wartawan singgalang

Minggu, 12 Mei 2013

Suami Diserang Gula dan Asam Urat Epi Sendirian Mengayuh Kehidupan

Suami Diserang Gula dan Asam Urat Epi Sendirian Mengayuh Kehidupan

Lubuk Alung---Sejak empat bulan lalu Epi mengayuh biduk kehidupan rumah tangganya secara sendirian. Suaminya, Amrizal hanya bisa duduk dan tidur dalam kamar, lantaran diserang penyakit komplikasi. Gula dan asam urat menyerangnya, disamping penyakit polio yang dideritanya sejak terlahir kedunia 42 tahun yang silam. Ibu dua anak, berusia 38 tahun ini berjualan kecil-kecilan didepan rumahnya. Disamping jualan kebutuhan anak-anak, juga ada kebutuhan dapur, seperti sayuran.
    Sebelum Amrizal mengalami penyakit gula basah dan asam urat, lelaki yang selalu senyum dan riang gembira ini berkeliling ke berbagai sekolah yang ada di Lubuk Alung. Dia menjual gorengan yang dibuat istri tercintanya, Epi. Dia jualan pakai sepeda motor yang diolah dari roda dua menjadi roda tiga, lantaran kaki kanannya kecil, dan tak kuat pakai motor seperti orang biasa.
    Sepasang anaknya sudah bersekolah. Yang besar di SMP, dan yang kecil sudah hampir tamat SD. Rabu kemarin, Singgalang bertandang ke rumahnya di komplek Pasar Baru Anak Nagari. Tepatnya di Sungai Abang, Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman bersama Kepala Korong Sungai Abang, Alfios Mardia, Walinagari Harry Subrata, Ketua DPC PAN Lubuk Alung, Hilman H, Sekretaris Bamus, Landi Effendi, dan Mirza Harmadi, warga Lubuk Alung yang bertugas di Bappeda Padang Pariaman.
    Walaupun beratnya beban penyakit yang ditanggung Amrizal, dia tampak cerah dan gembira saja. Tak sedikitpun rasa sedih dan putus asa yang tampak  pada raut wajahnya. Dia duduk diatas tempat tidur dalam kamarnya. Melalui kartu Jamkesmas yang dimilikinya, sekali dua minggu istrinya, Epi mengambil obat ke RSUD Padang Pariaman di Parit Malintang. Sejak penyakit gula mendatangi tubuh Amrizal, ia jadi susah untuk mengatur pola makannya. Dan bahkan laki-laki yang asli Ringan-Ringan, Pakandangan ini pernah pula diserang penyakit maag.
    "Dulu lai talok sumbayang. Kini, terpaksa duduk saja shalatnya diatas tempat tidur. Susahnya, karena tidak ada kursi roda, adalah ketika uda ingin buang air besar atau kecil. Badannya lumayan berat. Awak surang pula memapahnya ke kamar mandi," cerita Epi dengan sedihnya.
    Cerita Amrizal, penyakit gula yang ditanggungnya itu sepertinya sudah keturunan. Mulai dari ibunya. Terakhir kakaknya juga mengalami penyakit yang sama dengannya. Amrizal sempat disuruh operasi oleh dokter di rumah sakit. Dia tidak mau, lantaran tidak punya uang untuk itu. Dan ia lebih memilih dengan mengambil obat buat kebutuhan dua kali dalam sepekan.
    Dengan kondisi begitu, Amrizal tetap punya semangat yang lumayan kuat. Hidup miskin, diderita pula oleh penyakit yang mematikan, dia tetap ingin kedua buah hatinya lanjut sekolah. Dia ingin anak-anaknya itu punya impian yang sukses dalam dunia pendidikan, yang pada akhirnya mampu menopang kehidupan rumah tangganya, yang saat ini berjalan dengan terseok-seok itu.
    Begitu juga dengan Epi. Dia berusaha terus menjadi ibu rumah tangga yang baik untuk anak dan istri yang penuh dengan kesetiaan bagi suaminya. Sepertinya, Epi tidak ingin mengeluh ditengah kesusahan yang yang mendera bahtera rumah tangganya. Dengan setianya dia beresin anak dan suaminya saban hari. Siang dan malam. Selesai itu dia cari pula kemasukan buat membiayai kehidupan keluarganya.
    Walinagari Harry Subrata dan rombongan yang datang ke rumah itu merasa terenyuh melihat parasaian keluarga tersebut. Harry Subrata sedikit memberikan bantuan buat tambahan biaya beli obatnya. "Yang sabar dan jangan mengeluh. Mungkin ini sudah menjadi takdir dalam hidup kita," kata Harry Subrata memberikan semangat kepada keluarga demikian. (damanhuri)

1 komentar:

  1. Ini hanya sebagian kecil dari masyarakat di bawang payung Wali Nagari Lubuk Alung yang bisa di katkan hidup dalam keadaan memprihatinkan. Masih banyak yang lain, semoga Bapak Wali beserta rombongan diberikan keiklasan hati untuk mau berjalan ka daerah-daerah lain untuk membantu masyarakatnya yang memang butuh bhuur tangan kita semua.

    BalasHapus