wartawan singgalang

Selasa, 12 Mei 2015

Ponpes Nurul Yaqin Ringan-Ringan Pesantren yang Terus Mencetak Ulama dan Cendikiawan

Ponpes Nurul Yaqin Ringan-Ringan
Pesantren yang Terus Mencetak Ulama dan Cendikiawan

Padang Pariaman--Siang itu suasana di komplek Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Yaqin tampak tenang. Tidak ada suara terdengar. Semua santri tengah berkonsentrasi mengikuti ujian nasional. Tiap sebentar, Muhammad Rais Tuanku Labai Nan Basa, Kepala Stanawiyah sekaligus Penjab Wajar Dikdas 'Ulya Ponpes itu mengawasi santri sekaligus guru yang sedang mengawasi santri yang ikut ujian nasional, Selasa (5/5-2015) itu.
    Ponpes yang terletak di Korong Ringan-Ringan, Nagari Pakandangan, Kecamatan Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman itu termasuk pesantren yang mengalami kemajuan luar biasa bila di bandingkan dengan pesantren tradisional lainnya di daerah itu. Sekarang, pesantren yang didirikan oleh Syekh H. Ali Imran Hasan tahun 1960 itu mengalami kemajuan yang amat pesat. Muhammad Rais yang juga salah seorang pengurus di pesantren itu menyebutkan, jumlah santri yang menuntut ilmu mencapai 715 santri.
    "Dulu ada tingkat Ula. Yakni, pendidikan yang setingkat dengan sekolah dasar. Sekarang sudah tidak ada lagi. Yang ada hanya Wustha dan 'Ulya. Yakni setingkat Stanawiyah dan Aliyah. Santri yang tamat 'Ulya itulah yang diberi gelar tuanku oleh pendiri sekaligus guru besar pesantren; Syekh Ali Imran Hasan," cerita Muhammad Rais.
    Menurut dia, para santri yang telah menyelesaikan pendidikan 'Ulya tidak harus meninggalkan pesantren. Sebab, sehabis itu masih ada lagi jenjang pendidikan yang harus di ikutinya; Bustanul Muhakkikin dan Bustanul Muddakikin. Kedua tingkatan demikian, merupakan kajian mendalam yang di ikuti oleh santri senior, yang pada umumnya mereka yang sudah bergelar tuanku. Lamanya pendidikan di dua lembaga itu mencapai dua tahun.
    Ponpes Nurul Yaqin yang berdiri di bawah Yayasan Pembangunan Islam El-Imraniyah (YPII) tersebut, boleh di bilang lembaga pendidikan agama (Islam) yang cukup mewarnai dinamika pengembangan agama di tengah masyarakat Padang Pariaman dan Sumatera Barat. Tiap tahun pesantren ini selalu mengeluarkan alumni dan tamatan yang cukup hebat, dan menyebar di berbagai lini kehidupan, di samping banyak pula yang melanjutkan pengabdian dalam mengembangkan pendidikan pesantren serupa di tempat lainnya di Ranah Minang ini.
    Untuk memenuhi tuntutan perkembangan zaman di dunia pendidikan pesantren, yang dikendalikan oleh Kementerian Agama, Nurul Yaqin tidak menyia-nyiakan hal demikian. Setelah selesai di 'Ulya, para santri dilanjutkan ke Ma'ad 'Ali. "Jadi, di samping ada yang keluar, juga ada yang kedalam. Bustanul Muhakkikin dan Bustanul Muddakikin merupakan istilah di dalam lingkungan pesantren. Sedangkan Ma'ad 'Ali istilah yang digunakan untuk keluarnya; Kementerian Agama sebagai lembaga yang mewadahi pesantren dalam urusan pemerintah," sebut Muhammad Rais.
    Semua santri yang sebanyak itu diasramakan. Bangunan Rusunawa yang difasilitasi Kementerian Perumahan Rakyat RI tegak dengan megahnya. Bangunan yang cukup mewah untuk ukuran orang-orang surau tersebut mampu menampung sebanyak 315 santri. "Ruangan bertingkat itu sengaja dibangun tidak berkamar. Melainkan ruangan memanjang, sehingga santri yang nginap tidak dibatasi oleh dinding pembatas. Ini dimaksudkan, agar pembangunan karakter santri lebih terlatih untuk tidak berbuat yang tidak-tidak," ujar dia.
    Muhammad Rais menceritakan, santri dan santriwati yang sebanyak itu dididik oleh guru pesantren sebanyak 35 orang plus pimpinan. Sedangkan guru umum tercatat sebanyak 41 orang. Santri belajar siang dan malam. Di samping pelajaran wajib yang di ikuti semua santri dalam kelas, pesantren ini juga memberlakukan pelajaran tambahan, yang kalau di sekolah umum disebut ekstra kurikuler.
    "Kami membuat yang namanya Pondok Alquran. Di lembaga ini diajarkan Hafidz Quran, Fahmil Quran, Tartil, dan Tilawah. Lewat pendidikan ini pula para santri Nurul Yaqin mampu memberikan yang terbaik dalam Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ), baik tingkat Padang Pariaman maupun tingkat Sumatera Barat. Tak jarang, santri pesantren mampu merebut juara umum, karena memang ada lembaga yang selalu aktif memberikan pelajaran setiap waktunya," ungkapnya.
    Lebih dari itu, lanjut Muhammad Rais, santri Nurul Yaqin telah mewarnai dalam Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) di tingkat nasional mewakili Sumatera Barat. Demikian itu tentu tidak terlepas dari kajian kitab kuning atau kitab gundul yang memang jadi bidang studi wajib di pesantren ini. "Pokoknya setiap kali MQK atau lomba kitab kuning, santri kita selalu ikut, dan itu hampir pula semua jenis kitab yang di lombakan," kata Muhammad Rais.
    Sekarang, Ponpes Nurul Yaqin bisa di bilang barometernya pendidikan tradisional di Padang Pariaman. Karisma pendiri pesantren; Syekh Ali Imran Hasan membuat pesantren itu dibanjiri santri yang datang dari berbagai daerah di Sumatera Barat. Bahkan, ada santri yang datang dari luar Sumbar. Pesantren ini mampu melihat masa depan panjang bagi santrinya sendiri. Untuk itu, selepas mengikuti semua jenjang pendidikan di pesantren, banyak para santrinya yang melanjutkan ke berbagai perguruan tinggi dalam dan luar negeri. Karena berdasarkan agama yang kuat, santri lebih banyak memilih perguruan tinggi agama pula, seperti IAIN, STIT, STAIN dan perguruan tinggi agama Islam lainnya. Dengan itu pula, Nurul Yaqin di samping mencetak ulama, juga menjadikan santrinya sebagai cendikiawan muslim yang mumpuni.
    Untuk mengelola YPII, Syekh Ali Imrah Hasan dan para guru yang ada mempercayakan ke Idarussalam Tuanku Sutan. Bersama pengurus lainnya, Idarussalam yang merintis karirnya sehabis dari pesantren itu di PNS, dan kini menjabat Kepala BKD Padang Pariaman terus mengembangkan pesantren tersebut. Beberapa waktu lalu, dia sengaja mendatangkan KH Hasyim Muzadi, mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang saat ini menjabat Anggota Watimpres untuk memberikan kuliah umum. Idarussalam yang anak kandung Syekh Ali Imran Hasan ini juga menjadikan Bupati Padang Pariaman Ali Mukhni sebagai pembina. Sekecil apapun acara yang dilakukan pesantren itu, Bupati Ali Mukhni selalu hadir dan ikut memberikan kontribusi positif untuk pengembangan pesantren di masa mendatang. (damanhuri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar