wartawan singgalang

Senin, 26 November 2012

Warga Parit Malintang Lihai Membuat Batubata

Warga Parit Malintang Lihai Membuat Batubata

Parit Malintang---Kenagarian Parit Malintang, Kecamatan Enam Lingkung, Padang Pariaman agaknya nagari yang paling beruntung didaerah itu. Kenapa tidak, dikampung itulah ditempatkan pusat ibukota kabupaten (IKK) yang baru saja ditempati sejak 25 Oktober lalu. Kantor bupati itu tepatnya berada di Korong Pasa Dama, sekitar 1,5 kilometer dari jalan utama Padang-Bukittinggi.
    Keberadaan kantor bupati yang baru agaknya belum memberikan pengaruh yang signifikan bagi perekonomian masyarakat Parit Malintang. Sebagian besar warga Parit Malintang sejak dulu hingga kini tetap saja bekerja sebagai buruh kasar di seluruh pabrik batubata yang ada di kampung itu. Dan sebagiannya lagi bekerja sebagai petani yang menggarap sawah dan ladang.
    Sekretaris Walinagari Parit Malintang, Syafriandi menilai sebanyak 300 lebih gudang tembok aktif beroperasi di nagari ini. Gudang yang sebanyak itu, sekitar 70 persen pemiliknya asli warga Parit Malintang, dan selebihnya kepunyaan pengusaha luar yang menyewa lahan di kampung ini.
    "Memang, tanah pegunungan yang banyak dipunyai Parit Malintang, sangat berpotensi untuk dijadikan batubata. Secara keseluruhan pembuat batubata demikian, adalah anak nagari ini sendiri. Mereka yang putus
sekolah, warga kurang mampu pada umumnya tinggal dan hidup dari hasil kerja membuat batubata tersebut. Bahkan, mereka yang berstatus pelajar pun, juga memanfaatkan waktu luangnya untuk bekerja secara sambilan dalam gudang demikian," cerita Syafriandi.
    Namun demikian, kata dia, upaya pemerintah dalam pengurangan angka kemiskinan dalam nagari ini cukup terlihat dengan nyata. Dari 535 kepala keluarga miskin tahun 2009 silam, kini tinggal 237 KK miskin,
dari sekitar 1.423 KK keseluran yang ada di Parit Malintang. KK yang sebanyak itu tersebar dalam sembilan korong. Masing-masing; Korong Pasa Limau, Pasa Balai, Kampuang Tangah, Kampuang Bonai, Pasa Dama, Padang Baru, Pauah, Padang Toboh dan Korong Ilalang Gadang.
    Seiring dengan banyak kampung-kampung yang memproduksi batubata di nagari itu, tak heran batubata keluaran Parit Malintang, terutama yang di Korong Pauah sudah melambung namanya. Apalagi, sebagian besar lahan batubata sudah mulai habis di wilayah tetangganya, seperti Sintuak misalnya. Jadi, Nagari Parit Malintang menjadi sasaran oleh para pengusaha batubata untuk bisa bertinvestasi disana.
    Usman Fond, salah seorang pengusaha batubata di kampung itu menilai lahan yang dia punyai saat ini, untuk 35 tahun kedepan masih tersedia dengan baik. Dia banyak mempekerjakan orang kampung itu. Ada
pekerjanya remaja yang sedang bersekolah, dan ada pula yang putus sekolah. "Soal membuat batubata, masyarakat kampung ini sudah lihai. Dalam sehari mereka bisa mencetak 6.000 batubata, bahkan ada lebih dari itu. Setiap hari persedian batubata selalu ada," kata dia.
    Usman Fond yang urang sumando di Parit Malintang itu, merupakan warga Sungai Buluah yang telah lama hidup dan tinggal di Parit Malintang. Tanah yang dia garap untuk batubata demikian, adalah milik keluarganya. Lahannya luas. Terdiri dari bukit yang rancak untuk batubata. Masih tinggi Bukitnya. Sejak dia bergelut dalam usaha batubata beberapa tahun yang silam, banyak sudah hasil karyanya yang pergi jauh. Setiap hari ada saja permintaan keluar daerah, seperti kebutuhan batubata untuk Kota Padang dan Pasaman Barat misalnya.
   Wakil Ketua DPRD Padang Pariaman, Desril Yani Pasha yang juga warga Parit Malintang sewaktu melantik forum urang ampek jinih di Lubuk Alung, Rabu lalu menyebutkan, bahwa tanah yang dijadikan IKK adalah tanah ulayat nagari. Jumlahnya mencapai 120 hektare. Dia minta dukungan dari urang ampek jinih dalam memuluskan jalannya rencana tanah yang seluas itu di-Perda-kan. Hal itu dimaksudkan, agar tidak terjadi hal-hal yang tak diingin di kemudian hari. (damanhuri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar