wartawan singgalang

Rabu, 03 Oktober 2012

Uniang-uniang Itupun Berharap Harga Jual Kelapa Jadi Mahal

Uniang-uniang Itupun Berharap Harga Jual Kelapa Jadi Mahal

VII Koto---Uniang Sariman bagaikan mimpi saja, tatkala dia ikut mengolah santan kelapa jadi minyak goreng dihadapan banyak orang. Ibu lima orang putra-putri asal Ampalu itu diikut-sertakan dalam pencanangan pemakaian minyak tanak secara nasional oleh Menteri PDT RI, Helmy Faishal Zaini, Senin lalu di Balai Baru, Padang Pariaman. Semula dia tak percaya, kalau keterampilannya itu bisa dilihat oleh Menteri. Sebab, selama ini hal itu digelutinya dengan apa adanya. Membuat minyak dengan cara kampung, dimasak pakai kayu api.
    Satu hal yang jadi kebanggaan bagi Uniang Sariman, adalah masa depan buah kelapa yang selama ini tak punya harga jual yang mahal akan bisa dibalikkan. Apalagi, sebagian palak kelapa dia sudah tergadai pula. Dengan itu, para pedagang kelapa, baik yang dibawa ke Padang maupun yang ke Pekanbaru seenak perutnya saja membeli kepada yang punya. Padahal, kalau didengar harga jual kelapa di Pekanbaru cukup mahal. Sedangkan para toke hanya membeli dengan harga yang sangat murah sekali. Ini tentunya tidak sebanding.
    Bersama pembuat minyak tanak lainnya, yang hari itu dihadirkan sebanyak 150 orang kaum perempuan dari berbagai perkampungan, terutama yang berdekatan dengan lokasi Balai Baru, Nagari Balah Aie, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak tersebut, oleh LSM Jaringan Anti Kemiskinan bersama Forum Komuniukasi Petugas Pencatat Kemiskinan Lapangan (FK P2KL) Padang Pariaman, Uniang Sariman merasa tersanjung sekali. Dia yakin benar, kalau harga kelapa punya masa depan yang cukup cerah dimasa yang akan datang. "Setahun terakhir, minyak tanak tangan ini memang dibeli oleh anak-anak yang tergabung dalam FK P2KL, yang kabarnya dijual ke berbagai rumah makan urang awak yang ada di Jakarta dan daerah lainnya. Alhamdulillah, sejak itu pula buah kelapa awak tak lagi dijual secara bulat-bulat. Melaikan dibiarkan sampai tua diatas batangnya, dan diolah menjadi minyak tanak," cerita Uniang Sariman kepada Singgalang.
    Bagi Uniang Sariman, kegiatan pencanangan pemakaian minyak tanak itu sangat besar sekali artinya. Apalagi dia sempat pula ditanyai oleh Menteri Helmy Faishal Zaini tentang tatacara membuat minyak yang baik dan bisa tahan lama. Uniang Sariman tambah talambuang, ketika cirik minyaknya dimakan pak Menteri dan rombongan. "Lai nyo cubo cirik minyak awak dek pak Menteri. Yo sanang bana hati awak," kata dia lagi.
    Selama ini kegiatan membuat minyak tanak yang dilakoni oleh Uniang Sariman hanya perbuatan sambilan. Artinya, membuat minyak ketika pekerjaan lain telah selesai. Menurut dia, setelah kelapa diparuk, lalu diremas dan menjadilah santan. Lalu santan itu di endapkan atau diparam barang semalam. Besok paginya, barulah dijarangkan santan dalam kuali yang cukup besar diatas sebuah tungku. Untuk kelapa kampungnya, satu botol minyak itu hanya menghabiskan tiga biji kelapa. Memang, kelapa bagian daerah Padang Sago dan sekitarnya sangat terkenal rancaknya. Disamping santannya yang pekat, minyaknya juga banyak. Itu telah lama dirasakan oleh banyak orang diluar daerah Padang Pariaman.
    Ketua LSM Jaringan Anti Kemiskinan Jon Kenedi Martin bersama Ketua FK P2KL Padang Pariaman, Dalinur merasa puas dan senang sekali karena acara yang telah mereka persiapkan sejak jauh hari itu membuahkan hasil yang sangat maksimal sekali. "Kita ingin menjadikan kelapa Padang Pariaman bisa mempunyai nama kembali. Langkah yang telah dilakukan, adalah berkolaborasi dengan seluruh perantau urang awak, terutama yang berjualan nasi agar bisa memakai minyak tanak tangan yang dihasilkan oleh masyarakat kampung. Dan itu telah berjalan cukup baik," kata dia.
    "Bagi kita di LSM ini, kedepannya itu bagaimana palak kelapa yang telah tergadai itu bisa ditebus. Pemiliknya harus menggarap sendirian. Kita juga programkan dalam waktu dekat ini, peremajaan kelapa. Akan ada nantinya penanaman kembali 1.000 kelapa setiap bidang palak masyarakat. Apalagi, penebangan batang kelapa untuk membuat rumahnya kembali pascagempa 2009 silam, hingga sekarang belum ada peremajaannya. Ini tentunya akan menjadikan buah kelapa berkesinambungan terus," ujar Jon Kenedi Martin. (damanhuri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar