wartawan singgalang

Jumat, 18 Oktober 2013

Pintar Membuat Kerupuk, Piak Kenek Dapat Upah Rp10 Ribu Sehari

Pintar Membuat Kerupuk, Piak Kenek Dapat Upah Rp10 Ribu Sehari

Sintuak--Tangan Piak Kenek begitu lincah membuat kerupuk ubi. Ubi kayu yang sudah direbus lalu digiling dengan alat penggiling tradisional. Kemudian setelah rata ditancapkan malnya, sehingga jadilah sebuah kerupuk. Dalam waktu sekejap saja, ibu tua berusia sekitar 60 tahun ini bisa membuat makanan demikian dengan banyaknya. Setiap hari dia bekerja membuat kerupuk milik tetangganya itu.
    Artinya, Piak Kenek diupah oleh induk semangnya untuk membuat kerupuk. Kekuatan Piak Kenek lumayan. Untuk sehari, dia mampu menyudahkan sekitar 1.000 kerupuk. Dengan kekuatan seperti itu, dia mendapatkan upah dari induk semangnya sebanyak Rp10 ribu sehari. Dia merasa bersyukur, kalau induk semangnya lagi sedang banyak berproduksi.
    Ketika bersua dengan Singgalang ditempat kerjanya di Korong Balai Usang, Nagari Sintuak, Kecamatan Sintuak Toboh Padang, Padang Pariaman beberapa waktu lalu, Piak Kenek menceritakan kalau mengolah ubi kayu untuk bisa menjadi kerupuk akan memakan waktu sedikitnya tiga hari. Mulai direbus, lalu ditumbuk dan dikasih resep, diolah jadi kerupuk. Kemudian dijemur sampai kering. Kalau sudah kering baru bisa dijual dan digoreng. Kerupuk yang sudah kering itu dijual oleh induk semangnya seharga Rp7.500 untuk 100 buah kerupuk.
    Sedangkan harga ubi mentah yang dibeli induk semangnya, dalam sekarung itu mencapai Rp50-Rp75 ribu. "Kalau kerja ini yang diharapkan, tidak akan mampu menutupi biaya harian. Tetapi ini hanya kerja sambilan. Untung saja lima anak ambo sudah pada lepas. Yang perempuan sudah bersuami, dan yang laki-laki sudah pula beristri, sehingga tidak lagi menggantungkan hidup dengan ambo," kata Piak Kenek.
    Bagi Piak Kenek bekerja membuat kerupuk yang hampir setiap hari dia lakoni, adalah mengisi waktu agar jangan terbuang sia-sia. Tak heran, nyaris setiap rumah di Balai Usang, Sintuak banyak ditemukan sentra pengrajin kerupuk ubi kayu. Kalau orang situ menyebutnya karupuak pancih. Malah sekarang, ubi kayu tidak sekedar untuk dijadikan kerupuk saja. Banyak makanan lainnya yang bisa dibuat dari ubi demikian. Bisa buat kue, tepung, dan lain sebagainya.
    Kerupuk yang banyak ditemukan di Balai Usang ini pun banyak pula yang dikirim ke daerah tetangga, seperti Pekanbaru, Provinsi Riau. Maklum, urang awak banyak yang merantau ke Bumi Lancang Kuning itu. "Sebenarnya, untuk bisnis kerupuk ini yang paling banyak dapat untung itu, ya si penjual kerupuk kuah yang kita temukan di rumah sekolah, atau ditempat dimana anak-anak banyak bermain. Sebab, untuk satu buah kerupuk, ditambah mienya, itu bisa seharga seribu," ungkapnya menceritakan.
    Piak Kenek mengaku sudah lama bekerja membuat kerupuk ini. Saking lamanya, untuk memcetak kerupuk yang banyak dia tak butuh waktu lama. Bayangka saja, seusianya yang sudah kepala enam, mampu menyudahkan 1.000 kerupuk dalam sehari. Menurut dia, pada umumnya kaum perempuan Sintuak ini pandai membuat kerupuk. Lihatlah, hampir satu kampung ini banyak ditemukan kerupuk yang sedang dijemur. (damanhuri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar