wartawan singgalang

Sabtu, 07 November 2015

Masih Ada Penebang Liar di Hutan Sungai Buluah

Masih Ada Penebang Liar di Hutan Sungai Buluah

Batang Anai--Di Nagari Sungai Buluah, selain tanaman yang sudah dikelola warga, banyak potensi lain yang bisa dimanfaatkan, seperti rotan, manau, madu hutan, pandan, bambu, jamur, sarang walet sampai objek wisata. Ada beberapa lokasi berpotensi menjadi tempat pemandian, air terjun di Lubuak Sarasah, sampai arung jeram seperti di Kuliek dan Salisikan.
    Masyarakat berencana menjadikan itu sebagai objek wisata alam. Air deras berbatu-batu besar dengan kiri dan kanan penuh dengan pepohonan rimbun, menjadi pemandangan indah dan menarik. "Sudah mulai ramai tempat ini kalau hari libur. Orang dari kota datang ke sini untuk mandi bersama keluarga," kata Syafrizal Tanjung, Walikorong Kuliek menunjuk ke arah Sungai Salisikan, beberapa orang bermandi riang di tengah air deras di sela-sela bebatuan.
    Keragaman hayati pun masih banyak di hutan ini. Ada harimau Sumatera, kukang, kijang, landak, monyet, rusa, babi hutan sampai berbagai macam spesies burung dan mamalia kecil. Untuk jenis kayu, ada mahoni, madang, surian, paniang-paniang dan lain-lain.
    Salisikan dan Kuliek, dua dari delapan korong di Nagari Sungai Buluah, Kecamatan Batang Anai, kabupaten Padang Pariaman. Selain itu, ada Korong Kampuang Apa, Tanjuang Basuang, Banda Cino, Kabun, Talang Jala dan Pasa Usang.
    Nagari Sungai Buluah, sepertiga kawasannya berada di Bukit Barisan dengan topografi berbukit, dengan ketinggian 12-800 meter dari permukaan laut. Penduduk nagari ini sekitar 14.672 jiwa atau 3.542 keluarga dengan luas wilayah 19.250 hektare. Warga di sini terdiri dari beberapa suku, antara lain, Suku Panyalai, Tanjuang, Koto, Jambak dan Guci.
    Saharuddin, Walinagari Sungai Buluah mengatakan, warga menjaga hutan agar tak terjarah. Terlebih, Korong Salisikan dan Kuliek, berada di dataran tinggi. Kalau hutan gundul, maka bencana alam terjadi. Warga pun melakukan pengawasan dan patroli hutan mandiri serta bergiliran. Hutan nagari yang difasilitasi Warsi, di lokasi hulu sungai Korong Salisikan dan Kuliek seluas 2.500 hektare. Sedangkan keputusan hutan nagari seluas 1.336 hektare, dari Kemenhut RI keluar pada 2 Desember 2013.   
    Meskipun begitu, menjaga hutan bukan perkara mudah. Ada saja tangan-tangan jahil menebang pohon terutama di hutan larangan. "Masih ada penebang liar. Beberapa waktu lalu warga memergoki tiga orang penebang liar. Mereka melarikan diri, tapi gergaji mesin berhasil disita," kata Saharuddin.
    Tak pelak, beberapa bagian hutan yang harus terjaga sempat terbabat. Hal ini pula yang menambah dorongan mereka mendapatkan hutan nagari. "Sekaligus mengelola, kami juga bisa mengawasi hutan lebih ketat lagi," ujar Saharuddin.
    Warga nagari sudah mengalami beberapa kali banjir dan longsor dampak hutan terjarah. Terakhir pada 2013 lalu. "Jembatan, jalan, rumah-rumah sampai lahan pertanian habis terendam. Tanggul di Salisikan juga jebol," cerita dia.
    Hal ini dibenarkan M. Hasan K, Walikorong Salisikan. Dia memperlihatkan bekas tanggul jebol yang hingga kini belum diperbaiki oleh pemerintah. Batu-batu tampak berserakan tak beraturan di tepian Sungai Salisikan.
    "Tanggul cuma batu ditumpuk-tumpuk. Hujan deras, jebol. Habis rumah, dan sawah warga. Itu karena hutan di sana ada yang nebang," katanya, sambil menunjukkan hutan di dataran tinggi di seberang sungai. Dia berharap, pemerintah segera membangun kembali waduk dengan lebih permanen. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar