wartawan singgalang

Selasa, 31 Mei 2016

Pincuran Tujuh Masjid Raya Pakandangan Jadi Tempat Anak Turun Mandi

Pincuran Tujuh Masjid Raya Pakandangan Jadi Tempat Anak Turun Mandi

Pakandangan--Masjid Raya Pakandangan juga lazim disebut banyak orang; Masjid Pincuran Tujuah. Terletak di Jalan Syekh Burhanuddin, Pakandangan, Kecamatan Enam Lingkung, Padang Pariaman, membuat masjid yang berdiri pada 1865 M ini menjadi satu dari sekian banyak masjid yang jadi cagar budaya.
    Sebagai masjid tertua dalam nagari ini, tak heran masjid yang telah mengalami pemugaran ini tetap mempertahankan tradisi dan ajaran lamanya, yang pernah dikembangkan oleh pendahulu yang merintis pembangunan masjid demikian. Tak heran pula, Masjid Raya ini simbol kekuatan nagari yang konsen dengan nilai-nilai adat dan agama Islam itu sendiri.
    Di masjid inilah berdirinya Pondok Quran Darul Hikmah, Ikatan Guru Mengaji (IGM) Kecamatan Enam Lingkung, Lembaga Didikan Subuh (LDS), Kadhi Nagari. Dan masjid ini pula tempatnya memecahkan persoalan krusial di tengah masyarakat, karena Mufti Pakandangan bermarkas di masjid itu.
    Disebut sebagai Masjid Pincuran Tujuah, karena di depan masjid itu ada pincuran untuk berwuduk, yang jumlahnya tujuh buah. Terbuat dari besi, pipanya tak pernah berhenti mengalirkan air. Bentuk atapnya yang berupa tumpang empat terbuat dari bahan seng. Masjid berupa kompleks dengan pintu gerbang di sebelah timur dan harus menuruni 15 anak tangga untuk menuju bangunan induk.
    Syaiful Rahman Tuanku Mudo, Ketua IGM Enam Lingkung menyebutkan kalau air pincuran ini diyakini banyak orang sebagai obat. Buktinya, banyak air pincuran itu yang dijadikan sebagai tempat anak turun mandi. Dan banyak pula orang luar yang datang hanya untuk melepaskan nazarnya di masjid tersebut.
    "Satu hal yang lain di masjid ini, adalah tradisi pelaksanaan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dilakukan dua kali dalam setahun," kata dia menceritakan pada Singgalang, Rabu (1/6). Maulid pertama dilakukan saat bulan Rabiul Awal, dan yang kedua pada Jumadil Awal, yang istilah Pakandangannya; Manyongsong dan Maanta.
    Pada bagian depan halaman masjid yang tidak terlalu luas terdapat bangunan terbuka yang berfungsi sebagai tempat wuduk. Memiliki denah persegi dan terdiri atas dua lantai. Bentuk atapnya berupa tumpang dua yang terbuat dari seng dan ditopang oleh tiang kayu yang berdiri di pinggir. Bentuk bangunan tempat wuduk ini jika dilihat sekilas seperti serambi masjid.
    Pada bagian tengah lantai dasar terdapat tempat wudhu dengan bentuk kolam segi delapan yang memilki air mancur di tengah kolam. Selain itu, terdapat pula bedug dan tangga naik ke lantai dua yang berdenah persegi dan berdinding kaca nako. Sebelah selatan tempat wuduk, dengan menuruni empat buah anak tangga, dapat ditemui kolam berbentuk ‘L’. Sebagian kolam berada di selatan masjid dan sebagian lagi berada di sebelah utara masjid berdekatan dengan bangunan TPA dan Pondok Quran Darul Hikmah. Kolam masjid ini terletak di tepi Sungai Batang Ulakan.
    Teras masjid berada di bagian depan atara tempat wuduk dan ruang ruang utama. Sehingga, bagi jamaah yang sudah memiliki wuduk bisa langsung memasuki ruang utama melalui teras. Teras berlantai keramik dan pada bagian luarnya terdapat penyangga atap teras berupa pilar. Untuk memasuki ruang utama, terdapat dua buah pintu di sisi timur. Adapun jendela masjid sejumlah 12 buah terletak empat buah masing-masing di sisi selatan dan timur, dua buah di antara ruang utama dan mihrab, dan dua buah di ruang mihrab.
    Lantai ruang utama terbuat dari bahan keramik yang sebagiannya ditutupi karpet. Terdapat sembilan tiang yang terbuat dari kayu di dalam ruang utama. Salah satunya termasuk tonggak macu yang berdiri di tengah ruangan. Semua tiang dilapisi papan membentuk segi delapan dan dicat kuning serta coklat. Di sudut tenggara ruang utama terdapat 14 anak tangga yang terbuat dari kayu berbentuk huruf ‘L’ untuk naik ke atas plafon.
    Di sisi barat ruang utama berdiri mihrab yang berbentuk persegi panjang. Pada sisi utara dan selatannya disekat membentuk kamar. Masing-masing kamar memiliki sebuah jendela yang mengahadap ke ruang utama dan sebuah pintu yang menghadap ke teras samping. Antara mihrab dan ruang utama dipisahkan oleh tiga tiang semu yang membentuk dua relung.
    Selain mihrab dan anak tangga, terdapat mimbar yang terletak di sisi utara ruang utama. Mimbar berbentuk persegi panjang, terbuat dari kayu, dan ditutup oleh kelambu putih. Di bagian depan mimbar terdapat dua buah tiang yang membentuk gapura dengan hiasan kaligrafi di bagian atasnya. Sedangkan bagian belakang mimbar memiliki empat buah tiang sebagai penyangga atap.
    Terdapat ukiran motif bunga pada setiap sisi mimbar. Selain kolam, TPA, dan tempat wuduk, terdapat dua buah makam dan surau di belakang masjid. Bangunan surau terbuat dari kayu berdenah persegi, atap tumpang dua dari bahan seng, dan memiliki kolong. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar