wartawan singgalang

Sabtu, 07 November 2015

Joni Budiman Tujuh Tahun Tinggal di Pondok Buruk Bersama Keluarganya

Joni Budiman
Tujuh Tahun Tinggal di Pondok Buruk Bersama Keluarganya

Lubuk Alung--Bahagia ada di gubuk reot, kata mendiang KH Zainuddin MZ, suatu ketika dalam ceramahnya. Jadi, kebahagiaan itu tidak melulu adanya di rumah mewah. Barangkali ini benar yang di resapi Joni Budiman dan istrinya Elvina Junita.
    Buktinya, sudah tujuh tahun pasangan suami istri ini tinggal dalam sebuah pondok buruk, ukurannya kecil pula. Hanya 3x4 meter. Tetapi, sudah empat orang anak sebagai buah perjuangannya lahir dan mulai tumbuh besar dalam rumah demikian.
    Rumah yang terletak di Gamaran, Korong Salibutan, Nagari Lubuk Alung, Padang Pariaman itu jauh pula dari keramaian. Namun, apa yang hendak dikata. Di situ pula adanya tanah milik orangtua Elvina Junita, istri Joni Budiman. "Untung tetangga sebelah mau menyambungkan kabel listrik, sehingga di malam hari kami bisa berterang-terang," ujar dia.
    Joni Budiman yang kelahiran 1977 ini, sehari-hari berprofesi sebagai tukang ojek di Pasar Lubuk Alung. Anaknya yang besar, laki-laki sudah duduk di bangku kelas enam SD. "Yang paling kecil nomor empat ini yang masih harus digendong tiap hari. Selebihnya telah sekolah," cerita dia saat bersua Singgalang di kediamannya, Sabtu (7/11).
    "Dari dulu, sampai sekarang saya hanya mengojek," katanya. Mengojek sekarang tak lagi seperti di awal dulu. Sekarang, untuk mencari uang Rp50 ribu sehari saja mintak ampun susahnya. Namun, Joni tak pula berputus asa dengan pekerjaan yang digelutinya. Dia tetap sabar dan tabah, demi untuk kebutuhan makan anak dan istrinya.
    Untung pula dia dapat istri yang sesuai dengan seleranya. Cantik waktu mudanya, dan tak banyak neka-neko. Sang istri, Elvina Junita yang telah memberi dia buah hati sebanyak empat orang itu terkenal pula dengan keuletannya. Tak ingin hanya menunggu, Elvina pun terjun mencari pekerjaan apa yang patut di kerjakannya.
    "Kadang mencetak batu bata. Kadang pergi ke sawah orang lain. Kalau hanya mengandalkan dari usaha suami, tentu tak makan anak-anak ini," ungkapnya. Awal pascagempa memang banyak pesan orang akan batu bata untuk membangun kembali rumahnya yang punah, sehingga banyak pula pekerjaan kala itu. Tetapi, sekarang hal itu telah berkurang.
    Elvina Junita yang lahir pada 1982 ini sangat ingin punya rumah sederhana. Tetapi hal itu hanya bisa bersua dalam mimpi. "Melihat kondisi pekerjaan yang kami lakoni, kayaknya susah untuk bisa punya rumah sederhana, alias tidak rumah kayak sekarang, yang hanya gubuk reot," katanya.
    Pasangan suami istri ini sempat iba hatinya, di saat adanya bantuan bedah rumah yang banyak di sebar dulunya oleh Mulyadi, anggota DPR RI. "Kami tak tahu. Yang jelas kami di suruh ke Limpato, pertemuan dengan Mulyadi yang sekaligus penyerahan rumah. Di mana tersangkutnya, kami juga tak pernah menanyakan lagi. Yang jelas, rumah yang di janjikan untuk kami itu sampai sekarang tak ada," ungkapnya.
    Apalagi, kata Elvina, motor yang di pakai suaminya sekarang masih dalam status kredit. Tentu harus dua pula yang akan diusahakan tiap hari dari jasa ojeknya. "Satu untuk makan kita berkeluarga, dan satu lagi untuk pengansur kredit supaya jangan sampai menunggak," ungkapnya.
    Joni Budiman mengaku, kredit yang harus dia bayar tinggal delapan bulan lagi. Sebulannya mencapai Rp500 ribu.
    Walinagari Lubuk Alung Harry Subrata bersama Kaur Kesra-nya Yardi mengusahakan masyarakat yang rumahnya tak layak huni, untuk dapat bantuan dari pemerintah. "Kita telah mendatanya, untuk bisa diajukan ke program bedah rumah melalui Dinas Sosial," kata mereka. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar