wartawan singgalang

Jumat, 18 Juli 2014

Di Masjid Raya Guguak Shalat Tarwih Hingga Tengah Malam

Di Masjid Raya Guguak
Mempertahankan TRadisi Shalat Tarwih Tengah Malam

VII Koto---Orang dulu melakukan sembahyang Tarwih tengah malam barangkali sudah kebiasaan tersendiri. Artinya, selesai Tarwih mereka istirahat sebentar, lalu makan sahur. Sekarang tak berapa surau atau masjid yang membuat seperti demikian. Kalau pun ada, hanya sedikit persentasenya.
Nah, tradisi Tarwih tengah malam itu masih berlaku sampai sekarang di Masjid Raya Guguak, Nagari Lurah Ampalu, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, Padang Pariaman. Nazaruddin yang mengimami shalat sunnah bulan puasa itu mengaku, bahwa Tarwih tengah malam memang tak seberapa penggemarnya. Hanya bisa dihitung dengan jari saja, yakni mereka yang tua-tua.
"Di masjid ini belum pernah waktu shalat Tarwih dipercepat. Sejak dulu selalu tengah malam. Pukul 23.00 Wib baru mulai azan. Kadang lewat pukul 00.00 baru azan. Ya, pengikutnya paling 17 orang yang memang dari yang tua-tua. Mereka sekalian nginap di surau ketek di sebelah masjid," kata dia.
Sesuai tradisi ulama di sini, shalat Tarwihnya 23 rakaat sama Witir. Alhamdulillah, tradisi sembahyang 40 hari juga selalu dilakukan di masjid ini. Sejak beberapa tahun belakangan, Nazaruddin selalu dipercaya masyarakat Guguak untuk jadi imam, baik imam shalat 40 hari, maupun shalat Tarwih di bulan pauasa.
Bagi Nazaruddin, tentu sebuah amal ibadah yang tinggi nilainya disisi Allah SWT. Sebab, Ramadhan menganjurkan untuk banyak-banyak beribadah. Baik ibadah sunah apalagi yang wajib. Masjid Raya Guguak merupakan masjid tertua di kampung itu. Nazaruddin tak tahu persisnya kapan dibuat masjid itu. "Sejak Saya kecil masjid itu sudah ada juga. Sebelum Tarwih, para jamaah menggelar tadarus Quran, yang dibaca secara bergiliran dengan sambung menyambung," kata dia.
Dulu, sampai tiga atau empat kali khatam Quran selama puasa. Tetapi, sekarang hanya sekali khatam karena jamaah semakin sedikit, sehingga kekuatan baca kitab suci tak begitu panjang mampunya. Lazimnya komplek masjid ini bisa disebut dengan panti jompo. Sebab, jamaah pada umumnya para orang tua jompo yang tak lagi punya suami kalau perempuan, dan tak pula punya istri kalau laki-laki.
Namun, sisa usianya dihabiskan dengan shalat berjamaah yang disebut dengan sembahyang 40 hari. Tak sekali waktupun dia ketinggalan dalam shalat bejamaah selama 40 hari demikian. Kalau saja putus satu waktu, maka batalah sembahayng 40 harinya, dan harus diulang kembali.
Pembangunan kembali
Masjid Raya Guguak yang ikut rusak akibat gempa 2009 silam masih belum bisa diperbaiki sebagaimana mestinya. Nazaruddin yang juga ketua pembangunan masjid itu menyebutkan, masjid dengan ukuran 12x12 meter itu dipugar karena tak lagi layak dipakai. Tetapi, karena itu satu-satunya masjid dalam korong ini, maka tetap dipakai saat Tarwih dan Shalat Jumat serta lima waktu.
Pembangunan kembali dilakukan secara bertahap, sesuai kemampuan keuangan masjid yang disumbangkan oleh jamaah. Belum ada bantuan dari pemerintah, sejak masjid kebanggaan rang Guguak ini dipunahkan oleh gempa tersebut. "Ingin kami masjid ini kembali rancak, tapi apa boleh buat. Kami hanya bisa berdoa dan berharap. Sementara Kemampuan masyarakat di kampung ini bisa dilihat. Hanya bergantung dari pertanian. Guguak kampung yang tersuruk, tertinggal dan masih jauh dari kemajuan," katanya. (damanhuri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar