wartawan singgalang

Selasa, 29 November 2011

Cerita Dibalik Longsor Gantiang Awak Kapai Marantau lai Nduak

Cerita Dibalik Longsor Gantiang
Awak Kapai Marantau lai Nduak

Lubuk Alung--Razali, 60, dan Sariawan, 55, menangis. Hatinya iba dan meris sekali. Pondok darurat yang didiaminya di Gantiang, Koto Buruak, Kenagarian Lubuk Alung, Padang Pariaman yang terkena longsor Senin pagi kemarin, yang merenggut nyawa anak dan cucunya, Ratna Irawati dan Susi Fitriani langsung didatangi Wakil Gubernur Sumatra Barat, H. Muslim Kasim Datuak Sinaro Basa dan Bupati, H. Ali Mukhni, Selasa (29/11).
    Pasangan dengan enam orang anak itu merasa terpukul atas musibah yang menimpa rumahnya. Apalagi, korban adalah anak sulunya, yang baru saja ditinggal suaminya. Razali termasuk keluarga miskin. Dia terlalu berani membuat rumah dikawasan yang sangat membahayakan, lantaran tidak adalagi tanah dia pada lokasi lain. Hanya satu-satunya rumah dia dilokasi demikian. Sariawan, sang ibu korban menceritakan, pada hari Minggu menjelang kejadian, sang cucunya, Fitriani, 4, sempat bertengkar dengan anaknya yang paling kecil yang juga sama besar dengan cucunya itu.
    "Ambo kapai marantaulai nduak. Sebab, dia kepada mandenya itu selalu panggil induak atau ibu. Barangkali itulah firasat seorang bocah kecil ketika akan menemui ajalnya. Ternyata memang benar. Longsoran yang ikut mengenai kami serumah telah memisahkan kehidupan kami bersama anak dan cucuk demikian," kata Sariawan sedih.
    Menurut Sariawan, hampir seharian pada Minggu tersebut, kedua anak dan cucunya itu ribut. Maklum sajalah anak-anak. Tapi, ribut yang mereka lakukan sehari karena tidak bisa keluar rumah lantaran hujan, sungguh diluar kebiasaannya selama ini. "Sebelumnya tak pernah terjadi itu. Bahkan, keluar kata-kata yang membuat orangtua dan kami seisi rumah ini bertanya-tanya. Rupanya, pagi Senin jawaban dari kata-kata kapai marantau itu langsung diwujudkan oleh Yang Maha Kuasa," ungkapnya. Longsor merenggut nyawa mereka.
    Kini, pasangan keluarga Razali dan Sariawan itu tampak sedih dan murung. Belum sempat dia makan sejak kejadian peristiwa yang cukup naas demikian. Barang yang bisa diselamatkannya dari bekas rumah yang roboh akibat longsor itu telah dipindahkan ke sebuah pondok, yang dia bangun berdekatan dengan rumah itu. Tapi pondok yang direncakan untuk sebuah kedai, karena terletak pada tepi jalan lingkar tersebut, belum punya dinding. Baru saja selesai dipasang atap. Dan untuk sekedar duduk sudah bisa.
    Tampak dipondok penampungan itu kain-kain bertaburan. Semuanya sedang dijemur, lantaran habis kena tanah longsoran. Kedatangan Muslim Kasim dan Ali Mukhni bagaikan sitawa sidingin bagi Razali dan Sariawan. Apalagi mereka akan dibantu sebuah rumah senilai Rp25 juta. Bantuan berupa rumah itu langsung disampaikan Wagub Muslim Kasim. Katanya, Pemrov membantu Rp15 juta dan Pemkab Padang Pariaman Rp10 juta.
    Bagi orang kampung yang hidup miskin seperti Razali dan Sariawan, bantuan seperti demikian sangat besar sekali artinya. Air matanya mengalir, ketika bantuan itu diucapkan langsung oleh kedua pemimpin tersebut. "Alhamdulillah, semoga kita dapat tinggal ditempat yang layak, dan bisa senang dengan keluarga. Terima kasih pak wagub, terima kasih pak bupati," kata Razali kepada Singgalang. (damanhuri)
-------------------------------------------------------------------
Longsor Gantiang Koto Buruak
Ratna Irawati dan Susi Fitriani Tewas

Lubuk Alung, Singgalang
    Hujan lebat yang mengguyur Padang Pariaman sejak Minggu (27/11) semalaman menyebabkan terjadinya longsor di Gantiang, Korong Koto Buruak, Lubuk Alung. Longsor yang menimpa kediaman Ratna Irawati, 29, seorang ibu rumahtangga itu sekaligus merenggut nyawa dia dan seorang anaknya, Susi Fitriani, 4,. Longsor yang terjadi Senin pagi kemarin, membuat Lubuk Alung jadi gempar.
    Walinagari Lubuk Alung, Harry Subrata bersama sejumlah perangkatnya langsung turun kelokasi kejadian. Tampak keluarga korban penuh dengan rasa duka yang sangat mendalam. Sebelum korban dinyatakan meninggal, masyarakat sempat membawa mereka ke Puskesmas Lubuk Alung. Tapi apa boleh buat, Tuhan berkehendak lain. Nyawa ibu janda dan seorang anaknya itu tak lagi bisa diselamatkan dari amukan longsor demikian.
    Menurut Harry Subrata, sekitar pukul 05.00 WIB, terdengarlah suara bunyi gemuruh yang sangat hebat. Bunyi yang cukup keras dan menyentakkan banyak orang yang sedang tertidur pulas itu, rupanya sejumlah pohon kayu tumbang yang disertai longsoran menimpa rumah orangtua Ratna Irawati. Didalam rumah itu semalam ada enam orang yang tidur. Empat anggota keluarga sempat melarikan diri.
    Sementara, korban betul-betul tidur pulas bersama pangkuan anak semata wayangnya. "Nyawa korban yang rumahnya berdekatan dengan jalan lingkar itu tidak lagi bisa diselamatkan. Kita ikut merasakan duka yang dialami keluarga korban. Semoga, keluarganya tabah menerima cobaan ini," harap Harry Subrata.
    Disamping itu, MAN Lubuk Alung yang terletak di pinggir Sungai Batang Tapakis, Senin kemarin diliburkan. Aktivitas belajar mengajar tak dapat dilangsungkan, karena sejumlah lokal dipenuhi air bah yang datang melanda sejak dini hari. Kepala sekolah bersama sejumlah guru, tampak mengarahkan anak-anaknya untuk membersihkan genangan air. Termasuk juga lumpur yang disebabkan oleh air yang datang demikian.
    Sementara, puluhan rumah di Surantih, Koto Buruak, Lubuk Alung dilaporkan terendam air. Para penghuni rumah untuk sementara mengungsi keluar rumah. Ada sejumlah rumah dalam kampung itu yang nampak hanya atap rumahnya saja lagi. Sementara, bagian dalam rumah telah dipenuhi air. Masyarakat Lubuk Alung menilai, banjir yang terjadi kali ini cukup besar. Luapan sungai Batang Anai telah menimbulkan berbagai dampak kerugian yang tak sedikit. Mulai dari kediaman warga, lahan pertanian, hingga longsor yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang.    
    Di Kenagarian Sintuak, Kecamatan Sintuak Toboh Gadang dilaporkan, puluhan hektare sawah masyarakat dilanyau banjir. Luapan Sungai Batang Tapakis itu juga menyebabkan rusaknya sejumlah lahan pertanian masyarakat setempat. (525)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar