wartawan singgalang

Minggu, 02 Maret 2014

Syekh Muhammad Hatta yang Memulai Dikie dan Ratik Tolak Bala

Syekh Muhammad Hatta yang Memulai Dikie dan Ratik Tolak Bala

Nan Sabaris---Bagi masyarakat Piaman, perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW itu berlaku tiga bulan. Sejak dari bulan Rabiul Awal, hingga Jumadil Awal. Bahkan, lewat dari tiga bulan itu, peringatan maulid ada juga dilakukan. Tak heran, hingga saat ini masih terdengar suara urang siak badikie, memperingati hari kelahiran pemimpin umat Islam demikian.
    Badikie, tak banyak lagi ulama yang mengetahuinya. Yang jelas, peringatan maulid dengan memcaba Kitab Sarafal Anam itu, di Piaman disebut badikie. Itu irama khas Piaman, yang tak dijumpai di daerah lainnya di seatero nusantara ini. Orang kampung banyak yang tak paham makna apa yang dibaca oleh tukang dikie itu.
    Bagi masyarakat, kalau peringatan maulid, selain badikie di masjid dan surau, dia harus menyediakan lamang dan makanan untuk jamuan di tempat acara, dan dirumahnya. Siapa yang mengajarkan dikie itu awalnya?
    Tersebutlah seorang ulama besar dibilangan Kecamatan Nan Sabaris. Dia adalah Syekh Muhammad Hatta. Ulama yang juga dikenal dengan Syekh Dikie ini dimakamkan di Nagari Kapalo Koto, Kecamatan Nan Sabaris. Tepatnya di komplek Masjid Muhammad Hatta.
    H. Khatib Idris, salah seorang keturunan Syekh Muhammad Hatta menyebutkan, Beliau Syekh Muhammad Hatta seangkatan dengan Syekh Abdurrahman, Padang Bintungan, dan Syekh Mato Aia, Pakandangan. Ketiga orang ulama besar pada zamannya itu pulalah yang mencetuskan acara basafa yang dilakukan tiap tahunnya oleh kaum Syatariyah hingga saat ini.
    "Syekh Muhammad Hatta berbeda cara dakwah yang dilakukannya ditengah masyarakat, bila dibandingkan dengan dua ulama itu. Namun, sama-sama menyebarkan agama Islam. Syekh Muhammad Hatta lebih menitik-beratkan pada pekerjaan yang dilakukan urang siak saat ini," cerita Idris bersama Ridwan Tuanku Bagindo, yang masih terbilang cicit oleh Syekh Muhammad Hatta demikian.
    Idris memperkirakan, Syekh Muhammad Hatta wafat pada tahun 1921 M. Dikie dia ciptakan sendiri ditepi pantai Ulakan. Suara naik turun, disesuaikan dengan gelombang ombak yang menghempas pasir di pantai. Dan selanjutnya, dikie dikembangkan kepada orang-orang yang mau belajar. Dibuatlah sebuah surau, yang akhirnya menjadi Masjid Muhammad Hatta, lantaran dia memulai pembangunannya dulu.
    Sebagai penghargaan kepada Syekh Muhammad Hatta, sebelum urang siak melakukan ritual basafa ke Ulakan, saat bulan Syafar, pasti ziarah dulu ke makam Syekh Muhammad Hatta. Bagi urang siak, terutama para tukang dikie, jasa besar Syekh Muhammad Hatta sangat besar sekali.
    Disamping itu, Syekh Muhammad Hatta juga ulama pencetus ritual ratik tolak bala. "Pertama kali hanya dia sendiri yang berkeliling kampung, sambil membaca kalimah Tuhan, saat itu terjadi musibah yang luar biasa. Lama-kelamaan, banyak orang kampung yang ikut ratik, yang hingga kini mulai berkurang dilakukan ditengah masyarakat," ungkap Idris.
    Sangat disayangkan, makam ulama yang cukup punya jasa itu belum dianggap apa-apanya. Makam itu belum dijadikan cagar budaya oleh pemerintah. Tentu hal ini patut diberikan, mengingat perjuangan yang dilakukannya, yang sampai saat ini masih langgeng adanya. (damanhuri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar