wartawan singgalang

Kamis, 15 Agustus 2013

Sudah 17 Tahun tak Diadakan Perantau Batukalang Terpukau Kesenian Indang

Sudah 17 Tahun tak Diadakan
Perantau Batukalang Terpukau Kesenian Indang

Padang Sago---Sudah lama kesenian indang tidak terdengar di Padang Pariaman. Dulu, hampir masing-masing kampung dan nagari punya kesenian indang yang saling kejar-kejaran populernya. Indang itu tambah laris, ketika mediang Tiar Ramon menyanyikannya, dan hingga kini kasetnya masih ditemukan. Menurut yang tua-tua, indang erat kaitannya antara kesenian dan kajian tasawuf.
    Banyak pesan moral yang dilantunkan oleh penyanyi indang demikian. Kesenian ini punya grup, dan tentunya pakai banyak pemain. Hilangnya kesenian itu dari peredaran, karena tidak adanya biaya operasional untuk tukang indang. Grup ini tumbuh sendiri. Kalaupun ada saat ini kesenian indang, hanya sebagian kecil saja. Bahkan, mencarinya sudah terbilang susah.
    Dalam rangka menumbuh-kembangkan hal demikian, selama delapan hari belakangan, masyarakat Lubuak Napa, Nagari Batukalang, Kecamatan Padang Sago menggelar acara itu. Disamping memeriahkan susana lebaran, acara yang diadakan bersama perantau kampung itu, juga sekalian menyambut HUT RI yang ke-68.
    Para perantau yang berasal dari berbagai daerah tampak hadir bersama. Maklum, masyarakat Padang Sago, Kabupaten Padang Pariaman itu terkenal dengan banyak yang tinggal dirantau orang. Ada yang dari sejumlah daerah di Sumatra hingga pulau Jawa sekalipun. Tak ketinggalan pula niniak mamak, tokoh masyarakat, dan pemuda kampung itu juga larut dalam pembauran tersebut.
    Menurut Asmnuli, panitia acara sekaligus perantau kampung itu, sudah 17 tahun tak diadakan indang di Batukalang ini. "Zaman dulu, wakatu awak ketek dulu, hampir tiap sebentar diadakan indang dalam alek nagari. Kalau musim indang lambuang, itu pengunjungnya ramai. Sebab, dimulai agak cepat. Asyiknya indang itu, ketika yang satu grup saling sindir menyindir, lalu dibalas pula oleh grup yang tampil berikutnya, dengan pantun yang tidak kalah serunya," kata dia.
    Dia menyebutkan, selama acara terkumpul dana bersih sebanyak Rp5 juta. Dan uang itu digunakan untuk kepentingan umum dalam nagari. Bersama perantau lainnya, Asmuli ingin sekali acara indang diagendakan tiap tahun. Banyak yang bisa dijadikan pelajaran dalam acara itu. Apalagi, indang pernah punya nama di Padang Pariaman ini dulunya, yang mesti dikembangkan kembali sebagai keutuhan tradisi dan kesenian adat yang bernuansa agama juga. Kemudian juga untuk meningkatkan pembangunan dalam nagari.
    Selama delapan malam itu, 12 grup indang dalam lingkungan VII Koto Sungai Sariak, seperti indang Sungai Sariak, Tandikek, Ulakan, Paladangan, Kabupaten Agam serta indang lainnya dihadirkan untuk memeriah acara, yang sekalian pulang basamo demikian. (damanhuri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar