wartawan singgalang

Kamis, 24 September 2015

Zainal Abidin, Tukang Tambal Sepatu di Perkampungan Sepi

Zainal Abidin, Tukang Tambal Sepatu di Perkampungan Sepi

Sungai Limau--Tinggal di sebuah gubuk beratap rumbia peninggalan mendiang orangtuanya, tak membuat Zainal Abidin kaku. Setiap hari bapak berusia 65 tahun ini menunggu kedatangan banyak tamu yang ingin memperbaiki sepatunya. Kalau ada orang yang akan memperbaiki sepatu atau sandalnya, maka dapat uanglah dia untuk menghidupi lima orang anaknya.
    "Yang namanya hidup di kampung, ya beginilah nasib. Kadang ada yang mau mengupahkan sepatunya ke kita. Kadang, tidak sama sekali. Jadi, tak ada pasnya berapa penghasilan dalam sehari. Paling banyak itu Rp50 ribu sehari, dan ada pula yang hanya Rp20 ribu. Itu kalau banyak sepatu orang yang rusak," ujar Zainal Abidin.
    Zainal Abidi yang sudah ditinggal istrinya karena meninggal dunia itu, mengayuh biduk kehidupan surang diri. Untungnya, empat dari lima anaknya telah dewasa dan mampu hidup di kaki sendiri. "Tingga surang sibungsu nan sedang bersekolah di Kota Pariaman, yang biayanya saya sendiri yang mencarikan," ceritanya.
    Membuka usaha sol sepatu di kampung lengang yang tak begitu ramai; Lampanjang, sebuah korong dalam Nagari Kuranji Hilia, Kecamatan Sungai Limau, Padang Pariaman tampak Zainal Abidin tabah dan sabar menjalani usahanya. Bunyi besingan mobil dan motor sesekali, seolah-olah menjadi irama tersendiri olehnya dalam mengisi kekosongan hidupnya, untuk berusaha yang memang dianjurkan pula dalam agama.
    Zainal Abidin melakukan kerja itu sudah sejak lama. Sebelum memutuskan hidup di kampung halaman, Zainal pernah hidup dan lama tinggal di Pulau Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Kerasnya hidup di rantau, ditambah perginya istri yang dia cintai, maka Zainal memilih untuk menetap di Lampanjang, jalan lintas Sungai Limau - Sungai Geringging.
    Satu hal yang pernah dirasakan Zainal Abidin, dia pernah sukses dulunya dalam usaha produksi sepatu di Kota Medan, Sumatera Utara. "Memang, roda kehidupan itu selalu berputar sesuai kehendak Tuhan. Kini, roda awak sadang di bawah. Ya, terpaksa dijalani saja dengan penuh syukur pada Yang Maha Kuasa," doa dia.
    Menurut dia, permintaan akan perbaikan sepatu berasal dari PNS tiap awal bulan. Namun, itu tidak selalu pula. "Kita tahu, gaya hidup orang sekarang itu, bila sepatu atau sandal tak lagi bisa dipakai, ditaroknya saja di rumah. Dan gantinya sebuah sepatu baru telah pula ada.
    Bagi masyarakat Sungai Limau dan Sungai Geringging sol sepatu Pak Zainal Abidin sudah tidak asing lagi. Bagi pegawai rendahan, atau guru sekolah dasar, dan masyarakat biasa banyak mengupahkan sepatunya yang telah punah ke Zainal ini. Zainal pun dalam mengerjakan itu tak pakai waktu lama. Seumpama pagi diletakkan oleh yang punya, sore atau siangnya sudah bisa diambil kembali, yang tentunya dengan keadaan sepatu yang awalnya robek, sudah terjahit dengan rapinya. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar