wartawan singgalang

Senin, 24 September 2012

Awak tak Kuat, Anak Stroke Pula

Awak tak Kuat, Anak Stroke Pula

Lubuk Alung---Beti Gusneli (40) sudah tiga bulan tergolek diatas tempat tidurnya. Ibu tiga anak itu mengalami penyakit stroke yang sangat berat. Seluruh tubuhnya sangat sakit ketika digarikkan. Dia hanya bisa menangis, dan tak lagi pandai bicara. Sedihnya, Beti Gusneli setiap harinya diberisin oleh ibuya yang sudah tua pula, Bastinur (72). Penyakit penakutkan banyak orang itu telah cukup lama menyerang Beti. Namun, yang paling parah itu kondisinya dalam tiga bulan terakhir ini.
    Sebagai keluarga miskin, Bastinur tak kuat untuk berbuat banyak kepada anaknya itu. Apalagi, sejak Beti Gusneli sakit, Bastinur tak lagi membuat karupuak ubi, yang selama ini ditekuninya untuk keperluan biaya hidupnya, lantaran kesibukkan mengemasi anaknya yang sakit berat. Sedangkan Awal Agus (42), suami Beti Gusneli hanya seorang buruh kasar di salah satu gudang batubata di Pasie Laweh Lubuk Alung.
    Setiap hari Awal Agus bolak balik-balik dari rumahnya, di Sungai Abang, Lubuk Alung ke Pasie Laweh. Dia buat batubata, sesuai permintaan induk semangnya. Semakin banyak batubata yang dia buat, semakin banyak pula pitih yang dia dapatkan. Namun, akhir-akhir ini permintaan akan batubata semakin berkurang, sehingga tukang cetaknya pun tak bisa banyak kerja. Paling banyak itu penghasilan Awal Agus Rp60 ribu sehari. Itupun kalau lagi musim cetak banyak.
    "Alah tigo rumah sakik yang dituruik. Ke rumah sakit tentara dan M. Djamil di Padang dan ke Pariaman. Tapi belum cegak. Saat itu dibawa kerumah sakit, karena ada orang lain yang mengasih uang. Kalau tidak begitu tak kuat untuk berobat kerumah sakit. Kini, penyakitnya hanya diobati dengan diurut oleh orang pintar, yang datang kerumah," cerita Bastinur saat Singgalang mendatangi rumahnya bersama Walinagari Lubuk Alung, Harry Subrata, Minggu kemarin.
    Dulu, Bastinur punya penghasilan yang cukup lumayan. Ada sekitar Rp100 ribu uang kemasukkannya dalam sepekan dari hasil penjualan karupuak balado, yang dia buat setiap harinya. "Ndak kuat lagi nak untuk mengobatinya. Suaminya pun tak punya banyak pitih untuk itu. Sedangkan, anak Beti Gusneli yang kecil juga mengalami sakit step," ujar Bastinur lagi.
    Sejak tiga bulan belakangan, Bastinur yang telah tua usia itu hanya banyak bergelut dengan menyuapi makan dan minum akannya yang tak tak pandai lagi berjalan itu. Lebih dari itu, kotoran yang keluar dari bandannya pun harus dibersihkan. Sedih memang. Dia ingin sekali anaknya itu cepat sembuh, dan bisa kembali beraktivitas seperti sediakala. Apalagi ketiga anaknya masih kecil-kecil, yang butuh bimbingan orangtua. Segala usaha, sebatas kemapuan sebagai orang kampung miskin telah dilakukan kesana-kemari mencari obat. Namun, kesembuhan masih belum berpihak kepadanya.
    Manakala ada orang kampung lainnya yang iba terhadap keluarga itu, dibantulah pengobatan Beti Gusneli. Bagi Bastinur, bantuan dari orang lain itu sangat besar sekali artinya, karena dia orang yang tak punya. Dari lima putra-putrinya hanya dua orang yang tinggal dikampung. Disamping, Beti Gusneli yang sakit stroke, ada lagi seorang kakak Beti yang tinggal dikampung istrinya. Bastinur adalah seorang ibu janda, yang telah ditinggal suaminya yang meninggal sejak beberapa tahun yang silam.
    Bastinur pun bagaikan mengayuh biduk kehidupan ditengah gelombang besar, ditambah pendayungnya yang patah pula. Tiap hari dia berusaha, berdoa bagaimana anak perempuannya itu bisa sembuh. (damanhuri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar