wartawan singgalang

Rabu, 01 Januari 2014

Empat Tahun Pascagempa Rumah Guru Ngaji Itu Belum Juga Bisa Dibangun Kembali

Empat Tahun Pascagempa
Rumah Guru Ngaji Itu Belum Juga Bisa Dibangun Kembali

Sicincin---Empat tahun lebih pascagempa 2009 silam, belum punya arti apa-apa bagi Budiman Tuanku Mudo dan Istrinya Syamsimar. Meskipun bantuan Rp15 juta dari pemerintah sudah diterimanya, ternyata belum mampu untuk membangun kembali rumahnya yang telah punah akibat amukan gempa yang sangat kuat tersebut.
    Selasa kemarin Singgalang diajak Masrizal, anggota Fraksi Bersatu DPRD Padang Pariaman bertandang kerumah pasangan suami istri yang telah dikarunia tiga orang putra-putri ini, di Aia Marangek, Korong Bari, Nagari Sicincin, Kecamatan 2x11 Enam Lingkung. "Semua bantuan telah dibelikan alat bangunan, berupa batubata, besi dan lainnya. Namun, untuk upah tukang belum ada. Ya, terpaksa semua alat itu dibiarkan saja dulu tergeletak," kata dia menceritakan.
    Saat ini, Budiman dan Syamsimar yang berprofesi sebagai guru ngaji di MDA dan TPA surau di Sicincin itu tinggal di sebuah pondok kecil, yang juga bantuan dari rumah senyum program tanggap darurat saat gempa dulu. Pondok itu tak punya kamar pula. Kalau saja tiga anaknya pada pulang kampung dari kuliahnya di Padang, maka bersempit-sempitlah dia tidur dalam pondok demikian.
    Pondoknya terletak dipinggir jalan utama Sicincin-Pariaman. Disamping guru ngaji, mendidik anak-anak kampung tahu dengan agama, Budiman dan Syamsimar juga seorang petani kampung. Ada satu dua tumpak sawah dan ladang yang dikelolanya untuk menyambung hidup. Soal honor guru ngaji dikampung jangan ditanya berapa dia dapatkan. Itu sebuah kerja lillahi ta'ala. Kadang dikasih orang kampung berupa beras dan sedikit uang, yang tidak ada jumlah ketetapannya.
    "Dulu ada honor yang kami terima dari Pemkab Padang Pariaman. Tapi tahun ini tidak ada. Kami tak tahu, kenapa itu bisa terjadi. Yang jelas, bila waktu ngajar datang, kami datang ke surau itu. Anak-anak sudah menunggu. Dan profesi mulya ini sudah lama kami lakukan, dan tidak mungkin untuk ditinggalkan," katanya.
    Budiman dan Syamsimar belum bisa memastikan, kapan pembangunan kembali rumah yang dihuninya sejak mereka jadi pengantin baru hingga menjelang gempa 2009 itu. "Belum ada kepastiannya. Cuman, barang bangunan saja yang teronggok. Upah tukang lumayan mahal pula saat ini," harapnya.
    Mereka sangat ingin, rumah yang dulunya punya tiga kamar itu bisa kembali dibangun. Apalagi anaknya yang tua perempuan pula, yang mesti tidur dalam kamar sendiri. Orang lain yang sudah membangun kembali rumahnya yang hancur dalam kampung itu, hanya bisa dilihatnya. Ingin pula mereka seperti orang lain itu, tapi apa daya. Untuk upah tukang itu benar yang tidak atau belum ada uangnya.
    Keluarga ini merasa tersanjung saat dikunjungi anggota dewan Padang Pariaman, Masrizal yang saat ini maju jadi calon anggota dewan Sumbar dari PPP itu. Kepada Masrizal mereka paham dan yakin dengan takdir Tuhan. Yang jelas, usaha yang telah dilakukannya; bertani dan ngajar ngaji tetap dilakoninya. Tentunya keduanya itu berusaha dan beramal. (damanhuri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar