wartawan singgalang

Rabu, 26 Agustus 2015

Tinggal Sebuah Persoalan Lagi Keberhasilan Ali Mukhni

Tinggal Sebuah Persoalan Lagi Keberhasilan Ali Mukhni

Padang Pariaman--Lima tahun memimpin, sosok Ali Mukhni dimata Ketua PWI Padang Pariaman Ikhlas Bakri termasuk pekerja keras, ulet dan luar biasa. Di samping itu juga sederhana dan dekat dengan masyarakat. Jika hanya menjadikan masyarakat Padang Pariaman sebagai indikator kedekatan, rasanya sebuah penilaian belumlah objektif. Tetapi menjadikan masyarakat Padang Pariaman yang berada di perantauan bisa dijadikan alat ukur.
    Ini terlihat sekali ketika rombongan beberapa orang wartawan menghadiri peringatan puncak Hari Pers Nasional (HPN) 2014 lalu di bumi Rafflesia Bengkulu. Sesaat menjelang bertolak ke kawasan Benteng Padri, tempat hajatan tahunan yang menjadi HPN perpisahan dengan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, rombongan terlebih dahulu minum pagi di Pasar Minggu.
    Ketka akan menaiki kendaraan plat merah menuju lokasi, seorang warga separoh baya berusia sekitar 50-an tahun dari seberang jalan bertanya, "Ma Ajo Ali? Kami tertegun dan sejenak berfikir. Spontan kami bertanya. "Ajo Ali yang ma?" "Ajo Ali bupati....."
    Kami kemudian menjelaskan bahwa Bupati Padang Pariaman (Ajo) Ali Mukhni tidak hadir dalam rombongan tersebut dan mengutus stafnya di Bagian Humas sebagai pengganti. Secara lansung maupun tidak, dialog singkat tadi telah memperlihatkan kedekatan seorang Ali Mukhni dengan masyarakatnya yang di berada di perantauan.
    Dalam konteks serupa tapi tak sama, seorang kawan yang terbilang masih kerabat anggota DPR RI asal Sumbar Mulyadi pernah pula menuturkan, Ali Mukhni selain bisa menjalin jembatan hati, juga bisa mempertahankannya. Penilaian ini tentu saja bukan tanpa alasan. Tak dapat dipungkiri, aliran dana pusat ke Padang Pariaman memiliki keterkaitan yang erat dengan Mulyadi.
    Selain dana dalam bentuk Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), berdiri megahnya Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) di Pantai Tiram juga tidak terlepas dari peran Mulyadi. Pembangunan BP2IP diawali pada 2012 lalu. Diperkirakan akan selesai pada 2018 mendatang, dengan total biaya sekitar Rp 500 milyar.
    Tindakan Ali Mukhni menggapai sekaligus menerima pembangunan BP2IP ini merupakan sebuah keberanian dan pantas mendapatkan pujian. Bagaimana tidak, Kementerian Perhubungan melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) sudah menganggarkan dana tahap awal pada 2012. Sementara lahan yang dibutuhkan puluhan hektare harus dibebaskan. APBD Padang Pariaman tidak memungkinkan untuk itu.
    Berbekal ilmu dan pengalaman, Ali Mukhni bertindak cepat dan tepat. Kedekatannya dengan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno pun menjadi penentu yang sangat berharga, sehingga pembebasan lahan bisa dibebankan kepada APBD Sumbar.
    Kegigihan Ali Mukhni sangatlah beralasan, BP2IP kehadirannya kelak akan dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup nelayan Padang Pariaman dan Sumbar. Padang Pariaman dan Sumbar beruntung sekali, dari 7 unit BP2IP di nusantara, satu di antaranya berada di Padang Pariaman.
    Tak hanya itu, bisa menempatkan pembangunan Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendikia (MAN IC) di Kecamatan Sintuak Toboh Gadang, asrama dan embarkasi haji di Sungai Buluah, Kecamatan Batang Anai, jalan lingkar Buayan – Sicincin, dan pembangunan stadion megah di Lubuk Alung, tentulah membutuhkan perjuangan ekstra, pendekatan khusus dan tidak main-main.
    Dengan hasil dari berbagai upaya yang telah dilakukannya, tidaklah berlebihan jika banyak masyarakat Padang Pariaman berkeinginan menganugerahi gelar Bapak Pembangunan kepada Ali Mukhni.
    Kemesraan hubungan dengan wartawan di mata Ikhlas sudah dilakukan Ali Mukhni mendekati sempurna. Terhadap masing-masing pribadi wartawan cukup dikenal Ali Mukhni. Demikian juga dalam bentuk perhatian secara menyeluruh dan luas.
    Permintaan Ali Mukhni untuk menyelenggarakan peringatan Hari Pers Nasional (HPN) Tingkat Sumbar 2014 lalu di Padang Pariaman dapat juga dijadikan sebagai alat ukur kedekatannya dengan para pewarta, baik yang bertugas di Padang Pariaman maupun dengan jajaran redaksi dan pengurus PWI Sumatera Barat di Padang.
    Setelah dapat dikatakan berhasil menyelenggarakan HPN Sumbar bersama PWI Padang Pariaman dengan menggelar seminar, menerbitkan buku Lebih Dekat dengan Wartawan Piaman, ternyata tak berhenti sampai di sini, Ali Mukhni masih menyimpan segenggam obsesi menyangkut pewarta, khususnya yang bernaung di bawah PWI. Menggelar HPN secara nasional di Padang Pariaman pada tahun-tahun mendatang. Sejumlah langkah dan upaya untuk itu pun tengah dipersiapkan.
    Di samping itu, Ikhlas masih menitipkan sebuah persoalan yang tak dapat dikatakan ringan. Sebagaimana analisa dan prediksi pakar dari berbagai negara, daerah pantai barat Sumatera, khususnya Sumbar selalu dihantui gempa besar dan sangat berpotensi terjadinya tsunami.
    Untuk mengurangi tingkat kecemasan masyarakat, pemerintah diharapkan mendirikan bangunan tinggi yang multifungsi. Bisa jadi dalam bentuk bangunan gedung sekolah, bangunan kantor, atau fasilitas umum lainnya.
    Fasilitas yang ada sekarang sangatlah belum memadai, seperti Bandara Internasional Minangkabau (Batang Anai) dan bangunan BP2IP (Ulakan Tapakis). Hanya ada 2 tempat untuk 2 kecamatan.
    Idealnya setiap kecamatan memiliki 2-5 bangunan tinggi yang dikalkulasikan dengan jumlah penduduk. Pemerintah Padang Pariaman barangkali bisa menjalin kerjasama dengan Kementerian Pendidikan, di mana setiap tahunnya kucuran dana ke Padang Pariaman bernilai milyaran rupiah. Pemanfaatannya diminta secara khusus untuk membangun sekolah (SD, SMP dan SMA) yang berada di kawasan pantai dengan bangunan bertingkat tiga. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar