wartawan singgalang

Selasa, 22 Juli 2014

Sempurnakan Ramadhan Dengan Budaya I'tiqaf

Masjid Mujahidin Lubuk Alung
Sempurnakan Ramadhan Dengan Budaya I'tiqaf

Lubuk Alung---Hingga saat ini, jamaah Masjid Mujahidin Lubuk Alung terus ramai tiap malamnya. Mungkin ini hikmahnya, kalau masjid berada di tengah komplek orang ramai, seperti Pasar Lubuk Alung tempat masjid itu beraktivitas. Kemudian yang menariknya jamaah masjid itu terus bertahan, tampilnya penceramah hebat tiap malamnya. Ada profesor, doktor dan orang hebat lainnya, sehingga jamaah senang mendengarnya.
    Menurut Azminur Kamal, Ketua Umum Masjid Mujahidin, rata-rata tiap malam terkumpul infaq, sedekah dan wakaf sekitar Rp800 ribu sampai Rp1 juta. Bahkan, untuk bantuan kemanusiaan Palestina hanya dua malam menacrinya, terkumpul Rp5 juta. "Dana itu Senin kemarin kita kirim ke lembaga kemanusiaan yang langsung membawanya ke Gaza Palestina," kata Azminur yang juga Camat Lubuk Alung ini.
    Kata dia, aktivitas Masjid Mujahidin selalu padat tiap malam selama Ramadhan ini. Remedla, wadah berkumpul para remaja masjid ini baru saja habis menggelar MTQ tingkat remaja se Padang Pariaman, peringatan Nuzul Quran. Ini tiap bulan puasa selalu dilakukan. Sejak 10 hari terakhir hingga habis bulan ini, sehabis Tarawih dilakukan I'tiqaf dalam masjid.
    Tentunya hal itu bagian dari upaya umat Islam untuk mendapatkan malam qadar, dimana semalamnya itu lebih baik dari seribu bulan. Azminur merasa senang, karena semenjak dia diamanahi menjadi pengurus masjid itu, banyak sudah perubahan yang dibuatnya. Baik perubahan pembangunan fisik masjid, maupun pembangunan mental anak-anak.
    Tentunya, ini terwujud dari kebersamaan semua pengurus, dan Remedla yang selalu jadi garda terdepan dalam setiap kali Acara. Boleh dibilang, Masjid Mujahidin adalah masjid yang paling ramai diantara sekian banyak masjid di nagari dan kecamatan Lubuk Alung.     "Bayangkan saja, kotak amal yang diedarkan tiap malam bulan puasa dan tiap kali waktu sembahyang, itu beragam pula, ada kotak untuk anak yatim, panti asuhan, MDA, dan tentunya untuk kelanjutan pembangunan masjid itu sendiri," ujar Azminur.
    Sejak dulu, masjid ini selalu mendatangkan penceramah hebat. Mereka ada dari IAIN Imam Bonjol, Padang, Bukittinggi, Payakumbuh, Padang Panjang dan dari daerah lainnya. "Kita ingin, lewat buya dan dai yang hebat itu bisa menjadi penyejuk bagi jamaah, membangkitkan gairah masyarakat dalam beragama dan beramal sesuai ilmunya masing-masing," ujarnya.
    "Begitu juga untuk shalat Idul Fitri, sejak jauh hari telah kita undang penceramah kenamaan untuk memberikan khotbahnya. Masjid Mujahidin boleh dibilang sebagai simbol Islam yang terus memperkuat ekonomi umatnya. Lihatlah, sekeliling masjid ini merupakan sentra ekonomi. Ada swalayan, Bank Mandiri, dialer, toko makanan dan lainnya. Semua itu lambang ekonomi yang harus kuat agama pelakunya lewat terpaan Masjid Mujahidin yang jadi kebanggaan rang Lubuk Alung," sebutnya.
    Masjid yang berkapasitas dua lantai demikian terus bergema, lantaran Remedla, kumpulan anak muda progresif yang tak ingin ada kekosongan masjid itu dari rangkaian acara. Dikala kendaraan sibuk hilir mudik melintasi jalur Padang-Bukittinggi yang terbentang didepan masjid itu, sama sekali tidak mempengaruhi orang yang tengah beribadah di dalamnya.
    Dengan tradisi I'tiqaf yang dilakukan oleh siapapun yang ingin melakukannya dalam masjid itu, setidaknya mampu menularkan nuasa relegius ditengah panasnya Lubuk Alung itu sendiri oleh sebutan banyak orang dalam kampung itu. Apalagi, anak-anak muda yang tergabung dalam organisasi Remedla ikut-serta dan memperlihatkan contoh yang baik dalam I'tiqaf, dimana banyak orang mengiinginkan bisa bersua dengan malam yang namanya 'Lailatul Qadar'. Lewat I'tiqaf inilah, malam yang nilainya lebih bagus dari seribu bulan. (damanhuri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar