wartawan singgalang

Senin, 22 Agustus 2016

Menjadikan Hutan Sumber Kehidupan

Menjadikan Hutan Sumber Kehidupan

Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi mengadakan kegiatan “saling belajar ke hutan hutan nagari Sungai Buluh untuk mendukung pengelolaan hutan berbasis masyarakat nagari atau skema PHBM.

Kegiatan yang berlangsung 25-26 Maret 2016 tersebut bertujuan memberikan pemahaman kepada nagari-nagari undangan tentang hutan nagari. Pemahaman dimaksud memberikan gambaran kepada peserta yang datang tentang manfaat skema PHBM dengan contoh hutan nagari di Sungai Buluh.

Dalam kegiatan saling belajar tersebut hadir perwakilan dari 39 nagari di 10 kabupaten di Sumatera Barat. Kesepuluh kabupaten adalah Dharmasraya, Sijunjung, Tanah Datar, 50 Kota, Agam, Pasaman, Padang Pariaman, Solok Selatan, Solok, dan Pesisir Selatan.

Semua perwakilan nagari yang hadir memiliki beberapa kesamaan terkait dengan hutan dan peluang skema PHBM. Nagari-nagari tersebut memiliki kawasan hutan lindung di dalam wilayah administrasi mereka. Ini bisa dilihat dari PIAPS (Peta Indikatif Perhutanan Sosial) yang dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Ketergantungan atau interaksi nagari juga tinggi terhadap hutan. Kesamaan lainnya terkait peluang skema PHBM. Semua nagari baru atau malah kurang memahami peluang skema PHBM.

Nagari Sungai Buluh salah satu nagari dampingan KKI WARSI. Nagari ini sudah melakukan kegiatan pengelolaan hutan nagari sejak 2012. Surat Keputusan Penetapan Areal Kerja dari Kementrian Kehutanan keluar 2013 dengan nomor SK.856/Menhut-II/2013.

Selain itu Sungai Buluh juga sudah mendapatkan izin kelola dari Gubernur Sumatera Barat melalui surat Nomor 5224-789-2014. Sampai saat ini Nagari Sungai Buluh sudah menikmati hasil dari Hutan Nagari.

Nagari Sungai Buluah mulai memperlihatkan kembalinya nilai-nilai yang pernah ada di nagari-nagari di Sumatra Barat. Mereka sudah tidak lagi melihat hutan sebagai suatu yang

berada di luar dirinya atau sistem sosialnya. Mereka sudah melihat hutan sebagai suatu kesatuan dengan kehidupan masyarakatnya.

Menonton Film Dokumenter

Yang menarik dari kegiatan ini adalah semua peserta menginap di rumah warga di Jorong Salisiakan dan jorong Kuliek di Nagari Sungai Buluh. Empat atau lima peserta menginap di salah satu rumah warga.

Menginap di rumah warga ini sebagai cara berinteraksi langsung dengan masyarakat, sehingga diharapkan para peserta bisa langsung saling belajar dimulai dari rumah tempat mereka menginap.

Di rumah tersebut para peserta bisa saling diskusi, baik antar sesama mereka yang datang dari nagari yang berbeda maupun antara peserta dengan masyarakat. Antar peserta dengan masyarakat ini bisa dengan masyarakat pemilik rumah maupun masyarakat lainnya atau tetangga.

Kegiatan malam pertama diisi dengan menonton film dokumen hutan nagari wilayah dampingan KKI WARSI. Ada film tentang hutan nagari di Simancuang, hutan nagari di Simanau, dan terakhir film tentang hutan di Sungai Buluah, tempat studi banding. Film tersebut menggambarkan kegiatan LPHN (Lembaga Pengelola Hutan Nagari) di ketiga nagari dan memperlihatkan hutan dan manfaat hutan nagari bagi masyarakat di sana.

Kegiatan hari kedua diisi dengan diskusi tentang peningkat kapasitas masyarakat lokal terkait skema PHBM. Peserta dibagi empat kelompok yang membahas tema berbeda. Kelompok 1 membahas “legalitas wilayah”, kelompok 2 “resolusi konflik keruangan”, kelompok 3 “menuju kesejahteraan bersama”, dan kelompok 4 membahas tema “memperkuat hak dan identitas adat”.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar