wartawan singgalang

Senin, 01 Desember 2014

Ekspedisi Lubuak Nyarai 1 Desauan Air Sungai Batang Salibutan Ikut Memberi Semangat Perjalanan

Ekspedisi Lubuak Nyarai 1
Desauan Air Sungai Batang Salibutan Ikut Memberi Semangat Perjalanan

Lubuk Alung--Pagi Sabtu (29/11) matahari menampakkan sinarnya. Komunitas Pecinta Batuak Akiak Piaman bersama Forum Walinagari Padang Pariaman yang sudah lama berkeinginan melakukan ekspedisi Lubuak Nyarai, pagi itu mewujudkan niatnya bersama Singgalang.
Sambil menunggu Ketua Forum Walinagari, Nusirwan Nazar, Ketua Komunitas Pecinta Batu Akiak Piaman, Vifner, Walinagari Lubuk Alung Harry Subrata bersama sejumlah penunggu telah menyiapkan segala sesuatunya di Asam Jawa, Lubuk Alung. Maklum, perjalanan kesana memakan waktu seharian untuk pulang perginya.
Walinagari Lubuk Alung termasuk walinagari agresif. Dia mengakomodir semua keinginan peserta ekspedisi, yang memang bertujuan untuk mengangkat nama pariwisata Lubuak Nyarai, yang sudah sering dapat kunjungan oleh banyak kalangan. Enam orang mahasiswa UNP yang tengah ber-KKN di Lubuk Alung diangkutnya kesana.
Lubuak Nyarai yang terletak di hutan rimba Gamaran, Korong Salibutan, Nagari Lubuk Alung agaknya sebuah rekreasi sejarah panjang yang ada dalam nagari itu. Jangan coba-coba bawa anak-anak dibawah umur, karena perjalannya sangat menantang sekali.
Bagi pengunjung, mulai dari posko Nyarai untuk sampai lokasi terasa sekali sangat jauhnya perjalan tersebut. Bahkan, telah diingatkan akan memakan waktu 2,5 sampai tiga jam perjalanan. Tetapi, bagi pedagang musiman yang berkedai di setiap titik perhentian dan di Nyarai itu sendiri yang tiap hari menempuh semak belukar itu, hanya sejam, dan malah ada yang setengah jam menempuhnya.
Ketua Forum Walinagari, Nusirwan Nazar, Walinagari Kudu Gantiang, Syafnil Oyon, Walinagari Limau Puruik, Arifnal merasa sekali beratnya medan tempuh. Sepanjang perjalanan, hanya desauan air Sungai Batang Salibutan yang menjadi irama hiburan. Desauan itu tak pernah berhenti dan menghilang, meskipun kami berada di ketinggian bukik. Sesekali tingkah burung bernyanyi pun ikut menguatkan lutut untuk terus melangkah.
Yang lebih istimewa, tentu garah-bagarah dalam perjalanan bersama mahasiswa UNP. Mereka; Yusnia Warman, Anila Putri Yose, Erika Susanti, Jasmanina, Sakinah Hasti, dan Resven Peres sangat terasa sekali semangat pejuangnya. Anila Putri yang anak Mudiak, Limapuluh Kota itu tak henti-hentinya mengabadikan para komunitas Pecinta Batua Akiak Piaman dan Forum Walinagari, sepanjang momen rancak dalam perjalanan itu.
"Saya sangat penasaran. Sejak beberapa bulan belakangan, Lubuak Nyarai selalu jadi postingan rancak dalam dunia maya. Begitu juga oleh media massa daerah dan nasional. Terakhir, Lubuak Nyarai punya banyak batu akiak yang belum banyak terjangkau," kata Vifner yang juga Ketua KPU Padang Pariaman itu.
Menurut masyarakat Gamaran yang menjadikan rimba itu sebagai urat nadi kehidupannya, yang kami temui dalam perjalanan pulang, jalan setapak menuju Nyarai merupakan rintisan orang pengambil kayu hutan. "Kayu diaritnya dihutan, lalu diirik dengan tenaga kerbau untuk sampai ke bawah. Di bagian atas Lubuak Nyarai itu, Bukik Sambuang namanya. Di bukik itulah Gamawan Fauzi, Bupati Kabupaten Solok yang lima tahun jadi Mendagri ditemui oleh Ucok, warga Gamaran yang sedang mencari burung," katanya.
Bukik Sambuang masih hutan lindung, berada dalam kawasan Salibutan. Di Bukik itulah sumber air Lubuak Nyarai, yang selanjutnya dialiri oleh Sungai Batang Salibutan. (damanhuri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar