wartawan singgalang

Rabu, 01 Januari 2014

Bermula Dari Kesalahan Suntikan Polio 25 Tahun Sudah Rahmat Mengalami Cacat, Orangtuanya Pasrah

Bermula Dari Kesalahan Suntikan Polio
25 Tahun Sudah Rahmat Mengalami Cacat, Orangtuanya Pasrah

Kayutanam---Malang benar nasib Desrita. Ibu rumah tangga berusia 54 tahun ini sudah 25 tahun mengurus anaknya, Rahmat Affandi yang sakit lemah sehabis disuntik polio saat bayi dulu. Hingga saat ini, anak nomor lima dari tujuh bersaudara itu tak bisa bicara lurus. Kalau berjalan hanya berinsut-insut. Untung ada sebuah kursi roda yang dikasih dunsanaknya, sehingga tak begitu menyulitkan pada saat Rahmat ingin bermain keluar rumah.
    Ayahnya Syamsuar, seorang tukang bangunan rumah tampak pasrah dengan segala penderitaan yang ditanggung keluarganya itu. Yang namanya tukang, kadang-kadang ada pekerjaan, kadang-kadang kosong. Sedangkan istrinya, Desrita hanya bisa bergelut dengan anak itu saja dalam keseharian. Tak ada pekerjaan yang bisa menghasilkan uang yang dapat dilakukannya.
    Selasa kemarin, Singgalang diajak bertandang kerumahnya di Pasar Tangah, Nagari Kayutanam oleh anggota DPRD Padang Pariaman, Masrizal yang saat ini mencalonkan diri untuk DPRD Sumbar di Dapil II, Padang Pariaman dan Kota Pariaman. Selaku warga masyarakat Kayutanam, Masrizal merasa terenyuh atas penderitaan yang dialami kelurga miskin tersebut. Sedangkan adik Rahmat yang bungsu, juga mengalami putus sekolah SD. Masrizal memfasilitasi kepada anak tersebut bisa ujian Paket A yang setara SD, untuk mendapatkan ijazah yang bisa melanjutkannya ke SMP nantinya.
    Desrita dan Syamsuar menceritakan kalau anaknya Rahmat Affandi saat lahir lumayan gapuak. Hampir empat kilo beratnya. Badannya rancak. Dikasih nama Rahmat, lantaran dia lahir pada saat makan sahur di bulan puasa pada 1988 yang silam. "Datangnya sakit lemah ini pada saat sehabis disuntik polio bagian pahanya yang dilakukan oleh bidan di Kayutanam. Malam sehabis disuntik siangnya itu dia merasakan sakit yang luar biasa, dan berlanjut hingga saat ini," kata dia.
    "Kalau dia mintak makan, dulu bisa menyebut mamam. Sekarang tidak lagi. Hanya dengan menangis saja bila dia merasa lapar. Kalau kita tidak juga mengerti, dipukul-pukul wajahnya sendiri, hingga terluka. Dan itu sangat acap terjadinya. Apalagi, kalau kami sedang tak bersama dia, maka berlumuran darahlah wwajahnya karena dipukul terus," ceritanya sedih.
    Kemanapun tempat yang bisa mengobati anaknya itu, Desrita dan Syamsuar terus menurutnya. Sampai ke Barulak, Kabupaten Tanah Datar bagai, serta kampung lainnya diluar Padang Pariaman. Baginya, kesembuhan anak itu sangat diharapkan sekali. "Bayangkanlah, sudah 25 tahun usianya belum bisa disunat. Dia punya perasaan yang sama juga seperti anak normal lainnya. Melihat kondisinya, dia lelaki yang punya keinginan untuk kawin. Itu ditandai dari jenis kelamin yang dimilikinya pada saat sedang tidur atau bangun tidur," ungkap Desrita.
    Rahmat Affandi dalam kesehariannya butuh hiburan juga. Dia bisa menghidupkan tivi dan tave. Kalau waktunya mandi, ya terpaksa ayahnya yang memandikan. Kalau mau makan harus pula disuapin. Manakala tidak ada hiburan yang didengarnya, Rahmat banyak menung-menung. Bila sudah demikian, air liurnya meleleh sendiri yang berlanjut dengan muntah-muntah. Beberapa waktu lalu, Rahmat sempat dirawat di RSUD Padang Pariaman di Parit Malintang, Kecanmatan Enam Lingkung.       
    Pada kesempatan tersebut, Masrizal memberikan bantuan seperlunya. Calon wakil rakyat untuk DPRD Sumbar dari PPP dengan nomor urut dua itu berusaha mencarikan jalan keluar dari penderitaan tersebut. Dia mencoba menghubungi Pemkab Padang Pariaman, lewat Dinas Kesehatan supaya bisa dibantu untuk mengobati Rahmat Affandi.
    Disamping itu, keponakan Desrita, anak dari Gustini yang terhalang ikut ujian di salah satu SMP swasta di Kayutanam, lantaran belum bayar uang sekolah juga dibantu Masrizal. Insya Allah, dua hari lagi anak itu sudah bisa sekolah dan ikut ujian. (damanhuri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar