wartawan singgalang

Minggu, 17 Juli 2016

Terowongan Batu Lubang Saksi Kekejaman Kolonial Belanda

 Terowongan Batu Lubang Saksi Kekejaman Kolonial Belanda

Terowongan Batu Lubang atau juga disebut terowongan batu, merupakan jalur lintas Tarutung ke Sibolga atau sebaliknya. Batu Lubang ini memiliki sejarah dan misteri, dan merupakan saksi bisu kekejaman kolonial Belanda, karena pembuatannya merupakan kerja paksa pada zaman penjajahan Belanda.

Terowongan Batu Lubang ini berada di Desa Simaninggir, Kecamatan Sitahuis, Kabupaten Tapanuli Tengah.

Pengerjaan Batu Lubang ini dimulai oleh Belanda pada Tahun 1930. Batu cadas keras di sisi Bukit Barisan ini pada mulanya dibuat oleh Belanda dengan tujuan untuk memperlancar transportasi menuju Tarutung. Belanda secara paksa mempekerjakan warga pribumi Indonesia. Batu cadas ini oleh para pekerja paksa dipahat sedikit demi sedikit sampai menembus perbukitan yang ada. Setelah Belanda hengkang, pengerjaan Batu Lubang dilanjutkan oleh Jepang.

Kondisi pekerja yang dipekerjakan tidak berbeda jauh dengan jaman pendudukan Belanda. Warga pribumi juga disuruh kerja paksa atau kerja rodi. Tidak jarang pekerja yang tewas setelah mendapat perlakuan kejam oleh kedua penjajah ini mayatnya langsung dibuang ke dalam jurang yang berada di sisi Batu Lubang. Jurang di tepian Batu Lubang ini memiliki kedalaman ratusan meter, sehingga benda apapun yang dibuang dari atas tidak akan terlihat lagi dan lenyap dari pandangan.

Untuk menuju tempat ini, kita harus menempuh jarak sekitar 7 KM dari dari Sibolga menuju Tarutung-Medan. Kendati hanya berjarak beberapa kilometer dari Sibolga tapi perjalanan menuju Batu Lubang memakan waktu sekitar 20 Menit karena harus melewati jalan menanjak dan berliku di sisi lereng Bukit Barisan.

Dari Sibolga menuju Batu Lubang kita harus ekstra hati-hati membawa kendaraan karena di sebelah kanan adalah pegunungan yang menjulang tinggi dan disebelah kiri adalah jurang yang curam.

Di Desa Simaninggir ini terdapat dua Batu Lubang. Letak keduanya saling berdekatan, hanya berjarak sekitar 70 meter. Bila kita dari Sibolga, Batu Lubang pertama dijumpai memiliki panjang sekitar 10 meter dan bentuknya menikung mengikuti bentuk jalan. Batu Lubang kedua berukuran lebih pendek, memiliki panjang sekitar 8 meter, sedangkan ketinggiannya secara kasat mata dapat dilewati oleh truk-truk yang melintasi jalan Sibolga-Tarutung.

Di atas kedua Batu Lubang ini mengalir deras air terjun yang airnya sangat jernih. Demikian juga di dalam kedua Batu Lubang, rembesan air terjun yang mengalir telah mempengaruhi suhu udara di dalamnya, sehingga membuatnya terasa lembab dan sejuk.

Saat kita melintasi Batu Lubang, kita harus membunyikan klakson kendaraan sebagai tanda peringatan kepada kendaraan lain agar tidak bertemu secara bersamaan di dalamnya. Batu Lubang ini hanya dapat dilalui oleh satu kendaraan saja.

Untuk itu perlu kesabaran bila ada dua kendaraan yang saling bertemu muka saat akan melewati Batu Lubang. Bukan hanya klason yang dibunyikan, tetapi lampu kendaraan juga harus dinyalakan karena di dalam Batu Lubang tidak memiliki penerangan matahari yang cukup memadai, suasana gelap kelam langsung menyambut orang yang akan melintasi terowongan ini.

Disamping ekstra hati-hati membawa kendaraan, juga harus tanggap dengan kondisi alam yang ada karena jalanan aspal di dalamnya juga rusak karena sering tergerus oleh air yang merembesi terowongan batu cadas ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar