wartawan singgalang

Sabtu, 02 Februari 2019

Mubes Alumni dan Masa Depan Madrasatul ‘Ulum

Kalau memang ada untungnya untuk perkembangan pesantren, sebaiknya organisasi alumni dibentuk. Tetapi kalau hanya sekedar membuat nama yang tidak ada kontribusinya kepada pesantren, sebainya tidak usah kita buat organisasi alumni tersebut. Demikian antara lain pernyataan Ketua
Umum pengurus pondok pesantren Madrasatul ‘Ulum Lubuk Pandan, Drs. H. Buchari Rauf Sabtu 14 Juli 2007, ketika memberikan tanggapan tentang perlu atau tidaknya dibentuk organisasi alumni saat Musyawarah Besar (Mubes) I alumni Madrasatul ‘Ulum.
Pernyataan Buchari Rauf itu memang benar adanya. Dulu diawal kepemimpinan H. Marzuki Tuanku Nan Basa pernah juga dibuat kelompok alumni, tetapi setelah terbentuk tidak ada yang dilakukan oleh kelompok alumni, terutama yang berhubungan dengan kemajuan pesantren. Padahal waktu itu struktur organisasinya lengkap dengan lembaga, yang kalau diatas kertas bakal mampu menopang kemajuan yang terus dilakukan oleh pesantren. Kenyataanya organisasi alumni hanya sekedar nama, sementara yang menggerakkan roda pesantren tetap saja pimpinan bersama majelis guru yang ada.
Kini, dengan semangat kebersamaan serta persatuan dan kesatuan, dari seluruh alumni yang hadir saat Mubes I tersebut sepakat/setuju membentuk persatuan alumni yang diberi nama Ikatan Alumni Pondok Pesantren Madrasatul ‘Ulum (IAPPMU). Dalam pemilihan yang memakai sistim
formatur, terpilih Latiful Kabir Tuanku Kaciak sebagai Ketua Umum dan H. Zulkifli Zakaria sebagai Sekretaris Umum untuk periode 2007-2010. Dalam sambutan singkatnya, Latiful Kabir mengajak seluruh pengurus yang telah terbentuk untuk bersama-sama membangun organisasi yang telah dibentuk bersama.
"Kedepan kita jadikan Madrasatul ‘Ulum memiliki ciri khas tersendiri yang mampu menggaet santri sebanyak mungkin. Seperti mengembalikan pesantren ini kepada asalnya, dimana sewaktu pesantren itu masih dikelola oleh buya Abdullah Aminuddin dulu pernah memecahkan rekor sebagai
pesantren yang terkenal dengan nahwu sharaf. Kemudian juga akan kita jadikan Madrasatul ‘Ulum ini sebagai tempat hafiz Al-Quran, sehingga nantinya lembaga ini mampu melahirkan para hafiz dan hafizah," kata pengusaha rumah makan pondok baselo Lubuk Idai itu dengan semangat yang
menggebu-gebu.
Mungkinkah impian itu terwujud? Tergantung dari pengurus IAPPMU yang telah terbentuk. Sejauh mana mereka mampu mengelola organisasi dengan baik. Memang membuat program dalam sebuah organisasi sangat gampang, tetapi menjalankannya tidak semudah yang dibayangkan. Apalagi sebuah program dalam tubuh organisasi sosial kemasyarakatan yang pakai bendahara, tetapi tidak ada sumber dana yang jelas. Kemudian kepedulian dari seluruh pengurus terhadap kemajuan organisasi juga menjadi sebuah keharusan. Sebab, dalam berorganisasi yang perlu diterapkan adalah, bagaimana mampu menghidupkan organisasi, tidak dengan bagaimana kita bisa hidup dalam organisasi bersangkutan.
Berorganisasi memang harus mau dan mampu berkorban. Apakah itu materi, pemikiran, tenaga dan waktu yang dalam dunia bisnis sangat bertentangan. Berorganisasi sama dengan berjuang yang tidak ada harapan yang bisa diperoleh, selain dari pengabdian kepada sebuah organisasi yang
mungkin Tuhan akan memberikan ganjaran setimpal dengan amal perbuatan yang dilakukan dalam organisasi.
Alumni yang tergabung dalam mengelola IAPPMU, nampaknya telah memperlihatkan komitmennya untuk bersama-sama mengelola organisasi tersebut. Begitu juga harapan dari pimpinan pesantren, Marzuki terhadap IAPPMU sangat mengharapkan adanya kontribusi pemikiran terhadap kemajuan pesantren tersebut dimasa mendatang. Sebab, selama ini Marzuki merasa berjalan sendirian, tanpa adanya teman dalam berbagi suka dan duka membangun serta melanjutkan apa yang telah digariskan oleh pendahulunya.
Memang mewujudkan sebuah kemajuan di Madrasatul ‘Ulum, membutuhkan keterlibatan banyak pihak. Sebutlah pemerintah, alumni, orangtua santri serta masyarakat. Dengan lahirnya IAPPMU, setidaknya mampu memberikan warna tersendiri dalam menggapai kemajuan yang diharapkan bersama.
Organisasi alumni juga diharapkan mampu menghimpun seluruh alumni yang tersebar diberbagai daerah di Sumbar ini. Kalau seluruh kekuatan alumni telah bersatu, tidak tertutup kemungkinan seluruh cita-cita akan terwujud dengan sendirinya. Kita tahu, betapa banyak alumni pesantren ini yang melakukan berbagai aktivitas, bila disatukan bakal menjadi kekuatan yang akan menopang kemajuan Madrasatul ‘Ulum. Alumni merupakan sebuah benang merah yang akan menentukan sebuah kemajuan, baik itu kemajuan fisik maupun kemajuan peradaban pesantren itu sendiri, dalam membentuk karakteristik ulama yang mumpuni. Sebab, yang namanya alumni banyak melihat/mengamati perkembangan pendidikan diluar. Berdasarkan itulah mereka memberikan masukan terhadap kemajuan untuk almamaternya.
Dengan adanya wadah alumni, juga diharapkan mampu mempopulerkan Madrasatul ‘Ulum di kalangan eksternal. Soal baik buruknya sebuah lembaga, tentu orang yang pernah dididik dan dibesarkan di lembaga yang bersangkutan cukup tahu. Banyak cara yang harus di lakukan untuk mempopulerkan pesantren tersebut. Seperti dengan melakukan ekspos, memberikan suppor kepada para mahasiswa yang akan menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi agar mengambil skripsi/tesis tentang pondok pesantren salafiyah. Tinggal lagi kemauan serta kemampuan dari alumni yang bersangkutan untuk melakukan hal itu. Dan juga tidak tertutup kemungkinan dengan membentuk lembaga penelitian dan pengembangan pada IAPPMU, dengan menempatkan mereka yang mampu terhadap hal itu.
Saat ini betapa banyak pihak lain, seperti mahasiswa yang akan menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi yang melakukan penelitian tentang pesantren. Kebanyakan hasil penelitian yang dilakukan pihak luar itu, kurang terekspos apa sebenarnya yang ada di pesantren. Nah,
penelitian yang semacam itu, akan lebih baik dan sempurna apabila dilakukan oleh alumni atau orang yang pernah mondok dulunya.
Menurut Fahmi Arif El Muniry, saat ini banyak sekali penelitian-penelitian yang mengungkap tentang fenomena pesantren. Mulai dari "anarkisme" yang ada di dalamnya, atau wacana "terorisme" yang lagi mengemuka. Tentu, kenyataan ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, yang masih sangat minim tentang penelitian-penelitian yang "berbau" pesantren. Namun, dari sekian banyak penelitian-penelitian yang disajikan, sangat sedikit yang dilakukan sendiri oleh "orang dalam" dari pesantren itu sendiri. Kebanyakan, kalau mau menyebut tidak ada, penelitian-penelitian itu
dilakukan oleh "orang luar". Pesantren masih menjadi maf’ul, belum melangkah menjadi fa’el. Padahal, kondisi seperti ini tidak diterima oleh pesantren itu sendiri.
"Tentu, fenomena seperti ini sangat disayangkan. Pesantren belum mengatakan bahwa "inilah saya". Pesantren belum menyuarakan jati dirinya. Misterius. Implikasi dari semua ini, analisis dan penelitian yang mengemuka, menjadi temuan yang hambar dan kering, belum mengungkap
dari akar-akar permasalahan yang sebenarnya," kata Fahmi Arif yang juga alumni pondok pesantren Futuhiyah Mranggen, Demak, Jawa Tengah ini. (Lihat Fahmi Arief dalam Jurnal Pondok Pesantren Mihrab, Edisi II Tahun IV 2006 hal. 74).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar