wartawan singgalang

Senin, 25 Mei 2015

Menelusuri Kampung Tersuruk 2 Batang Piaman Gadang Baru Saja Terbebas dari Kuda Beban

Menelusuri Kampung Tersuruk 2
Batang Piaman Gadang Baru Saja Terbebas dari Kuda Beban

Padang Sago--Batang Piaman Gadang dulu sebuah desa. Dalam desa itu ada empat dusun yang terdiri dari Padan Puti, Kampuang Tangah, Anak Aie Pulai, dan Sungai Pocong. Sejak era pemerintahan nagari berlaku, Batang Anai Piaman Gadang langsung jadi korong dibawah Nagari Koto Dalam. Di sebut Batang Piaman, karena di kampung itulah Sungai Batang Piaman mengalirnya sampai ke muaranya di Kota Pariaman.
    Sepertinya, Sungai Batang Piaman masih dijadikan sumber kehidupan oleh masyarakat Batang Piaman. Sungai yang mengalir dengan irama tersendiri itu, airnya lumayan jernih. Di Sungai itulah warga Batang Piaman Gadang mandi pagi dan petang. Sekalian juga tempat buang air besar, mencuci. Dan di tepi sungai itu digali sumur, yang kemudian airnya dijadikan sebagai sumber air minur, yang tentunya terlebih dulu dimasak.
    Jumat (22/5) lalu, Singgalang sengaja melakukan penelusuran di kampung yang masih tersuruk tersebut. Shalat Jumat di Masjid Raya Batang Piaman Gadang, terasa senang dan menyejukan, karena tidak ada kebesingan bunyi kendaraan bersilewaran, seperti di kampung yang agak ramai. Masjid yang berukuran kecil, yang memuat jemaah sekitar 50 orang itu terbilang masjid tua, dan satu-satunya masjid dalam korong itu.
    Masjid-nya tampak baru siap di renovasi pascagempa akhir 2009 silam. Tapi luar dalam dindingnya belum diplaster. Sejak masjid itu ada sampai sekarang tempat wuduknya hanya mengandalkan air Sungai Batang Piaman yang mengalir di depan masjid. Listrik baru saja masuk ke masjid itu beberapa bulan belakangan. Namun, pengeras suara belum ada. Sehingga, kalau muazinnya azan terpaksa hanya di dengar oleh jemaah yang ada dalam masjid.
    Meskipun masjid di renovasi, tetapi sama sekali tidak merubah keaslian masjid. Pakai atap yang memanjang keatas, seperti lazimnya kebanyakan masjid yang ada di wilayah VII Koto lama. "Alhamdulillah, listrik sudah masuk. Belum cukup setahun ini. Dan sebagian besar rumah penduduk pun telah dialiri listrik. Sehingga, masyarakat telah bisa menikmati siaran televisi di sebagian lapau-lapau yang ada," kata Jasman, Walikorong Batang Piaman Gadang bersama Erman Sikumbang, tokoh masyarakat Pandan Puti yang mengajak Singgalang menelusuri kampung tersebut.
    Untuk bisa sampai ke Batang Piaman Gadang kalau pakai mobil, harus melewati Padang Sago. Jalan lumayannya rancak sampai di Ambalau. Namun, dari Ambalau ke Batang Piaman Gadang menempuh jalan aspal beton coran. Penurunannya cukup tajam. Anak-anak Batang Piaman Gadang tiap hari mendaki dan menurun, karena sekolah dasar adanya di Ambalau itu. Dan di Ambalau itu pula letaknya kantor Walinagari Koto Dalam. "Ada sekitar 1,5 kilometer anak-anak dan masyarakat yang menuruni dan menaiki bukik ini," ujarnya.
    Menurut cerita Jasman dan Erman Sikumbang, Batang Piaman Gadang baru beberapa tahun ini terbebas dari kendaraan kuda beban, lantaran telah bisa masuk kendaraan roda empat. Saisuak, untuk mengangkut hasil pertanian ke Padang Sago harus pakai kuda, yang orang sini menyebutnya dengan 'kudo baban'. Belum ada jalan yang beraspal dalam korong itu, selain sebagian kecil jalan yang dibangun oleh PNPM. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar