wartawan singgalang

Rabu, 09 Januari 2013

Pasangan Suami Istri Itu Sudah Tujuh Tahun Sakit dan Tergolek


Pasangan Suami Istri Itu Sudah Tujuh Tahun Sakit dan Tergolek

Lubuk Alung---Syamsir (60) sudah tujuh tahun mengidap penyakit tinggam api. Jari kaki kananya mulai habis, dan sebagian jari tangan juga sudah buntung-buntung. Penyakit itu tibanya sekali tiga hari. Waktu datangnya bagaikan kembang api yang mau meledak. Panasnya minta ampun, yang menusuk ke sekujur tubuhnya. Sedangkan istrinya, Santi alias Lapuang sudah tujuh tahun pula tergolek ditempat tidur dalam rumahnya.
    Lapuang, ibu dari lima orang putra-putri ini, kata bidan mengalami penyakit syaraf urat pinggulnya, karena terjatuh dari motor ketika berboncengan dengan anaknya tujuh tahun yang silam. Lengkaplah sudah penyakit yang ditanggung oleh pasangan suami istri ini. Sejak sakit, Lapuang tak lagi bisa berbuat apapun. Hanya tidur dan makan minum. Sedangkan untuk buang air besar dan kecil, terpaksalah anaknya dengan ikhlas menampung kotoran demikian dari tempat tidurnya itu. "Duduk saja susah," kata dia.
    Jumat sore lalu, Singgalang diajak menjenguk keluarga ini oleh Camat dan Walinagari Lubuk Alung, H. Azminur dan Harry Subrata, serta Sekretaris Bamus Lubuk Alung, Landi Effendi ke rumahnya; Gamaran, Korong Salibutan, Nagari Lubuk Alung, Padang Pariaman, nun jauh diujung timur nagari itu. Untuk sampai rumahnya, mobil dinas camat harus diparkir ditepi jalan, tepatnya ditepi Sungai Batang Salibutan, dan selajutnya berjalan kaki, menempuh pematang sawah sekitar 30 meter.
    Rumahnya berdiri sendiri ditengah sawah kampung itu. Rumah tetangganya agak jauh dari rumah itu. Terkesan, banyak orang di kampung itu tak banyak yang tahu, kalau Syamsir dan Lapuang mengidap penyakit yang sangat akut. Saking lamanya Lapuang tidur di pembaringan, membuat tubuhnya sudah sangat putih, lantaran tidak lagi terkena angin.
    Syamsir menceritakan, kalau penyakit yang dia derita itu namanya tinggam api. Ada juga orang menamakan dengan biriang asok. Itu istilah kampungnya. Sejak penyakit itu dideritanya, Syamsir belum pernah berobat ke rumah sakit. Hanya obat kampung. Itu pun tak berjalan maksimal. Kakak kandungnya juga mengalami penyakit yang sama dengan dia. Usai meletus, jari-jari kaki dan tangannya langsung mengeras. Dia langsung mengabil sebilah pisau yang tajam, lalu diputusnya dengan pisau tersebut.
    Namun, semangat kerja bapak ini tak pernah putus. Dia terus bekerja sebagai petani kampung, menggarap sawah dan ladang. "Dulu sempat berladang. Kini ndak talok doh lai. Hanya sebidang sawah yang digarap untuk makan anak bini. Kalau turun ke sawah terpaksa pakai sepatu, agar tidak hinggap pula penyakit lainnya," ucap dia.
    Dengan penyakit itu pula, Syamsir dan Lapuang sudah pasrah saja menjalani hidup yang semakin keras ini. Tak heran dari sekian banyak anaknya hanya bersekolah sampai tamat SD. Kalaupun ada yang SMP, itu belum ada yang tamat. Bahkan, penyakit itu diketahui, lantaran ada seorang anaknya yang terbilang agak nakal di sekolah. Gurunya pun heran. Rupanya, sang anak tidak mendapatkan perhatian yang serius dirumah, lantaran kedua orangtuanya, Syamsir dan Lapuang sibuk mengidap penyakitnya yang sangat berat pula.
    Sebagain bantuan emergensi, Camat Azminur dan Walinagari Harry Subrata langsung turun tangan. Memberikan sedikit bantuan. Dan selanjutnya, camat menghubungi Kepala Puskesmas Sikabu Lubuk Alung yang tak jauh dari rumah keluarga itu, untuk bisa dicarikan jalan terbaiknya.
    "Bapak ibu harus berobat dan dirawat dengan baik, agar bisa sembuh seperti sedia kala. Sebab, penanganan suatu penyakit dengan medis sangat besar artinya, dalam menjaga dan memastikan penyakit apa yang diderita namanya. Nanti pihak Puskesmas akan memfasilitasinya," kata Azminur dan Harry Subrata. (damanhuri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar