wartawan singgalang

Senin, 22 Agustus 2016

"Menjual" Nagari Sungai Buluah ke Mancanegara

"Menjual" Nagari Sungai Buluah ke Mancanegara

Agung Prana menceritakan, ketika ia memulai memperbaiki kerusakan terumbu karang di Desa Pemuteran, Kabupaten Buleleng kondisinya begitu sulit. Sebab masyarakat nelayan setempat sudah sangat terbiasa menangkap ikan menggunakan bom ikan. Bahkan masyarakat menuding ia menghambat mata pencarian mereka, sehingga tidak jarang ada yang berkata kasar kepadanya.

Tetapi Prana tidak menyerah dan terus berupaya mengedukasi masyarakat untuk menghentikan perusakan terumbu karang.  Berkat kegigihannya lambat laun masyarakat tertarik dengan program-program rehabilitasi yang ditawarkannya.

Prana tidak jarang membawa rombongan masyarakat Desa Pemuteran untuk melakukan studi banding ke tempat-tempat wisata yang ada di Bali untuk mempelajari apa saja yang harus dilakukan agar desanya menarik untuk dikunjungi wisatawan.

“Tentu saja daerah tersebut harus memiliki alam yang indah dan segar, memiliki berbagai fasilitas yang dibutuhkan wisatawan seperti makanan yang enak dan murah, fasilitas telekomunikasi, bahkan homestay untuk bermalam,” kata Agung Prana dalam diskusi dengan rombongan wartawan dari Jakarta dan Padang di Nagari Sungai Buluh, Padang Pariaman, Minggu, 12 Juni 2016.

Dan yang paling penting, kata Prana, sosial masyarakat setempat bersahabat terhadap wisatawan yang datang, sehingga mereka merasa nyaman berada di tempat tersebut, bahkan untuk jangka waktu lama sekalipun.

Berkat kegigihan Agung Prana sekarang Desa Pemuteran di Buleleng menjadi destinasi wisata desa di Bali dengan terumbu karang terpelihara dengan baik.  Masyarakat di Pemuteran merasakan manfaat yang besar dari ekowisata tersebut.  Bahkan Desa Pemuteran telah meraih berbagai penghargaan nasional maupun internasional, seperti memperoleh Kalpataru pada 2005,  The Equator Prize, dan UNDP Special Award.

Sedangkan di Sungai Buluh, menurut Agung Prana, kondisinya sudah layak jual. Sebab pemandangan alamnya menarik dengan hutan yang terhampar di kawasan Bukit Barisan dialiri sungai Batang Buluh yang airnya begitu jernih. Apalagi jarak dari Bandara BIM atau Kota Padang begitu dekat, hanya sekira 25 menit.

“Tinggal lagi mengedukasi masyarakat untuk menjaga kelestarian alam tersebut, sehinggga nantinya masyarakat bisa merasakan manfaat langsung  untuk meningkatkan kesejahteraannya,” katanya.

Kawasan hutan di Nagari Sungai Buluh sudah mendapatkan izin pengelolaan dari Menteri Kehutanan Nomor SK.856/Menhut-II/2013 tanggal 2 Desember 2013 tentang Penetapan Areal Kerja (PAK) Hutan Nagari Sungai Buluh seluas 1.336 Ha.

Dengan jangka waktu pengelolaan 35 Tahun tersebut masyarakat dapat memanfaatkannya untuk pemungutan hasil hutan bukan kayu dan pemanfaatan jasa lingkungan dengan tetap mengutamakan kelestarian hutan, serta menjaganya dari berbagai aktivitas ilegal yang dapat merusak hutan.

Ketua Lembaga Pengelola Hutan Nagari (LPHN) Sungai Buluh A. Dt. Rajo Batuah mengatakan, saat ini LPHN Sungai Buluh sedang mengembangkan berbagai sektor sebagai upaya pemanfaatan tersebut.  Seperti pengembangan ekowisata di Pemandian Lubuk Kandih dan Air Terjun Sarasah yang sudah ramai dikunjungi wisatawan lokal, serta akan dibangun juga berbagai fasilitas penunjang ekowisata tersebut seperti gapura, loket, toilet, dan dalam waktu dekat juga akan dibuat rumah pohon.

Ia berharap berbagai potensi alam nagari Sungai Buluah ini semakin memotivasi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan lindung untuk menjaga kelestarian hutan.

Selain wartawan, diskusi ekowisata tersebut juga dihadiri unsur masyarakat Nagari Sungai Buluh, Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Padang Pariaman, unsur Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat dan Dinas Pariwisata Kabupaten Padang Pariaman, serta LSM-LSM Pemerhati Lingkungan di Sumatera Barat.

Acara ini digagas oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.  Tim Kemen-LHK dipimpin Kasubid Hutan Desa, Erna Rosdiana.  Selain menghadirkan I Gusti Agung Prana turut juga dalam tim artis pencinta lingkungan Nugie Nugraha dan pemerhati lingkungan Nina Amban.

“Sengaja kita bawa mereka yang expert di bidangnya untuk berbagi ilmu dan pengalaman agar ke depan pengembangan ekowisata di Sungai Buluh lebih terarah sesuai standar yang dibutuhkan untuk sebuah desa wisata,” ungkap Erna Rosdiana.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar