wartawan singgalang

Senin, 25 Mei 2015

Menelusuri Kampung Tersuruk 3 Jalan Padang Bungo - Guguak Sepantasnya Diaspal

Menelusuri Kampung Tersuruk 3
Jalan Padang Bungo - Guguak Sepantasnya Diaspal

Padang Sago--Dari Batang Piaman Gadang ke Sungai Pua Tanjung Mutuih sebenarnya dekat. Tetapi kalau pakai mobil, harus balik kanan lagi arah Padang Sago. Sebab, hubungan dua korong dalam Nagari Koto Dalam itu hanya bisa ditempuh dengan motor. Dari Padang Sago banyak jalur yang bisa ditempuh untuk sampai di Sungai Pua Tanjung Mutuih.
    Karena menelusuri kampung tersuruk, Singgalang bersama Erman Sikumbang, tokoh masyarakat Padan Puti, Batang Piaman Gadang, Jumat itu lebih memilih jalur Ambalau - Padang Kabau - Durian Siambai - Padang Bungo - Padang Pauah - Guguak - Tonyok - Buluah Apo, dan belok kiri di Ambacang Gadang, baru sampai di Sungai Pua Tanjung Mutuih.
    Dari Padang Bungo, tepatnya di simpang arah ke Rukam Pauah Manih sampai ke Padang Pauah, sekitar lima kilometer jalan masih jalan tanah yang penuh dengan gelombang. Jalan lebar, karena dirintis dulunya oleh Abri Masuk Desa di zaman Orde Baru. "Kondisi jalan seperti ini harus sopir Medan. Tantangannya berat, dan kalau tidak pandai-pandai, mobil bisa punah dan terpuruk dalam lobang," kata Erman Sikumbang.
    Padang Sago, termasuk kecamatan penghasil kelapa terbesar di Kabupaten Padang Pariaman. Dan itu tersebut di daerah luar, seperti Padang dan Pekanbaru. Tak heran, ketika kita masuk ke dalam perkampungan Padang Sago itu, banyak bersua tanaman yang terkenal dengan nyiur melambai tersebut. Belakangan, kelapa yang dihasilkan Batang Piaman Gadang sudah mudah mengangkutnya ke Padang Sago. Mobil pengangkut bisa tiap hari bolak-balik ke kampung itu, meskipun tanjakan jalan yang cukup curam dan tajam.
    Begitu juga pohon kelapa yang sudah tua. Pengusaha kayu juga sangat mudahnya membawa dengan cepat ke tempat perindustrian kayu yang ada di Ambalau. Kayu pohon kelapa itu ada yang dijadikan papan dan lain sebagainya, sesuai kebutuhan pengusahanya.
    Bagi masyarakat Nagari Koto Dalam dan Nagari Lurah Ampalu yang Singgalang lewati kampungnya untuk sampai ke Sungai Pua Tanjung Mutuih, buah kelapa itu ada yang jemur di tepi jalan, untuk dijadikan kopra. Hampir tiap rumah penduduk sepanjang jalan, menjemur kelapa yang sudah dicukir itu.
    Nazaruddin, Walikorong Guguak, Nagari Lurah Ampalu menyebutkan kelapa cukir itu mencapai enam biji sekilonya. Harga jual kelapa cukir itu hanya Rp2.500 sekilo. Kalau musim kemarau kayak gini, paling sehari atau dua hari sudah kering. Umumnya, kelapa jadi sumber perekonomian masyarakat yang utama, walaupun sebagian masyarakat ada juga yang menanam cokelat dan kelapa sawit.
    Sebagai seorang walikorong, Nazaruddin tiap hari melewati Padang Pauah - Guguak, terus ke Barangan, tempat Kantor Walinagari Lurah Ampalu sebagai kantor atasannya. Dia merasakan betul, jalan Padang Pauah sudah saatnya diaspal, seperti yang telah dilakukan di Guguak. "Sejak saya tahu, jalan Padang Pauah ini masih jalan tanah seperti ini. Kalau musim hujan, jangan coba-coba bawa mobil. Akan susah untuk melaluinya," ujar Nazaruddin. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar