wartawan singgalang

Rabu, 31 Oktober 2012

Petani Sijangek Belum Terkontaminasi Peralatan Modern

Petani Sijangek Belum Terkontaminasi Peralatan Modern

Patamuan---Matahari yang terbit di pagi hari memancarkan sinarnya ke seantero perkampungan, membuat Bustanul Arifin Khatib Bandaro lebih asik dan santai malambuik padinya yang tengah dipanen. Segepok padi yang baru di sabit, langsung dilemparkannya ke sebuah tong, alat untuk malambuik padi demikian.
    Bagi dia, malambuik padi setiap kali musim panen adalah hal yang telah lama dilakukan. Bahkan, pekerjaan itu sudah menjadi tradisi dalam kampung kecil yang bernama Sijangek, Nagari Sungai Durian, Kecamatan Patamuan, Padang Pariaman. Masyarakat petani lainnya dikampung itu pun tak seorang juga yang menggunakan alat modern, seperti mesin perontok gabah misalnya.
    "Orang kampung lebih memilih pakai tong ini, lantaran hasil berasnya enak. Dan padi yang dirontokkan kayak begini tak banyak yang terbuang-buang, seperti yang terjadi saat memakai mesin. Begitu juga dalam membajak sawah, semua masyarakat petani Sijangek menggunakan tenaga kerbau," cerita Bustanul Arifin.
    Dia melihat, ada sebuah keuntungan bila membajak sawah dengan menggunakan tenaga kerbau. Disamping kedalaman sawah semakin rancak, lumpurnyapun bisa sekalian menjadi pupuk. Akhirnya, hasil tanam padi pun bisa berkembang dengan nuansa yang bagus dan banyak hasil pula. Agaknya, tradisi seperti ini sudah menjadi turun-temurun ditengah masyarakat sejak dulunya sampai saat ini.
    Satu hal lagi yang menjadi kesenangan bertani dengan cara kampung, adalah terbangunnya nilai-nilai kebersamaan diantara petani kampung itu. Masyarakat secara bergantian menggarap sawahnya antara satu petani dengan petani lainnya. Itu berlaku sejak dari mulai membajak sawah, hingga memanen hasil padi yang sudah patut di panen. "Dengan ini, saciok bagaikan ayam, sadanciang bagaikan besi. Itulah nilai yang menjadi kebanggaan bagi masyarakat petani," ujar dia.
    "Yang laki-laki bekerja bersama. Ada yang menyabit, ada pula yang malambuiknya. Sedangkan yang perempuan yang dibantu anak dan menatunya sibuk pula menanak nasi dirumah, untuk diantarkan nantinya kesawah, buat makan orang yang tengah bekerja malambuik padi. Bagi petani, rasa senang bertani itu terjadi, manakala padinya sedang dipanen," kata dia.
    Menurut Bustanul Arifin, bagi petani di Sijangek ini tak begitu banyak mengeluarkan modal buat menggarap sebidang sawah. Bahkan, ada yang hanya dengan modal kerja saja. Untuk pupuk, benih dan kebutuhan lainnya cukup menggunakan benih masyarakat yang lain, yang secara kebetulan berlebih pula. Kadang-kadang pupuknya pun banyak memakai pupuk kandang, alias pupuk organik yang dibuat sendiri.
    Bersama petani lainnya di kampung itu, Bustanul Arifin sedikit merasa lega, karena aliran air dari irigasi kecil tetap lancar. "Ada sekitar 10 hektare lebih sawah yang digarap masyarakat kampung kecil ini. Alhamdulillah, setiap kali selalu digarap untuk lahan pertanian padi. Sesekali ada juga yang dipakai sebagiannya untuk lahan ladang. Mulai dari ladang jagung, cabai dan ladang lainnya.
    Satu hal yang menjadi kesulitan bagi masyarakat petani disini, adalah belum adanya jalan tani untuk memudahkan masyarakat mengangkut hasil panennya keluar dari sawah dengan mudah. "Saat panen ini, kita masih banyak menjujung saja. Bahkan, sampai kerumah padi yang dimasukkan kekarung itu dijujung dikepala. Kedepan, agaknya butuh jalan tani, sehingga kendaraan bisa langsung menjemput hasil panen," pintanya. (damanhuri)

3 komentar:

  1. heehehh,,,,,,mudhan pemerintah membantu dalam pengadaan pangan di kampung saya sijangek,kalau lah begini kapan maju nya kampung kamai dlam pengadan pangan nya,semoga sukses dan maju terus kampung saya,,,,,,,bravo persija,salam ya kepada bustanul arifin yg telah memasukan kedunia maya,,,,,,bikin web dong pak bus,,,,,,

    BalasHapus
  2. salam kepada sanak saudara ambo di kampuang sijangek,mudahan sukses selalu dalam bertani dan dapat hasil yg memuaskan,semoga dikmudian hari dpat meningkatkan hasil panenya dan dapat menyekolah kan kemenakan kami kejenjang sekolah yg lebih tinggi,,,amin

    BalasHapus