wartawan singgalang

Kamis, 06 Februari 2014

Cap Panah Merek Tembok Pertama Buatan Sutan Godok

Cap Panah Merek Tembok Pertama Buatan Sutan Godok

Pariaman---Batubata juga disebut tembok. Material untuk membuat rumah dan bangunan lain itu banyak ditemukan di Padang Pariaman dan Kota Pariaman. Bahkan, untuk dua daerah itu ada kampung yang bernama Tembok. Yakni, Tembok di Desa Toboh Palabah, Kota Pariaman, dan Korong Tembok di Nagari Sintuak, Kecamatan Sintuak Toboh Gadang. Kenapa kampung itu bernama Tembok, tentu erat sekali kaitannya dengan pembuatan tembok atau batu bata di kampung tersebut.
    Siapa pertama kali membuat tembok di Piaman? Mungkin banyak versi dalam masalah ini. Di Desa Toboh Palabah, Kecamatan Pariaman Utara tersebutlah dulunya Sutan Godok (1880-1945). Konon, Sutan Godok inilah yang punya tanah kampung Tembok yang ada dalam desa tersebut. Dan dia pula yang memulai membuat tembok pada tahun 1905. Merek tembok yang dibuatnya 'Cap Panah'.
    Taufik Samti, salah seorang tokoh masyarakat Lubuk Alung merupakan keturunan dari Sutan Godok menceritakan cikal-bakal kampung yang bernama Tembok tersebut. "Sutan Godok adalah keturunan Rajo Toboh Kurai Taji. Dengan usaha membuat tembok atau batu bata itulah dia menjadi saudagar kaya dan sangat terkenal dalam kampung dan nagari. Karena dia orang yang pertama membuat tembok, saat temboknya terjual duitnya pun dibawa dan disimpan dalam karung," ujar Taufik Samti.
    Ayah Taufik Samti adalah Sutan Syamsuddin, anak kandung oleh Sutan Godok. "Saat Sutan Syamsuddin lahir, ayahnya bermandikan uang, lantaran usaha membuat tembok semakin laku keras. Sampai-sampai uang dalam karung dijadikan kasur untuk bayi yang bernama Sutan Syamsuddin. Tak heran, kelak Sutan Syamsuddin juga terkenal sebagai seorang kaya raya dengan jiwa sosial masyarakat yang sangat tinggi pula," sebut Taufik lagi.
    Usaha mencetak tembok yang dilakukan Sutan Godok semakin berkembang saja. Zaman semakin tarang, penduduk semakin bertambah, tentu rumah masyarakat satu-persatunya berganti pula dari bangunan kayu dengan pembangunan permanen, yang memakai bahan tembok. Tembok buatan Sutan Godok nyaris tak sanggup lagi menampung pasaran yang semakin melonjak. Belum lagi permintaan dari Kota Padang, yang tak boleh putus. Bayi Sutan Syamsuddin tentu bertambah gadang pula. Saat usia anak laki-laki itu 20 tahun, disuruhlah mengembangkan usaha ke Lubuk Alung, yang langsung dimodalkannya.
    Karena anak orang kaya dan bangsawan, Sutan Syamsuddin langsung membuka usaha perdagangan dengan menjadi agen sabun dan dagang PMD. Dalam rentang berdagang itulah, dia juga disuruh oleh ayahnya, Sutan Godok untuk mencari lahan di sekitar Lubuk Alung untuk mengembangkan usaha mencetak tembok. Sutan Syamsuddin pun menemukan lahan baru, yang sangat pantas untuk dijadikan lahan pembuat tembok, yakni di Nagari Sintuak. Kini kampung itu bernama Korong Tembok, tak jauh dari Lubuk Alung.
    Menurut cerita Taufik Samti, Sutan Godok langsung pasang badan untuk mendapatkan lahan tersebut. Sebagai modal awalnya, dia bawa emas segaluk, dan kerbau delapan ekor. Sebab, membuat tembok zaman saisuak tak sama dengan sekarang. Dulu butuh kerbau untuk melunyah tanah yang akan dijadikan tembok. Mitranya, Sibooh selaku tuan tanah di Tembok, Nagari Sintuak. Itu terjadi 1927. Tahun berikutnya, Sutan Syamsudin diterima menantu oleh Datuak Kando di Koto Buruak Lubuk Alung.
    "Tahun itu usaha membuat tebok sangat membumi. Sutan Syafrudin mengembangkan usaha di Koto Buruak. Di Toboh Palabah dan Sintuak, tembok itu masih Cap Panah dan di Koto Buruak Cap Buayo. Ukuran tebal temboknya mencapai lima setengah centimeter, panjang 27 cm, lebar 13 cm. Tahun 1940, Sutan Syamsudin pacah konsi dengan Datuak Kando. Itu dipicu oleh paham agama antara maju dan kuno. Datuak Kando terkenal jawara, pejudi, sabung ayam," sebutnya.         Dengan itu, Sutan Syamsudin buka usaha Bopet Salif dan sampai jadi agen mobil Nikai, PAD dan Mon Eferes jurusan Lubuk Alung-Jambi dan Medan. Itu sampai tahun 1954. Sementara, usaha membuat tembok terus juga, tentunya tidak lagi berkawan dengan Datuak Kando. Sutan Zainuddin, adik oleh Sutan Syamsudin disuruh pula membuka usaha membuat tembok di Bari Sicincin.
    Sutan Syamsudin, kata Taufik lagi, juga perintis pembangunan Masjid Mujahidin Lubuk Alung. Masjid itu ada sebelum Indonesia merdeka. Hingga kini, tentu telah berkali-kali mengalami perbaikan. Sutan Syamsudin digelari Presiden Bal. Itu panggilan untuk orang kaya yang pemurah zaman dulu oleh koleganya. Tembok dipasarkan ke Padang dengan kereta api. Dari gudang ke stasiun Lubuk Alung diangkut dengan pedati yang diirik oleh kerbau. Adek Sutan Syamsuddin punya gudang di stasiun Simpang Haru Padang, untuk menampung tembok-tembok yang datang dari Lubuk Alung tersebut. Dengan tembok itulah dibangun Kantor Kodam III, yang saat ini Kantor Korem dibangun. Dan dari Lubuk Alung pula sebagian besar material pembangunan Kota Padang zaman dulunya. (damanhuri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar