wartawan singgalang

Selasa, 15 Januari 2013

Tangis dan Pekikkan Membahana di Pasa Usang

Tangis dan Pekikkan Membahana di Pasa Usang

Batang Anai---Tangisan buncah di Pasa Usang. Pekikkan histeris terdengar membahana, melihat darah berserakan akibat kecelakaan maut antara oplet jurusan Lubuk Alung-Padang, BA 2892 FE dengan travel L-300, BB 1130 FD dari Padang Sidempuan, Sumatra Utara menuju Padang. Antrian panjang pun tak terelakkan pagi hingga siang kemarin. Banyak orang melihat pada meneteskan air mata.
    Kejadian sekitar pukul 07.15 pagi Selasa itu disebutkan karena laju kendaraan travel ini lumayan kencang. Sedangkan oplet ini juga sarat dengan muatan, melaju dengan kencang pula, karena mengejar jam sekolah, karena penumpangnya terdiri dari siswa dan guru yang akan belajar dan mengajar di Pasa Usang dan Lubuk Alung.
    Ditempat kejadian, tewas sebanyak enam orang. Masing-masing; Citra Wulandari, Yunisa Afridisma, Jalimar (siswi dan dua guru SMA N 1 Batang Anai), Laura Sintia (siswi SMP N 1 Batang Anai), Fauzi Agustian (siswa SMA N 1 Lubuk Alung), Syamsulrizal (sopir oplet), dan Gusti Prinanda (siswa SMP N 1 Batang Anai) meninggal di Puskesmas Pasa Usang.
    "Ini merupakan kecelakaan yang paling hebat. Meninggal sekali banyak. Untuk kesekian kalinya jalan raya Padang-Bukittinggi itu menelan korban nyawa banyak orang. Sekitar dua jam habis kejadian maut itu, datang pula hujan lebat, yang seolah-olah turun untuk membasuh dan menghilangkan bau darah mayat di jalan raya tersebut," sebut Agusta Alidin, salah seorang tokoh pemuda Pasa Usang.
    Kepala Dinas Pendidikan Padang Pariaman, Mulyadi, Bupati Ali Mukhni, Kapolres daerah itu, AKBP Amirjan turun langsung, melihat dan ikut merasakan duka yang amat dalam. Dari Puskesmas Pasa Usang, seluruh korban, baik yang meninggal dan luka berat dilarikan ke M. Djamil Padang.
    Rasa duka menyelumiti keluarga korban. Agaknya korban maut dijalanan tidak saja terjadi di kota besar di nusantara ini. Tetapi juga bisa dialami di jalan daerah, seperti Pasa Usang, Nagari Sungai Buluah, Padang Pariaman ini. Tangis sang ibu, setelah tahu anaknya meninggal dalam kecelakaan demikian, tak kemana dikadukannya. Seperti biasa, para pelajar itu tiap pagi selalu menaiki oplet untuk bisa sampai ke sekolahnya. (damanhuri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar