wartawan singgalang

Kamis, 01 Desember 2011

Kembangkan Bawang Merah

Nagari Gadur
Menjadikan Bawang Merah Sebagai Sentranya Padang Pariaman

Enam Lingkung---Kalau di Jawa ada dodol Garut, di Padang Pariaman ada dodol Gadur. Tapi itu dulu. Tepatnya ketika daerah bekas gempa itu dipimpin oleh Muslim Kasim. Kini, dodol Gadur itu sudah tidak adalagi. Pabriknya telah ditutup. Memang, Walinagari Gadur, Kecamatan Enam Lingkung, Irkaswandi selalu membuat terobosan baru dinagari yang dia pimpin. Tampil beda dalam memenej masyarakat, menjadi kesenangan walinagari termuda tersebut.
    Nagari Gadur merupakan pemekaran dari Nagari Koto Tinggi sejak 2004 silam. Irkaswandi merupakan walinagari pertama. Dia seorang anak muda yang dinilai punya banyak gagasan, yang mampu mendorong berbagai sektor perekonomian nagari itu bergerak kencang. Bahkan, Gadur dinyatakan nagari yang pertama kali terbebas dari kemiskinan, dari sekian banyak nagari yang ada di Padang Pariaman. Pada 20 Nopember kemarin, Irkaswandi kembali terpilih sebagai walinagari untuk periode kedua. Masyarakat Gadur masih mempercayakan soal kemajuan Gadur kepada serjana tekhnik demikian.
    Pemerintahan Nagari Gadur yang membawahi lima korong, masing-masing, Korong Kampuang Dalam, Batiah-Batiah, Kapuah, Simpang dan Korong Padang Bungo itu pernah mencatat sejarah pada 2008 lalu. Dimana, Walinagari Gadur, Irkaswandi terbaik satu tingkat Sumatra Barat dibidang pengentasan kemiskinan dan perekonomian. Memang, kampung kelahiran orang yang pernah berkuasa 10 tahun di Padang Pariaman itu dinilai pantas meraih prestasi demikian. Dalam cilotehan banyak orang dulunya, Gadur dikenal sebagai Cendana-nya Padang Pariaman.
    Kenapa tidak, setiap Muslim Kasim, yang kini Wakil Gubernur Sumbar itu pulang kampung, selalu ramai diekori oleh puluhan pejabat. Bagi pejabat Padang Pariaman, nama Nagari Gadur sudah tidak asing lagi. Karena dinagari itulah induk semang mereka dilahirkan. Bahkan, seorang Muslim Kasim adalah satu diantara niniak mamak yang 19. Dia diberi amanah menyandang Datuak Sinaro Basa, seorang panghulu dari kaum Suku Sikumbang. Hingga kini, meskipun Muslim Kasim telah berpindah tugas dari Pariaman ke Padang, fungsinya sebagai seorang niniak mamak tetap saja disandangnya.
    Saat ini Irkaswandi mencoba terobosan baru lagi, setelah dodol tidak lagi bisa dikembangkan, karena kalah bersaing dengan dodol keluaran Garut, Jawa Barat itu. Sejak beberapa tahun lalu, bersama petani kampung itu, Irkaswandi membangun dunia pertanian, khusus dibidang pembudidayaan tanaman bawang. Ganjil. Memang, tanaman yang satu itu hanya banyak ditemukan didaerah darek. Tapi, Irkaswandi tak ambil pusing. Dia kembangkan tanaman demikian di Gadur. Ada sekitar enam hektare lahan kini dipenuhi oleh bawang merah.
    "Hasilnya cukup lumayan. Bawang merah mampu merubah taraf hidup petani Gadur. Bahkan, banyak petani lain di Padang Pariaman yang sengaja datang ke Gadur untuk belajar cara mengembangkan tanaman bawang merah. Kita ingin, nagari Gadur ini dijadikan sebagai sentra bawang merah di daerah ini. Hampir setiap musim tanamnya, lahan yang ditanami bawang merah selalu bertambah. Ini artinya tingkat kemauan masyarakat cukup tinggi," kata dia saat ditemuai Singgalang, Minggu (27/11).
    Gadur yang luas wilayahnya 5,82 kilometer persegi itu sebelah utara berbatasan dengan Nagari Sungai Sariak, Kecamatan VII Koto dan Padang Bintungan, Kecamatan Nan Sabaris. Selatan dan timurnya berbatasan dengan Nagari Koto Tinggi, dan barat dengan nagari Pauh Kambar. Sebagai seorang yang dipercayai oleh masyarakat untuk yang kedua kalinya, Irkaswandi melihat Gadur butuh sarana pertanian yang modern. Mulai dari cara bercocok tanam, sampai kepada penggunaan alat pertanian yang maju, sehingga mampu mengembangkan pertanian kearah yang lebih bagus lagi.
    Baginya, masyarakat Gadur tidak boleh tergantungan terhadap lahan yang mereka hadapi. Artinya, sumber kehidupan masyarakat tidak mesti terpaku kepada satu lahan, atau satu sumber kemasukan. Untuk itulah butuh keberanian yang jitu dari pemimpin. Berani memikul risiko apapun yang dihasilkan dari komitmen demikian.
    Irkaswandi tidak menapik, meskipun nagari yang dia pimpin telah dinyatakan bebas dari kemiskinan. Keluarga miskin tetap saja ada. Namun, persentasenya sudah jauh berkurang. "Bahkan, saat ini ada 20 kepala keluarga miskin di Korong Padang Bungo yang mendapatkan bantuan berupa dana zakat produktif dari pihak ketiga. Mereka diberikan dana itu setiap tahun dengan catatan, dana demikian dikembangkan untuk usaha rumahtangganya. Seperti ternak kambing, ayam atau usaha lainnya, yang mungkin untuk dikembangkan dengan dana sebesar Rp500 ribu tersebut," sebut Irkaswandi.
    Menurut dia, nagari yang dihuni oleh masyarakat yang bersuku Guci, Sikumbang, Tanjung, Koto, Jambak dan Suku Panyalai itu dinaungi oleh 19 niniak mamak-nya. Dari sebanyak itu niniak mamak, dikomandoi oleh seorang pucuak adat, yakni Datuak Rangkayo Indomo, yang kini dijabat oleh Wilson, salah seorang pejabat di Pemkab Padang Pariaman. "Disamping mengembangkan tanaman bawang, Nagari Gadur yang memiliki penduduk sekitar 3.000 jiwa lebih itu, juga tengah mengembangkan minyak goreng yang diolah secara tradisional dari buah kelapa, alias minyak tanak tangan yang dikembangkan oleh Petugas Penanggulangan Kemiskinan Lapangan (P2KL) yang ada di Gadur," ujar Irkaswandi. (damanhuri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar