wartawan singgalang

Jumat, 18 Oktober 2013

Buluah Apo Kampung yang Masih Tertinggal di Padang Pariaman

Buluah Apo Kampung yang Masih Tertinggal di Padang Pariaman

Padang Sago---Buluah Apo, satu dari sekian banyak korong dalam Nagari Koto Dalam yang masih berstatus tertinggal dan terisolir. Disamping terletak dalam lurah, kampung ini masih banyak hutan belantaranya. Meskipun masih jalan tanah, Buluah Apo yang terletak di Kecamatan Padang Sago, Kabupaten Padang Pariaman ini sudah bisa dilewati kendaraan roda empat. Dengan masih banyaknya hutan tersebut, maka banyak pula ditemui binatang buas dalam kampung demikian.
    Dulu, pada tahun 1980 an ada seorang ibu tua yang dimakan harimau disitu. Kejadian ini cukup menggemparkan bagi kampung yang bertetangga dengan Buluah Apo. Wakil Gubernur Sumatra Barat, Muslim Kasim yang sekaligus Ketua Umum Porbi Kabupaten Padang Pariaman tidak salah ketika memilih Buluah Apo sebagai tempat pelantikan pengurus Porbi periode 2013-2017.
    Untuk menuju Buluah Apo ada tiga pintu masuk yang tersedia. Pertama lewat Bungin, Nagari Lareh Nan Panjang. Kemudian, lewat Barangan, terus ke Ambacang Gadang, lalu belok kanan sebelum tiba di Sungai Pua Tanjuang Mutuih. Terakhir, lewat pasar Padang Sago, terus kebawah, yakni ke Batang Piaman Gadang. Namun, yang kurang risikonya untuk kendaraan roda empat, ya lewat Barangan.
    Ketiga jalan pintu masuk demikian masih jalan tanah, yang sebagiannya diberi kerikil. Listrik memang sudah masuk ke kampung itu. Kalau yang menggunakan mobil jenis sedang pergi kekampung itu bisa juga sampai. Tetapi harus eksra hati-hati. Secara kebetulan, Sabtu malam lalu, Singgalang bersama Herman Sikumbang, pemilik Sate Anak Ibu Lubuk Alung datang kesana menggunakan mobil sedan. Dan memang, tak bisa dilarikan kencang mobilnya. Konon ceritanya, setiap kali ada burubabi besar-besaran, selalu Buluah Apo dan Koto Dalam dijadikan tempat sasaran para pecandu olahraga burubabi demikian.
    Ada satu nilai budaya yang melekat di masyarakat Buluah Apo yang hingga saat ini masih berjalan dengan dinamikanya. Yakni budaya gotong royong. Menurut cerita masyarakatnya, anggaran PNPM yang digelontorkan ke kampung itu selalu berlebih. Artinya, partisipasi masyarakat untuk membangun sangat tinggi. Masyarakat dengan senangnya melakukan goro. Mulai dari mengambil pasir dalam sungai, mengangkut pasir gunung yang juga tersedia dalam kampung itu, ketika PNPM akan membangun sebuah jalan kampung misalnya.
    Menurut Alfa Edison, mantan Walinagari Koto Dalam yang kini menjadi caleg DPRD Padang Pariaman dari Partai NasDem, soal budaya goro di Buluah Apo memang tidak ada tandingannya. "Disini, kalau sudah disepakati untuk melakukan goro, masyarakatnya sampai membawa nasi bungkus. Artinya, hari yang sehari akan dihabiskan hanya untuk sosial masyarakat," kata dia.
    Dan hal itu tidak terlihat sekarang saja. Kata Alfa Edison, budaya goro berlangsung sejak kampung itu ada. Untuk Nagari Koto Dalam, Buluah Apo ini paling terkenal, sehingga semasa zaman desa dulu kantor desanya paling rancak. Dibangun dan dirawat dengan budaya goro demikian.
    Untung saja saat ini Wakil Gubernur Sumbar dijabat oleh Muslim Kasim. Kalau tidak, cerita masyarakat, tidak akan ada gubernur atau wakil gubernur yang datang kesana. Muslim Kasim saat melantik Porbi, Sabtu malam lalu sedikit kecewa dan sempat tabik rabo, lantaran tak seorang pun pejabat daerah yang hadir. Bupati Ali Mukhni, Wabup Damsuar tak pula tampak, meskipun secara resmi diundang oleh Porbi untuk hadir. (damanhuri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar