wartawan singgalang

Jumat, 09 Mei 2014

Tinggal di Pondok Darurat Jamarin dan Keluarga Kembali Terancam Berkelam-kelam

Tinggal di Pondok Darurat
Jamarin dan Keluarga Kembali Terancam Berkelam-kelam

Lubuk Alung--Tak banyak orang yang tahu Jamarin dan Zuraida bersama keluarganya kembali mengalami nasib yang malang. Baru seminggu ini pondok daruratnya dialiri listrik, atas kebaikan tetangganya; Nurman yang bersedia diambil arus listrik dari rumahnya. Tuntutan keadaan, sekitar seminggu lagi, Nurman bersama istrinya akan merantau panjang, pergi ke tempat anaknya di Jambi.
    Konon, cerita Jamarin, Nurman akan memutus total aliran listrik ke rumahnya. Bahkan rumahnya pun akan dihabisi, lantaran tak adalagi orang yang menempatinya. Dengan ini, tentu rumah Jamarin kembali berkelam-kelam, seperti yang pernah dialaminya sejak menempati pondok itu.
    Terletak di Rimbo Panjang, Korong Sungai Abang, Nagari Lubuk Alung, Padang Pariaman, pondok yang dihuni Jamarin bersama anak dan istrinya merupakan jasa baik orang Suku Panyalai. Jamarin yang lahir di Jambi tahun 1952 adalah asli Pitalah, Tanah Datar. Sedangkan istrinya; Zuraida adalah perempuan asli Sungai Sirah, Pilubang, Kecamatan Sungai Limau. Karena orang Suku Panyalai iba melihat nasih pasangan keluarga ini, disuruhlah mereka tinggal dalam pondok, sambil mengelola lahan sekitar satu hektare, dan sawah seluas empat petak.
    Kamis, kemarin Singgalang diajak bertandang ke rumah Jamarin oleh Jasman Jay, Ketua Karang Taruna Nagari Lubuk Alung. Tak bisa motor langsung ke rumahnya. Mesti di parkir di jalan yang agak jauh dari rumah Jamarin, lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki. Di rumah, Jamarin sendirian. Dia sedang makan pagi. Istrinya lagi sedang keluar rumah.
    Dari lima orang putra-putri pasangan keluarga ini, empat diantaranya masih bersempit-sempit tidur dalam pondok kecil itu. Tiap hari Jamarin mengelola ladang dan sawah. Untuk sawah, dia bisa panen dua kali dalam setahun. "Ada 400 padi sekali panen. Hasil sebanyak itu, seperempatnya untuk sang pemilik. Kalau ladang isinya tanaman tua. Mulai dari pisang, kelapa, durian, kuini dan lainnya," kata Jamarin bercerita.
    Dulu, Jamarin sempat akan dapat bantuan rehap rumah. Namun, apa hendak dikata. Saat bantuan akan dikucurkan oleh pemerintah, pemilik pondok dan tanah tak memberi izin. Dan akhirnya, sampai saat ini Jamarin masih setia dalam pondok tersebut.
    Saat didatangi, Jamarin hanya bisa mengeluh. "Baa aka ko lai Jay. Nurman akan pergi merantau. Tantu tak lagi bisa awak menonton tv. Tapaso baliak pakai lampu togok," ujar dia.
    Lewat lembaga Karang Taruna, Jasman Jay bersama personilnya tengah mengusahakan bantuan listrik untuk rumah tangga miskin. "Ada enam rumah miskin yang mesti diusahakan alat penerangan. Disamping Jamarin, adalagi Saiful Efendi, Basrial, Maizal, Amril, Marin. Semua rumah itu beralamt di Rimbo Panjang," sebut Jasman Jay. (damanhuri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar