wartawan singgalang

Minggu, 13 Desember 2015

Ponpes Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua Warisi Tradisi Ulama

Ponpes Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua Warisi Tradisi Ulama

VII Koto--Siang itu para pedadang musiman tengah berkumpul di pelataran parkir Pondok Pesantren (Ponpes) Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua. Ada pedagang bakso bakar, es krim, dan pedagang makanan ringan lainnya. Mereka sedang menunggu kedatangan dan kepulangan para santri dan santriwati yang tengah menimba ilmu di pesantren yang terletak di Nagari Balah Aia, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak tersebut.
    Dari siang hingga sore, adalah jadwal yang cukup padat oleh santri belajar untuk tingkat MDA yang mengaji di pesantren yang didirikan oleh H. Ahmad Yusuf Tuanku Sidi dan Zainuddin Tuanku Bagindo Basa pada 1991 itu. Bagi pedagang musiman dan makanan ringan, jelas situasi demikian jadi sebuah kesenangan, untuk mendapatkan rezeki dari sekian banyak santri yang ingin berbelanja sehabis belajar.
    Ponpes yang mengembangkan pola pendidikan pesantren tradisional ini, tetap bertahan dengan pola pendidikan karakter para santrinya. Di samping ada santri yang datang dari berbagai daerah di Sumatera Barat ini, juga banyak santrinya yang berasal dari kampung sekitar. Makanya tingkat pendidikan yang di kembangkan di pesantren itu, mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak, hingga ke tingkat Aliyah.
    Afrizal Arif Tuanku Mudo, seorang Pengurus Ponpes Madrasatul 'Ulum menceritakan kalau santri yang tercatat sampai sekarang berjumlah 200 orang lebih. "Ada santri yang tetap, dan ada pula santri yang tidak tetap. Seperti yang datang dari Dharmasraya, harus disebut sebagai santri tetap, lantaran tinggalnya di pesantren ini," kata dia.
    Sedangkan yang disebut santri tidak tetap, itu yang berasal dari kampung sekitar. Semisal dari Lohong, Lubuak Pua, dan kampung terdekat lainnya. "Mereka bolak-balik dari pesantren ke rumahnya manakala jam pelajarannya selesai. Dan besoknya balik lagi ke pesantren. Begitu seterusnya," ujar Afrizal Arif.
    Menurutnya, untuk santri tingkat Taman Kanak-kanak Raudhatul Atfal, ditangani tiga orang guru. Sedangkan santri yang di MDA didampingi 11 orang guru setiap harinya. Untuk tingkat Wustha atau Tsanawiyah, ada tujuh orang guru yang tiap hari berhadapan dengan santri, dan enam orang guru yang berjibaku di tingkat 'Ulya atau Aliyah setiap waktu belajar. Kemudian, proses belajar mengajar juga dilengkapi dengan seorang pimpinan dan seorang pengasuh.
    "Sebagai pesantren yang berbasis surau, kita punya banyak jenis tamatan santrinya," kata dia. Tamat dari pendidikan Taman Kanak-kanak ada prosesinya. Begitu juga yang tamat Quran di MDA, tamat Wustha atau Tsanawiyah yang istilah lamanya tamat Tafsir, tentu punya cara tersendiri pula. Sedangkan yang tamat 'Ulya atau Aliyah, orang pesantren menyebutnya tamat Marapulai, juga ada prosesi sakral yang telah menjadi tradisi adat lamo pusako usang, yang dikembangkan sejak pesantren ini ada dulunya.
    Dari ijazah tingkat Aliyah itulah sebagian santri Madrasatul 'Ulum ini melanjutkan ke sejumlah perguruan tinggi. "Belakangan, setiap bulan puasa Ponpes Madrasatul 'Ulum dapat jatah pula untuk melakukan Pesantren Ramadhan dari Pemkab Padang Pariaman, mulai dari tingkat SD hingga tingkat SMA," sebutnya.
    Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua yang merupakan pengembangan dari Ponpes Madrasatul 'Ulum Lubuak Pandan, Kecamatan 2x11 Enam Lingkung ini merupakan lembaga yang mewarisi tradisi ulama. Mengajarkan santrinya pandai baca Kitab Arab Gundul, yang merupakan sumber kajian Islam itu sendiri. Mulai dari kitab Tafsir, Hadist, Fiqh, Tasawuf, Nahwu, Sharaf, Mantiq, Maani, Bayan, dan ilmu lainnya yang berhubungan dengan sosial kemasyarakatan.
    Bagi pesantren yang terletak di pinggir Sungai Batang Mangoi ini, membentuk akhlakul karimah adalah pondasi awal yang harus ditanamkan kepada santri. Baik akhlak kepada agama, maupun akhlak kepada sesama makhluk Tuhan, yakni manusia. "Kalau akhlak telah baik, mau bekerja apapun nantinya santri itu, akan menjadi baik pula hasilnya," ungkapnya. (501)      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar