wartawan singgalang

Senin, 28 September 2015

Tinggal Dalam Rumah tak Layak Huni Listriknya Belum Pula Ada

Tinggal Dalam Rumah tak Layak Huni Listriknya Belum Pula Ada

Lubuk Alung--Sudah sepekan lamanya Jusmaini diserang penyakit asma. Turun naik saluran pernafasannya tampak kencang. Kalau dia berjalan, tiap sebentar harus berhenti lantaran tak kuat menahan rasa capek. Tinggal dalam sebuah pondok tak layak huni, membuat ibu berusia 45 tahun ini banyak bermenung. Mungkin meratapi nasibnya yang belum seberuntung orang lain di sekelilingnya.
    Bersama suaminya Buyuang, Jusmaini mengaku sudah lama tinggal dalam pondok berukuran 2x3 meter di Jorong Kampuang V Koto, Korong Balah Hilia, Nagari Lubuk Alung itu. Buyuang, sang suami tercintanya jarang pulang. Tiap hari kerjanya mencari barang bekas untuk selanjutnya dijual pula buat menyambung hidupnya. Sekali pulang, banyak barang-barang bekas yang dibawa Buyuang.
    Tak heran pula, di samping rumah kecilnya itu ada ruangan penyimpan barang bekas, seperti botol Aqua, kaleng susu, botol plastik lainnya. "Kalau sekilo hanya Rp1.200 dibeli induk semang. Kadang lah lama kita kerjakan pembersihannya, eh cuman beratnya lima kilo," cerita dia.
    Pasangan suami istri ini telah dikarunia dua orang anak. Seorang anaknya telah meninggal dunia. Tinggal seorang anak gadisnya, yang baru saja melepaskan masa lajangnya sekitar sebulan yang lalu, dan kini tinggal tak jauh dari pondoknya itu dengan menyewa sebuah rumah milik masyarakat Kampuang V Koto, bersama suaminya. Maklum, pondok kecil ini tak cukup untuk mereka bersama.
    Pondok kecilnya yang pas terletak di pinggir Irigasi Anai I itu hanya sebuah kamar kecil, ruangan, dan dapur. Tak ada listrik yang menyala dalam rumah itu bila malam hari. Yang ada hanya lampu togok. Soal berita tv atau sinetron apa yang disukainya, jangan tanya sama Jusmaini. Tak pernah dia menonton tv, apalagi mendengar radio.
    Sabtu (26/9), Jusmaini merasa terkejut. Di luar dugaannya, rumah kecilnya didatangi banyak tamu, yang tentunya ingin melihat dari dekat keadaan yang sebenarnya dialami Jusmaini. Ada Kepala Dinas Kesehatan Padang Pariaman, Dr. Aspinuddin bersama sejumlah anak buahnya yang bertugas di Puskesmas Lubuk Alung. Ikut pula Kaur Kesra Pemerintahan Nagari Lubuk Alung; Yardi, Kepala Jorong Kampuang V Koto; Jasmihardi.
    Pengakuan Bujang, sapaan akrap Yardi dari Kaur Kesra Nagari Lubuk Alung, tahun ini dan tahun sebelumnya memang Jusmaini belum kebagian jatah beras miskin atau Raskin. Namun, secara kemanusiaan pihaknya tertap menaikkan namanya sebagai keluarga yang patut dapat bagian tersebut. Tetapi, entah dimana kendalanya, jatah Raskin untuk nagari itu belum ada perubahannya dari data awal dulu.
    Jasmihardi yang baru jadi Kepala Korong di Kampuang V Koto itu melihat, ada banyak rumah tak layak huni yang dia jumpai di korongnya. "Dari data yang kami lakukan, ada 15 unit rumah tak layak huni seperti rumah Jusmaini ini. Sebagai perangkat nagari yang paling bawah, kami hanya membetulkan data yang sebenarnya," kata dia.
    Bujang dan Jasmihardi ingin, di Korong Balah Hilia yang begitu besar butuh penambahan bidan desa. "Nampaknya, seorang bidan untuk satu korong tak cukup. Korong ini punya sembilan jorong. Luas pula. Tentu sangat tidak terjangkau oleh seorang bidan desa, untuk melihat kondisi masyarakat," ungkapnya.
    Aspinuddin, Kepala Dinas Kesehatan Padang Pariaman minta pada Jusmaini untuk segera mendatangi Puskesmas Lubuk Alung. "Kita harus cek dulu kesehatannya. Sebab, menentukan apakah dia terserang asma, atau TBC harus melewati medis," katanya.
    "Program Padang Pariaman Sehat (PPS) itu diluncurkan, adalah untuk mengawasi semua lini kehidupan masyarakat. Lewat PPS, jangan adalagi rumah masyarakat yang tidak terkunjungi. Kondisi Jusmaini mengundang program SKPD lainnya, seperti Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, lantaran berkaitan dengan kondisi rumah yang tak layak huni," ungkapnya. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar