wartawan singgalang

Kamis, 05 November 2015

Syafrizal Tanjung Walikorong yang Lihai Memanfaatkan Hutan

Syafrizal Tanjung
Walikorong yang Lihai Memanfaatkan Hutan

Batang Anai--Satu kawasan kebun warga berisi aneka ragam pepohonan. Ada pohon jengkol, petai, durian, nangka, karet, pinang, asam kandis dan lain-lain. Berbaur. Bersama pepohonan lain, beragam tanaman ini memenuhi hutan Nagari Sungai Buluah, Kecamatan Batang Anai, Padang Pariaman.
    "Dari sinilah kami hidup sehari-hari. Kami menanam pohon-pohon ini karena berumur lama. Sampai anak cucu kami masih bisa menikmati. Itu juga menjadi hutan yang bermanfaat bagi kami," kata Syafrizal Tanjung, Walikorong Kuliek, Nagari Sungai Buluah.
    Tak mudah akses ke hutan sana. Hanya bisa menggunakan sepeda motor sebagian, lalu berjalan kaki. Jalan setapak, cukup terjal, berliku dan naik turun pula. Kala musim hujan, jalan licin dan becek. "Ini warga gotong royong buat jalan setapak dan jembatan. Kami harapkan pemerintah bisa memperhatikan kesulitan akses jalan ini. Tak usah jalan lebar. Cukup pengerasan hingga musim panas maupun hujan kami bisa mudah ke kebun," sebut dia.
    Di sana, sebagian tanaman sudah mulai berbuah. Pohon petai menjulang tinggi dan berbunga. Jengkol pun berbuah lebat. Karet sudah mulai sadap. Di bawah pohon, Walikorong Syafrizal Tanjung menanami cabai, jahe, kunyit dan tanaman lain. "Kami di sini gini, lahan di bawah pohon juga ditanami. Jadi, tak kosong. Tanaman keras sampai bumbu-bumbu juga ada. Lumayan, kan," ungkapnya.
    Sebagian lahan baru mulai tanam. Tampak, pohon durian, karet, jengkol, petai sampai karet baru berumur sekitar setahun. Daun berwarna hijau muda sungguh menyegarkan mata. Di kebun Syafrizal, tanaman mulai panen; jengkol 30 batang, 15 durian, dan petai 14 pohon. Dia mulai menanam lagi 50 pohon durian, 75 jengkol, dan ratusan karet.
    Di bagian lain tampak tanaman karet, durian sampai jengkol yang sudah berumur puluhan tahun. "Ini dulu, nenek moyang kami yang menanamnya. Kami masih bisa menikmatinya sampai sekarang," ulas dia.
    Menurut dia,  panen petai dan durian baru saja usai dan mulai berbunga lagi. Kini, warga bersiap panen jengkol. Biasa mereka menjual jengkol masih dengan kulit per karung berisi 28 kg. "Kalau harga lagi tinggi, per karung bisa Rp1,4 juta. Sekarang, lagi banyak panen, hanya Rp400 ribuan per karung. Mungkin ada sekitar 30 karung di kebun," ujar Syafrizal.
    Pada panen lalu, petai Rp15.000 per 10 tangkai. Kadang lebih mahal. Sedangkan asam kandis tak pakai musim, selalu ada. Buah kering per kg Rp5.000. Di dataran rendah, warga juga bercocok tanam, dari padi, jagung, sampai kacang-kacangan. Hamparan sawah tampak di sekitar perumahan warga. "Semua yang kami tanam ini alami, tak ada yang pakai pupuk kimia," ucap Syafrizal.
    Syafrizal menyebutkan, bahwa tanamannya tak hanya sejenis itu. Tanaman seperti durian, jengkol sampai petani itu buah musiman. "Kalau habis panen durian, kami tak putus. Menyusul panen petai, lalu jengkol. Yang bisa tiap hari diambil, karet dan asam kandis atau pinang. Kalau semua tanaman sama kami sekali saja panen, sudah itu mau kerja apa," tanya dia. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar