wartawan singgalang

Kamis, 01 Desember 2011

Nagari Anduriang, Sudahlah Rimbo Kelam Pula

Nagari Anduriang, Sudahlah Rimbo Kelam Pula

Anduriang---Kenagarian Anduriang, Kecamatan 2 X 11 Kayutanam, Padang Pariaman satu diantara 10 nagari tertinggal didaerah bekas gempa itu. Kenapa bisa begitu ? Ada sebuah korong dikampung itu yang bernama Rimbo Kalam. Sudahlah rimbo, kalam pula. Artinya, korong yang satu itu sangat jauh dari kemajuan. Konon, korong yang berdekatan dengan pusat ibu kabupaten di Pasa Dama, Parit Malintang demikian baru akhir-akhir ini bisa menikmati penerangan listrik.
    Walaupun demikian adanya, Nagari Anduriang punya peran yang sangat strategis juga pada saat mempertahankan Indonesia merdeka, terutama pada era perperangan Belanda yang masuk pascakemerdekaan. Dimana, Anduriang berperan sebagai dapur umum. Dikampung itu sebagian TNI diberi makan selepas mengusir penjajah yang ingin menguasai negara ini kembali.
    Menurut cerita Zainuddin Datuak Panduko Sinaro, mantan Walinagari Anduriang pada era orde lama suatu ketika, ketulusan masyarakat Anduriang untuk saling berbagi sangat tinggi. Semisal harta kekayaan masyarakat berupa padi, itu dibagi dua. Seperdua untuk dimakan para pejuang, dan seperdua lagi untuk kehidupan keluarganya. "Kebijakan itu dilakukan, karena Anduriang terletak jauh dari pusat jalan utama, sehingga sangat memungkinkan untuk persembunyian para pejuang. Tersebutlah nagari itu sebagai tempat memberi makan para pejuang urang awak yang sedang gigih melawan musuh, yang makannya langsung dari masyarakat Anduriang itu sendiri," kata dia.
    Tidak sekedar itu, kata Zainuddin, masyarakat yang punya barang ternak, seperti kambing, ayam, kerbau sekalipun juga sebagiannya diperuntukkan buat penopang kekuatan TNI dalam berperang. Kebijakan itu diambil secara kesepakan bersama dalam nagari. Sebab, yang namanya berjuang tidak saja melawan penjajah. Ikut memberi makan TNI, itu juga dibilang berjuang mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamerkan.
    Sebagai sebuah nagari yang disebut sebagai ujuang darek, kapalo rantau, jelas punya peran yang cukup hebat pada saat musim perang dulu. Anduriang ini termasuk nagari yang duluan lahirnya dari Nagari Kayutanam. Dan bahkan, Kayutanam merupakan pemekaran dari Anduriang dulunya. Kantor walinagari yang pernah dibangun semasa pemerintahan Hindia Belanda, hingga kini masih ada.
    Orang yang pernah menjabat dinagari itu sejak dulunya telah cukup banyak. Setiap walinagari punya peran masing-masing, terutama dalam kemajuan nagari itu sendiri. Diantarnya, Maimun Datuak Rajo Api, Adinar Datuak Kayo, Datuak Rajo Ameh, Labai Jamin, Datuak Talanai, Zainuddin Datuak Panduko Sinaro, Amran Joni, Ibrahim Z dan kini Anduriang dipimpin oleh Ahmad Basri.
    Nagari yang memiliki tujuh korong, masing-masing, Korong Lubuak Aua, Lubuak Napa, Sipisang Sipinang, Kampuang Tangah, Balah Aie, Rimbo Kalam dan Korong Asam Pulau itu dinilai cukup berhasil diletakkan pondasi dasarnya kembali oleh Ibrahim Z. Sebab, Ibrahim merupakan walinagari devenitif pertama sejak era kembali kenagari diluncurkan pemerintah Sumatra Barat pada 2001 lalu. Buktinya, korong yang belum masuk listrik, dengan kegigihan Ibrahim akhirnya Rimbo Kalam masuk listrik. Masyarakatnya sudah bisa nonton tv.
    Dan semasa kepemimpinan Ibrahim nagari yang sebelah utaranya berbatasan dengan Nagari Gunuang Padang Alai, selatan dengan Nagari Lubuk Alung, timur dengan Nagari Sicincin dan barat dengan Kabupaten Solok itu, pada pemilu 2009 lalu memecahkan rekor perdana. Yakni, terpilihnya dua orang putra terbaik nagari itu sebagai anggota dewan terhormat di Padang Pariaman. Mereka, Masrizal dari PPP dan Pebforil dari Partai Demokrat. Sebelumnya, bahkan sejak dunia terkembang kampung itu tak pernah ada punya anggota dewan yang akan memperjuangkan masyarakatnya dilembaga legislatif.
    Nagari Anduriang yang pernah dapat bantuan program PKBS BBM senilai Rp250 juta, yang bertujuan untuk pengentasan kemiskinan semasa kepemimpinan Ibrahim itu langsung dibangun sebuah rajang alias jembatan gantung, yang panjangnya sekitar 50 meter, menghubungkan Korong Lubuak Napa dengan Korong Balah Aie. "Semasa belum ada rajang, anak kampung itu sekolah sangat susah. Mereka harus buka sepatu untuk menyeberangi sebuah sungai. Kadang kalau musim hujan lebat, air sungai jadi bertambah, anak-anak banyak meliburkan diri. Nah, kini hal itu tidak adalagi," sebut Ibrahim.
    Hingga kini, kenagarian yang memiliki penduduk sekitar 10.823 jiwa dan sekitar 2.587 kepala keluarga itu, 480 kepala keluarga diantaranya masih tergolong keluarga miskin yang harus diberdayakan. Pada umumnya, masyarakat Anduriang hidup dari pertanian, berupa sawah dan perkebunan jangka panjang, berupa pohon karet. Persoalan irigasi, Anduriang agaknya termasuk nagari yang kaya akan sumberdaya air. Buktinya, sawah disana tak pernah kekurangan air, karena irigasinya lancar dan sehat. (damanhuri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar