wartawan singgalang

Minggu, 01 November 2015

PWI Padang Pariaman Siapkan HPN 2017 Tingkat Nasiopnal Terungkap Lewat Silatwapia Pekerja Jurnalistik Harus Kesatria

PWI Padang Pariaman Siapkan HPN 2017 Tingkat Nasiopnal
Terungkap Lewat Silatwapia Pekerja Jurnalistik Harus Kesatria

Pariaman--Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Ingin rasanya penambahan wawasan para wartawan yunior dari seniornya itu berlanjut, namun hari keburu senja, dan malam pun menjelang. Apalagi, materi yang diberikan Rahmat Wartira, salah seorang pendiri LBH Padang itu, membuat rekan wartawan yang bertugas di Piaman merasa belum puas.
    Acara yang diadakan PWI Kabupaten Padang Pariaman, Sabtu (24/10) yang dikemas dalam; Silaturrahim Wartawan Piaman (Silatwapia), yang intinya saling berbagi pengalaman dengan para senior yang telah sampai puncak karirnya sebagai wartawan itu, cukup istimewa, dan terasa sangat luar biasa. Seketika itu, Ketua PWI Ikhlas Bakri yang saat ini memasuki periode kedua memimpin organisasi wartawan tertua di Indonesia itu jadi 'bintang', karena keberhasilannya menyatukan semua potensi wartawan di daerahnya.
    Diawali dengan perkenalan semua yang hadir, Ikhlas Bakri mengenalkan semua rekannya itu dengan sedikit nyeleneh, dan tentunya membuat suasana jadi ramai oleh gelak dan tawa rekan wartawan yang semula sedikit agak tegang, dan tidak menegangkan.   
    H. Wiztian Yoetri, wartawan senior asal Piaman yang hadir pada kesempatan itu ingin PWI Padang Pariaman punya sebuah lembaga penerbitan majalah atau buletin. Sebab, dengan itulah manakala tulisan wartawan di daerah ini tak tertampung di media tempat dia bekerja, bisa di salurkan.
    Ciwek, sapaan akrap Wiztian Yoetri ini yang menurut Ketua PWI Ikhlas Bakri, orang yang cukup punya nama di Piaman ini memberikan motivasi, agar wartawan di kampungnya juga punya keinginan untuk membuat atau menulis buku. "Kita bisa tulis buku tentang kiprah anggota dewan, misalnya. Mereka yang dikenal sebagai wakil rakyat itu, tentu ingin pula perjuangannya dipublikasikan," kata dia.
    Sejarah kepenulisannya itu, menurut Ciwek tidak terlepas dari peran seorang wartawan paling senior piaman Nasrun Jon yang hingga kini masih aktif menulis. Dia adalah ketua peralihan Balai Wartawan menjadi PWI Perwakilan Padang Pariaman. Dia juga seorang tokoh masyarakat dan saksi sejarah yang eksisitensinya masih berlanjut hingga kini.
    "Nasrun Jon dulu diangkat almarhum Bupati Anas Malik sebagai Sespri (Sekretaris Pribadi) dan Bagian Kehumasan karena keahliannya. Beliau juga punya peran sentral membebaskan tanah dan membangun kantor PWI ini," sebut Ciwek, wartawan senior yang mengawali karier jurnalistiknya di Pariaman. Dia bermitra dengan Walikota Pariaman Mukhlis Rahman yang saat itu menjabat Kepala Bagian Humas Kabupaten Padang Pariaman.
    Mantan Komisaris Koran Harian Padang Ekspres dan Owner portal berita sumbarsatu.com yang juga pengusaha itu menyebutkan, di Balai Wartawan (kantor PWI kini) dahulunya tempat semua wartawan berkumpul sebelum ke lapangan meliput berita.
    Ciwek menegaskan, darah daging seorang wartawan tidak lain adalah kode etik jurnalistik. Hal seperti itu, menurutnya makin sensitif di tengah banyaknya wartawan yang mengabaikan sisi tersebut, demi sebuah ekspektasi lain. Kode etik jurnalistik itu adalah nuraninya wartawan, kompas moralnya para jurnalis.
    "Wartawan juga seorang periset, jika dihadapkan pada sebuah kasus atau peristiwa. Tidak hanya sekedar mengejar berita yang terlihat di permukaan," ungkapnya.
    Sebagian besar para wartawan senior itu berkomtar, bahwa Silatwapia yang diadakan PWI Padang Pariaman sangat luar biasa, dan patut diadakan secara kontinyu. Apalagi, menyatukan wartawan dalam satu acara bukanlah perkara mudah, karena ego wartawan itu sulit untuk diatur, dan paling tidak suka dengan protokoler.
    Rahmat Wartira yang jadi pembicara utama menilai, seorang pekerja jurnalistik haruslah berjiwa kesatria. Artinya, ketika terjadi kesalahan dalam menulis berita, atau salah cetak, wartawan dengan cepatnya minta maaf pada pihak yang merasa dirugikan. "Jika memang profesi wartawan itu jadi pilihan, maka banggalah dengan pekerjaan itu," ungkap Adek, sapaan Rahmat Wartiwa yang asli Piaman itu.
    "Seorang wartawan harus memiliki sense of journalism, kode etik jurnalistik, UU pokok pers dan UU perusahaan pers. Godaan wartawan adalah diri dan pekerjaannya. Dia bisa mengkriminalisasi, bisa juga dikriminalisasi," kata dia.
    Benteng pertama seorang wartawan, adalah dirinya sendiri. Dan jangan pernah berniat mengkhianati profesi. Seorang wartawan harus berjiwa ksatria, harus murah menyebut kata maaf jika dia salah, jangan tunggu pula pengajuan hak jawab dari objek berita yang sudah membuat orang lain merasa rugi.
    Menurutnya, tidak ada pekerjaan yang tidak menanggung risiko. Ibarat pepatah Minang; indak ado maambiak cikarau nan kaindak kanai luluak', karena cikarau itu hanya ada di dalam luluk atau lumpur itu sendiri.
    Ketua PWI Ikhlas Bakri menyebutkan, di samping Silatwapia, pihaknya juga minta dukungan dari para senior untuk HPN tingkat nasional di Kabupaten Padang Pariaman 2017 mendatang. Kemudian, buku yang berjudul; Lebih Dekat dengan Wartawan Piaman yang diterbitkan saat HPN Sumatera Barat tahun lalu, ingin di tambah dengan biografi para wartawan senior dalam rencana centakan kedua yang akan datang. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar