wartawan singgalang

Selasa, 07 Oktober 2014

Bupati Ali Mukhni Terenyuh di Aua Malintang


Aua Malintang---Malang benar nasib Rudi Hartono. Sebelah kakinya bagian lutut membengkak, akibat tersentuh knalpot motor yang lumayan hangatnya beberapa bulan yang silam. Sekarang, kalau berjalan pria berusia 17 tahun itu harus pakai tongkat. Anak nomor tiga dari lima bersaudara itu hanya bisa duduk di rumah. Sebagai anak laki-laki, Rudi Hartono merupakan tulang punggung dari keluarganya. Apalagi, ayahnya Kandunia telah lama meninggal dunia.
    Senin kemarin, Desmawati, ibu kandung Rudi Hartono merasa terkejut. Rumahnya yang sederhana di Korong Padang Beringin, Nagari III Koto Aua Malintang didatangi Bupati Padang Pariaman Ali Mukhni, bersama sejumlah pejabat di lingkungan Pemkab. Bupati Ali Mukhni sehabis kegiatan di Sungai Geringging, dikasih tahu oleh tokoh muda Aua Malintang, H. Azwar Mardin tentang parasaian anak muda malang tersebut.
    Desmawati yang sehari-hari hanya petani kampung itu menceritakan, kalau anaknya Rudi terjatuh dari motor habis menolong orang. Dari itu, knalpot menyentuh lututnya, dan sampai membengak. Desmawati pun telah membawa anaknya berobat ke Puskesmas Aua Malintang. Dokter bilang, Rudi sakit kanker, dan harus diobati di rumah sakit. Bagi Desmawati, ingin sekali anak bujangnya itu cepat sembut. Tapi apa hendak dikata, duit yang banyak itu benar yang tidak ada untuk mengobatinya.
    "Sejak awal kejadian, bengkak kaki Rudi terus membesar. Sampai dia harus pakai tongkat lantaran tak lagi bisa diangkat kakinya kalau mau berjalan. Sering berobat kampung, tapi mungkin karena belum bersua jodohnya dengan penyakit, sehingga belum juga sembuh," ujarnya sedih.
    Bupati Ali Mukhni merasa terenyuh melihat nasih yang menimpa keluarga Desmawati. Seketika itu, Ali Mukhni mengontak anak buahnya Aspinuddin, Kepala Dinas Kesehatan Padang Pariaman. Bupati Ali Mukhni menceritakan kisahnya dalam melihat keluarga miskin yang sakit, dan butuh pengobatan. Ali Mukhni menyarankan, kalau butuh rujukan, tolong berikan, dan fasilitasi supaya bisa dirawat.
    Kedatangan Ali Mukhni ke rumah Desmawati terasa menjadi obat bagi keluarga itu sendiri. Ali Mukhni tidak sendirian. Dua anggota dewan asal Dapil itu; Dwi Warman Chaniago dari PPP dan Kamarsam dari Partai Demokrat juga ikut. Camat IV Koto Aua Malintang, Kepala Dinas Pendidikan Mulyadi, serta sejumlah pejabat lainnya. Dwi Waraman langsung mengaruk sakunya, dan memberikan seikhlaskan untuk biaya berobat Rudi kepada ibunya.
    Hadrochepalus
    Masih di Korong Padang Beringin, Nagari III Koto Aua Malintang, dan tak jauh dari rumah orangtua Rudi Hartono, Bupati Ali Mukhni pun diajak melihat anak malang, berusia lima tahun, tapi tak padai bicara. Kepalanya membesar. Tiap hari anak itu hanya dalam gendongan ibu dan neneknya. Anak nomor dua dari pasangan Sita dan Bukik itu mengalami penyakit hadrachepalus sejak lahir. Anak itu diberi nama Nabil oleh kedua orangtuanya.
    Sita dan Bukik hanya orang kampung biasa. Tinggal di pondok kecil menyewa pula, lantaran mereka tak lagi punya rumah sampai sekarang akibat runtuh oleh gempa 2009 silam. Tiap hari Sita bekerja di huller depan rumahnya menjemur padi, untuk menyambung hidupnya dari upah jemuran padi. Sementara, suaminya Bukik bekerja di sawah dan ladang milik orang lain. Cerita tokoh masyarakat setempat, Edi Yasmahadi, Nabil pernah dilihat oleh Dinas Sosial Padang Pariaman, tetapi tidak ada tindak-lanjutnya sampai sekarang.
    Bupati Ali Mukhni memberikan uang sakunya. Dan pejabat lainnya, Mulyadi, Yuniswan pun ikut berdoncek. Tak kurang dari sejuta uang diberikan kepada keluarga itu, tanda buah tangan. Keluarga ini merasa tersanjung. Tak pernah terbayangkan olehnya, kalau pondok buruknya itu dikunjungi orang nomor satu di Padang Pariaman. Dia pun menyampaikan terima kasih atas kepedulian Bupati Ali Mukhni dan rombongan. (damanhuri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar