wartawan singgalang

Jumat, 01 November 2013

Surantiah, Kampung Tersuruk yang Kaya Dengan Keindahan Alam

Surantiah, Kampung Tersuruk yang Kaya Dengan Keindahan Alam

Lubuk Alung---Surantiah dulu hanya sebuah dusun dalam Desa Koto Buruak. Tetapi luasnya mintak ampun. Masyarakat disana menyebutkan, kalau Surantiah dua kali lipat luasnya dari Nagari Sikabu Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman. Kampung ini jauh tersuruknya. Nun, di bagian Timur Lubuk Alung, berbatasan dengan Kabupaten Solok. Walau tersuruk dan tertinggal, kampung ini kaya akan keindahan alam. Ada tempat wisata nan rancak. Babang Indah namanya. Terletak di Surantiah Hulu.
    Rabu kemarin, Singgalang diajak bertandang ke Surantiah oleh Walinagari Lubuk Alung, Harry Subrata. Ikut juga Landi Efendi, anak muda kreatif yang kini jadi anggota Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Lubuk Alung. Banyaklah dapat cerita-cerita hebat yang pernah terjadi di Surantiah pada zaman saisuak, yang diceritan Raoyan, tokoh masyarakat setempat. Termasuk juga cerita tentang Babang Indah yang hingga saat ini mulai dilirik orang luar.
    "Disebut dengan Babang Indah, ada sebuah batu besar yang kalau kita kesana bisa berteduh saat hujan dan panas. Disampingnya ada pula air terjun, yang juga disebut Air Terjun Babang Indah, yang tidak kalah hebatnya dari Air Terjun Nyarai, yang terlerak di Korong Salibutan, Lubuk Alung. Nama ini sudah lama tenarnya. Dulu, ada orang tinggal disana. Dia pakai pondok disitu. Sekarang tidak adalagi," kata dia.
    Sebagian besar sumber kehidupan masyarakat Surantiah bertumpu pada pertanian; sawah dan ladang. Ada ladang sawit dan karet. Disana juga banyak buah durian, dan tentunya sawah yang luas. Sebagai sebuah perkampungan, mengalir sungai dengan airnya yang sangat jernih. Batang Surantiah kata orang kampung itu. Di sungai itulah setiap pagi dan petang anak nagari mandi, mencuci serta keperluan lainnya.
    Meskipun sebuah dusun, yang kalau sekarang disebut jorong. Nama kampung Surantiah ini banyak pula. Ada Surantiah Palak Pisang, Surantiah Hilia, Surantiah Hulu, Surantiah Kelok, dan Surantiah Kabun. Raoyan yang pernah menjabat walijorong di Surantiah tak bisa berbuat banyak, adanya sebagian masyarakat Surantiah yang adnimistrasi pemerintahannya bernaung di Nagari Sungai Buluah, Kecamatan Batang Anai, yakni Surantiah Palak Pisang. Dan ini harus dikaji ulang, dan didudukkan persoalannya secara bersama ditengah masyarakat Nagari Lubuk Alung.
    "Persoalan ini terjadi ketika peristiwa Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) tahun 1958-1960. Ceritanya, ada seseorang yang meninggal dunia akibat korban peristiwa demikian di Surantiah Palak Pisang. Tradisi kampung, kalau ada kematian tentu dikajikan. Nah, para orang siak dari Surantiah merasa takut ke sana. Dan masyarakat disana tak ingin anggotanya tidak dikajikan. Maka dijembutnyalah orang siak dari Kampuang Apa, Nagari Sungai Buluah untuk mengajikan tersebut," cerita Raoyan.
    Mulai sejak itu, sebut Raoyan, hingga sekarang Nagari Sungai Buluah pun telah mengklaim, kalau Surantiah Palak Pisang bagian dari wilayahnya. Namun, secara adat istiadat masyarakat Surantiah Palak Pisang kalau shalat Id masih di Masjid Raya Surantiah ini. Tetapi, secara kependudukan, pemerintahannya sudah di Sungai Buluah.
    Dengan kekayaan sumber air yang bagus, Surantiah pernah dilirik oleh sejumlah perusahan air mineral yang ingin berinvestasi disitu. Termasuk juga PDAM Padang Pariaman akan menjadikan sumber air utama disitu. Namun, semuanya gagal, karena belum adanya sarana pendukung, seperti jalan. Hingga saat ini, jalan di kampung itu masih sisa aspal tahun 80 an, yang sudah banyak terkelupas. Jembatan yang melewati sungai kecil pun mulai lapuk, yang mesti diperbaik dan diganti dengan yang baru. (damanhuri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar