wartawan singgalang

Selasa, 28 Januari 2014

Engku Sumaniak Seniornya Syekh Burhanuddin Kesepian

Engku Sumaniak Seniornya Syekh Burhanuddin Kesepian

Kayutanam---Orang Guguak menyebutnya Syekh Sumaniak. Diluar makamnya tertulis cagar budaya makam Engku Sumaniak. Konon kabarnya, ulama yang satu ini senior oleh Syekh Burhanuddin Ulakan. Atau bahasa suraunya, Engku Sumaniak adalah gurutuo Syekh Burhanuddin saat mengaji di Tapakis bersama Syekh Madinah. Cerita itu hampir kabur, lantaran tak banyak lagi yang tua-tua Nagari Guguak, Kecamatan 2x11 Kayutanam yang menguasainya.
    Melihat namanya, Engku Sumaniak juga berasal dari darek, sama dengan Syekh Burhanuddin. Orang Guguak menyebutkan, kampung asal Engku Sumaniak, ya di Sumaniak, dekat Sungai Tarap, Kabupaten Tanah Datar. Sabtu lalu, Singgalang diajak Masrizal, anggota DPRD Padang Pariaman yang saat ini menjadi calon anggota DPRD Sumbar dari PPP menelusuri makam keramat demikian. Terletak di seberang sungai, dikaki bukit, pas di belakang Masjid Raya Guguak. Tampak makam itu seolah-olah tak pernah sepi dari pengunjung.
    Amiruddin, juru kunci makam itu bersama H. Burhanuddin Tuanku Kadhi Guguak menceritakan kalau basafa yang dilakukan di Ulakan setiap bulan Syafar itu diawali di Guguak ini. "Kalau di Ulakan, makam Syekh Burhanuddin basafanya Rabu malam diatas tanggal 10 Syafar, disini Selasa malamnya. Sehari sebelum di Ulakan. Namun, entah karena apa, basafa di Guguak tak begitu populer. Yang jelas, sejak kami tahu selalu dilakukan basafa tiap tahunnya disini," ungkap mereka.
    Bedanya, Engku Sumaniak terkenal dengan ulama ahli Fiqh. Kalau Syekh Burhanuddin ahli tasawuf. Fiqh adalah kajian hukum Islam, yang menurut cerita banyak orang, sangat dipegang teguh oleh beliau Engku Sumaniak ini. Dia sangat terkenal keras dan disiplin yang tinggi. Dan itu memang bersua dalam kajian Fiqh. Engku Sumaniak selesai mengaji di Tapakis bersama Syekh Madinah langsung merasul atau menetap di Pasa Surau, Nagari Guguak ini. Beda halnya dengan Syekh Burhanuddin yang disuruh langsung oleh Syekh Madinah untuk melanjutkan pengajiannya ke Syekh Abdurrauf di Aceh.
    Menurut cerita Tuanku Kadhi Guguak ini, Syekh Burhanuddin sangat mengagumi beliau Engku Sumaniak. Sebelum diputuskan sumpah sati Bukit Marapalam yang menetapkan adat basadi syarak, syarak basandi kitabulah, terlebih dahulu Syekh Burhanuddin bersama rombongannya singgah di Guguak, menemui Engku Sumaniak. Dan cerita ini berkembang luas dulunya dari yang tua-tua. "Syekh Burhanuddin hanya berjalan kaki, menyusuru Sungai Batang Ulakan. Sampai dia di tempat Engku Sumaniak mengembangkan kaji, dia berhenti, dan terlibat dalam banyak diskusi dan pembicaraan," ungkapnya.
    Barangkali, sumpah sati Bukit Marapalam bermula dari Guguak ini. Banyak hal yang dibicarakan saat ini antara Syekh Burhanuddin dengan seniornya; Engku Sumaniak. Sebab, dalam diri ulama itu tidak ada yang sepurna seperti yang ditemukan dalam diri seorang Nabi. Disinilah kajian tasawuf dan kajian Fiqh disatu-padukan, untuk menetapkan adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah tersebut.
    "Kampung ini maka bernama Pasa Surau, ya itu pula. Engku Sumaniak inilah yang pertama kali membuat surau dalam kampung ini. Surau Manggih pertama kali yang dibuatnya, dan akhirnya hingga saat ini, setiap suku dalam korong ini punya surau. Sebagai seorang ahli Fiqh, Engku Sumaniak banyak dapat tantangan dari masyarakat Guguak dulunya. Namun, hal itu tidak membuat semangatnya untuk meng-Islamkan banyak orang surut sama sekali. Zaman itu orang masih memakan tikus, ular dan lain sebagainya," sebut Tuanku Kadhi.
    Dulu, lanjut Tuanku Kadhi, banyak orang dari darek yang ikut basafa ke makam Engku Sumaniak. Namun, belakangan sudah sangat jarang. Boleh dikatakan yang melakukan basafa akhir-akhir ini hanya masyarakat Guguak sendiri lagi. "Sebagai warih bajawek, pusako batolong, basafa ini akan tetap berlanjut dan harus dilestarikan. Tradisi itu merupakan peninggalan orang yang ikut malaco kampung ini bersama Engku Sumaniak dulunya.
    Kepada Masrizal, tokoh masyarakat itu berharap agar jalan menuju makam itu bisa dibangun. Sekarang, kalau menuju makam itu harus jalan kaki. Kendaraan hanya sampai Masjid Raya Guguak. Masrizal pun mohon dukungan masyarakat Guguak untuk bisa berbuat dalam kelanggengan barang bersejarah dalam nagari itu. (damanhuri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar