak Nyarai kami menyeberangi sungai yang tidak jauh dari Lubuak Pacah. Yang menarik disana, ada pekuburan yang menurut cerita penduduk Salibutan merupakan kuburan pejuang dimasa penjajahan dulunya," kata dia.
    Perjalanan pun dilanjutkan disela-sela batang pohon yang begitu besar dan masih perawan yang dilindungi tentunya. Hingga akhirnya setelah menempuh perjalan dengan jalan kaki sekitar dua jam, rombongan melihat Lubuak Nyarai dari kejauhan dengan jarak pandang kurang lebih 100 meter yang diapit oleh dua buah batu besar, tampak seperti gapura yang mengapit Lubuak Nyarai tersebut. Terlihat wajah puas dan sumringah dari rombongan setelah sampai di lokasi. Perasaan letih yang mendera selama perjalanan, seakan sirna dan terobati dengan melihat indahnya pemandangan Lubuak Nyarai, yang diatasnya terdapat air terjun kecil dengan airnya yang sangat jernih bahkan melebihi jernihnya air mineral.
    Rombongan pun istirahat sambil makan siang. Usai makan, tanpa basa-basi dan tanpa ada yang mengomandoi peserta pun langsung terjun ke dalam lubuak. Tampak ikan yang ada dalam lubuak sangat jinak sekali. Dua orang guide menyelam kedasar lubuak untuk menangkap ikan dengan cara ditembak. Terbayang ikan bakar yang lezat dari hasil ikan tangkapan segar nantinya. Berbagai aksi dari wahana alami di coba. Salah satunya bergantung diakar pohon besar yang tergayut diatas lubuak itu. Ada juga yang menaiki batu besar yang mengapit di sisi kanan dan kiri lubuak. Setelah tiga jam menikmati indahnya karya Allah Swt, rombongan pun memutuskan untuk balik kembali ke posko utama. Sebenarnya diantara peserta perjalanan masih berat hati untuk pulang. Tetapi karena waktu beranjak sore dan gelap, rombongan melanjutkan perjalanan pulang. Berbagai kesan indah yang dirasakan selama perjalanan dan ingin suatu saat kembali lagi kesana.
    Dari perjalanan ini besar harapan masyarakat, agar Lubuak Nyarai dapat dikembangkan dan dikelola lebih baik lagi, untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Ada beberapa fasilitas yang harus dibenahi. Salah satunya membangun jembatan di Lubuak Sampik agar kendaraan roda dua dan empat dapat masuk kedalam hutan, yang tentunya akan mempersingkat waktu perjalanan. Dibutuhkan kerjasama dari semua pihak, mulai dari masyarakat hingga pemerintah untuk mengembangkan lokasi tersebut dengan tetap mempertahankan keaslian dan keasrian Lubuak Nyarai itu sendiri. (damanhuri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar